[19] Penyerangan

29K 2.1K 144
                                    

 Kamis, 22 Mei 2014--20:16
A/N: kayaknya agak eror nih wattpad. gue buka lwt browser & ada yg kepotong gt. kalo memang ada yg kepotong lgs di back ke halaman sebelumnya aja ya. trus baca lg biar nyambung. moga gak mengecewakan ya part ini >.<
==========

“Apa kita harus melakukannya?” Lica mengepalkan tangan, menatap Violet yang baru saja memasuki gerbang sekolah.

Duff mengangguk. “Harus. Kita gak tau gimana akhir peperangan ini.”

Lica menghela napasnya perlahan. Dia melayang rendah, mengikuti Violet yang memakai sarung tangan dan syal sebagai pelindung dari dinginnya suhu pagi ini. Lica tersenyum melihat sahabatnya dalam keadaan baik.

Tak lama kemudian, Tristan datang dan menempelkan telapak tangannya yang dingin di pipi Violet. Membuat gadis itu terperanjat kaget dan memukul bahu Tristan dengan kesal. Rona merah menyebar cepat di pipi Violet.

“Eh ya, Lica mana?” tanya Tristan tiba-tiba.

Lica tersenyum kecil, mendengar namanya disebut dalam percakapan mereka.

“Palingan bentar lagi dateng sama Duff,” ujar Violet seraya tertawa renyah. “Mereka so sweet ya?”

Sahabat satu-satunya di dunia manusia. Orang yang selalu membuat Lica iri, ingin merasakan kebahagiaan menjadi manusia. Ketika tangan Duff meremas pundak Lica, gadis itu mengerjap. Sadar akan lamunannya.

Duff memandang Lica lekat, memberikan isyarat agar gadis itu melakukannya secepat mungkin.

“Vi,” bisik Lica. “Maafin aku.”

Lica mengangkat tangannya agak tinggi lalu merapalkan mantra penghapus ingatan. Dia dan Duff sudah mendiskusikannya sejak pagi ini. Mereka harus menghilangkan ingatan seluruh orang yang mengenal mereka berdua, terutama Lexa, Tristan dan Violet.

Serpihan keunguan keluar dari telapak tangan Lica lalu menyebar mengelilingi tubuh sepasang kekasih itu. Hanya dalam hitungan detik, obrolan mereka tentang Lica dan Duff terhenti.

“Kita ngomongin apa?” tanya Violet seraya mengerjapkan mata.

Tristan menggaruk hidungnya yang tidak gatal. Keningnya berkerut samar sebelum akhirnya mengamit tangan Violet. “Udah ah, gak penting juga. Aku anterin kamu ke kelas ya.”

Violet mengangguk, disusul dengan tatapan nanar Lica. Sahabatnya itu kini telah melupakan Lica, selamanya. Bukan tanpa alasan dia menghilangkan ingatan orang-orang yang kenal dengannya.

Lica dan Duff hanya tak ingin orang yang pernah kenal dengan mereka menjadi bingung atau mencari-cari keberadaan mereka yang seperti hilang ditelan bumi. Selain ingatan, mereka berdua juga akan menghapus semua yang berkaitan dengan mereka di Human World.

“Duff,” Lica berbisik. “Semua akan baik-baik aja ‘kan?”

Duff menatap Lica dalam. “Semoga.”

•••

Runako mengepakkan sayapnya dengan cepat, berharap akan langsung tiba dimana Crystal berada. Suasana Heaven yang biasanya tentram kini mencekam. Jika Hell punya Blue Eyes untuk melindungi gerbang mereka, maka Heaven memiliki Lighty Bird—burung besar berwarna putih seperti elang sebagai penjaga gerbang.

Tepat di belakang gerbang utama, beberapa barisan malaikat berbadan tegap membawa pedang berbalut seragam perang berwarna kebiruan terlihat. Tak jauh dari barisan berpedang, sekelompok pemanah sudah siap dengan topeng kemerahan yang senada dengan pakaiannya. Diikuti Malaikat Penyembuh yang memakai seragam kehijauan. Runako sendiri memakai warna kebangsaan Malaikat Pelindung, perak.

FL • 1 [Fericire]Where stories live. Discover now