[11] Kenyataan Yang Tersimpan Rapat

31.9K 2.2K 139
                                    

Jum'at, 09 Mei 2014--14:51
A/N: lagi rajin. lagi ada ide. HAHAHA. maaf ya pemirsah, cerita ini memang galauuu super galauuu... hehehe. vomment! :*

----------

Malam semakin gelap. Bulan yang tertutup awan membuat pria dengan senyuman tipis itu semakin percaya diri untuk melancarkan aksinya.

Clarion membuka jendela sebuah rumah dengan perlahan. Rumah dimana terdapat seorang Malaikat yang memiliki kekuatan terbesar setelah Ratu Elissa. Seorang Malaikat yang sudah ditetapkan sejak lahir untuk menjadi Guardian of Diamond.

Mata pria itu menyisir sekitar, memperhatikan jikalau ada Malaikat atau Iblis yang akan memergoki tindakannya saat ini.

Ketika dirasa sudah aman, sayap hitam pekat Clarion membawa dirinya ke kamar bernuansa putih bersih. Dia menghirup napasnya dalam, merasa ragu, apakah harus melakukan hal seperti ini?

Demi Dia, batinnya berkata.

Dalam sekali hentakan, mantra yang sudah dihapal dalam beberapa minggu terakhir ini mulai terucap di bibirnya. Tangannya yang mengeluarkan asap hitam mulai bergetar, ia sadar betul kalau yang dilakukannya akan berdampak besar pada dirinya jika gagal.

Tubuh ringkih itu terangkat, mengeluarkan suara rintihan kecil yang diabaikan Clarion. Gadis yang sudah terlelap itu mulai merasakan keanehan dalam dirinya, ada rasa panas yang menjalar di tubuhnya hingga sesuatu dipaksa keluar dari dalam. Menimbulkan rasa sakit yang teramat.

Tenaganya seperti diambil secara paksa.

“Sakit ...” erang gadis itu.

Deg. Clarion terpaku. Suara yang sangat familiar terdengar di telinganya. Mantra kuno yang diucapkannya untuk menghisap kekuatan Malaikat itu berhenti seketika.

Brukk. Tubuh gadis itu kini terjatuh menghantam ranjang. Selimut dan bantal yang tadi dipakainya tidur kini sudah berserakan di lantai. Clarion melangkahkan satu kaki, dia sangat takut jika yang dipikirkannya menjadi kenyataan.

“Rion, kamu ...”

Mata gadis yang hampir terpejam karna kesakitan itu menatap Clarion tidak percaya. Ada sorot kaget, marah, serta ... kecewa. Bulir air mata itu kini mengalir bak sungai di pipi Crystal. Dia tak menyangka akan apa yang dilakukan Clarion padanya.

“Kamu melakukan ini padaku?” tanya Crystal di sisa tenaganya yang hampir habis.

Hati Clarion berdenyut sakit mendengar pertanyaan Crystal padanya. Dia membuang muka, tak mampu menatap Crystal yang kini sudah menangis terisak. Crystal tak bisa bergerak. Tak mampu mengeluarkan sayap putihnya yang bersinar sangat indah ...

Itu dia. Kenapa Clarion tidak menyadarinya selama ini? Itulah sebabnya kenapa sayap Crystal lebih indah dibandingkan Malaikat lainnya. Karna dia adalah Guardian of Diamond selanjutnya.

Tangannya terkepal, bibirnya terkatup rapat. Ingin rasanya dia menangis, namun tak mampu tatkala melihat orang yang dikasihinya tersakiti karna dirinya sendiri.

“Rion, please,” mohon Crystal, “jelasin ke aku kalo kamu gak bener-bener ngelakuin ini ...”

Clarion terdiam, tidak menyahuti perkataan Crystal. Pria itu hanya memperlihatkan wajah datar, tanpa ekspresi. Sungguh Clarion adalah aktor yang hebat.

“Bilang sama aku ... kalo ini bukan keinginan kamu,” Crystal mencoba untuk meyakinkan diri sendiri.

Pria itu meneguk ludanya sendiri. Seperti sebuah jawaban, ia memperlihatkan punggungnya pada Crystal, menutup matanya dengan tangan terkepal—meratapi kesalahan terbesar yang dilakukannya.

FL • 1 [Fericire]Where stories live. Discover now