Epilog

47.5K 2.9K 445
                                    

Tiga tahun setelah kematian Crystal. Tiga tahun juga semenjak Clarion diangkat menjadi Raja Hell. Clarion hari ini hanya memperhatikan para iblis kecil yang sedang dibekali pengetahuan sebelum mereka dikirim ke Human World.

“Lion,” pelukan di kaki Clarion membuat pria single itu menunduk, memperhatikan seorang anak kecil berusia dua tahun.

“Oom Rion, Aazad sayang.” Dengan lembut Clarion menggendong Aazad.

Aazad, anak pertama dari kembar tiga Lica dan Duff itu tinggal bersama dengan Clarion di Hell. Hubungan Clarion dan Duff membaik.

“Mau ketemu sama Ma-Pa!” ucap Aazad senang dengan pipi merahnya.

Clarion tersenyum. Diantara ketiga anak Duff dan Lica, Aazad merupakan anak yang paling dekat dengan Clarion. Bocah itu bahkan merengek ikut Clarion ke Hell.

“Bukannya kemarin baru ketemu sama Mama Papa, hm?” tanya Clarion seraya mengayun Aazad.

“Aaaa Lion! Belentii! Aazad atut...” teriak anak itu dengan rambut yang berantakan.

“Katanya takut? Tapi kok Aazad ketawa?”

Clarion menghentikan gerakan mengayunnya, lalu menatap Aazad lekat. Yang ditatap hanya tertawa lebar. Mata hitamnya, benar-benar mata Duff. Tatapan hangat namun tegas.

Plak! Tangan kecil Aazad menampar Clarion. Terdengar nyaring, namun sama sekali tidak terasa sakit di pipi Clarion.“Lion! Ayo ketemu Ma-Pa!”

Aazad rewel, itu adalah hal pertama yang terlintas di benak Clarion. Baru beberapa minggu Aazad tinggal dengannya di Hell, namun anak itu sudah hapal seluk-beluk istana karena selalu meminta ditemani menyusuri istana.

Pintu ruangan Clarion berdecit, membuat Clarion dan Aazad menoleh bersamaan. Mendapati salah satu pelayan kerajaan. Tatapan Clarion yang dingin membuat para pelayan kerajaan tidak berani menatap Clarion.

“Yang Mulia, ada yang ingin bertemu—“

“Saya sibuk, biarkan dia kembali esok hari,” tegas Clarion. Pelayan kerajaan itu mengangguk mengerti lalu terbang mundur dan menutup pintu dengan wajah tertunduk.

“Lion emangnya cibuk ngapain cih?” tanya Aazad.

Clarion memang selalu menampakkan topeng dinginnya pada siapapun, ia tak ingin seorangpun masuk ke dalam kehidupannya. Cukup Crystal, satu-satunya yang boleh mengusik pikirannya.

“Lion!” pekik Aazad karena merasa diabaikan.

Tapi nyatanya ada Aazad dan dua anak lainnya yang tak bisa hilang dari benak Clarion. Clarion pun tak bisa bersikap dingin pada mereka.

Clarion tertawa kecil, membuka sayap hitamnya. Aazad yang senang bahwa dirinya akan dipertemukan orangtuanya langsung ikut membuka sayap hitam pekat kecilnya yang masih belum bisa terbang jauh.

“Yuk, kita berangkat,” ucap Clarion lembut, membuka portal yang langsung menuju Purity of Heart.

“Kalo Aazad udah gede nanti, mau jadi kayak Lion!” ucap Aazad semangat.

Clarion mengangguk, “makanya Aazad harus belajar yang rajin ya, biar bisa mimpin Hell dengan baik.”

Aazad mengangguk semangat, masih dengan cengiran lebar.

Bukan tanpa alasan Aazad tinggal di Hell. Duff dan Clarion sudah sepakat, saat dewasa nanti Aazad lah yang akan memimpin Hell. Dialah penerus Clarion jika dirinya sudah tak sanggup memimpin Hell.

Clarion memutuskan untuk tidak menikah atau memiliki keturunan. Ia ingin menghabiskan sisa hidupnya dengan mengenang Crystal selamanya.

•••

FL • 1 [Fericire]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang