[15] Kita dan Mereka

30.5K 2.1K 125
                                    

“Jadi, sekarang kita resmi pacaran nih?”

Pertanyaan berulang kali yang di dengar Lica membuat telinga gadis itu panas. Lica tak hentinya berjalan cepat di depan Duff, sedangkan cowok itu melangkah lebar di belakangnya. Mengekor.

“Hmm,” sahut Lica singkat.

Duff tersenyum lebar. Rasa sakit yang sempat di rasakannya kini telah hilang, berganti dengan kebahagiaan. Sebenarnya bel masuk sudah berbunyi daritadi, tapi jika mengikuti pelajaran pun tanggung karna setengah jam lagi kelas akan berakhir.

Cowok itu memandang punggung Lica yang terlihat sangat kecil. Ah, dia sungguh rindu dengan sayap putih milik Lica yang cantik itu. Kapan dia melihatnya terakhir kali? Otak Duff memproses ulang kejadian dimana Lica diserang Clarion. Hari dimana dia melihat sayap putih Lica dalam keadaan terkoyak. Dia menghela napas singkat.

Tangannya memanjang dan menangkap jari kelingking Lica lalu menariknya lembut. Membuat gadis itu berhenti dan menoleh dengan kening berkerut.

“Apa?” tanyanya.

“Makan, yuk? Aku laper,” pinta Duff.

“Makan aja sendiri, aku mau—eh! Aku mau masuk kelas!!”

Pekikan histeris Lica tidak membuat Duff menghentikan langkahnya yang lebar. Wajah cowok itu bahkan tidak ada rasa bersalahnya sama sekali karna menarik paksa seseorang. Mau tak mau, Lica ikut berlari kecil di belakang Duff.

“Temenin pacar makan mau dong, ya,” ujar Duff di sela cengiran lebarnya.

“Emangnya harus ya nemenin kamu makan?”gerutu Lica.

“Iyalah,” ujar Duff semangat, dia menoleh pada Lica. “Mangnya kamu mau nanti ada yang godain aku di kantin?”

“Kepedean,” sembur Lica.

Duff hanya tertawa mendengar gerutuan kecil dari bibir Lica. Gadis itu mungkin menggerutu sebal di depan Duff. Tapi saat cowok itu tak melihatnya, senyuman kecil mampir di bibir gadis itu. Senyuman tulus yang terpancar sampai ke mata.

•••

Violet menaikkan sebelah alis ketika menemukan Lica dan Duff datang beriringan dari arah kantin ketika kelas hari ini sudah berakhir. Violet sendiri belum pulang karna baru saja selesai piket kelas. Keningnya berubah menjadi kerutan dalam ketika menyadari alasan Lica tidak masuk kelas. Mereka bolos bareng?

“Oh, jadi gini,” ujar Violet sambil bersidekap dan alis naik-turun.

Wajah Lica yang menunduk malu-malu langsung terangkat, diikuti oleh Duff yang berhenti tertawa namun menyisakan cengiran lebar. Tanpa basa-basi lagi, Duff langsung menarik pundak Lica hingga tubuh mereka merapat.

“Keliatan banget, ya?” tanya Duff dengan mata berbinar.

Tangan Duff yang melingkar erat di pundak Lica membuat gadis itu salah tingkah. Jemari Lica bergerak pelan—berniat ingin melebarkan jarak dengan Duff, namun cowok itu malah menghantam dinding kelas dengan keras. Membuat mata Violet membulat.

“Duff kenapa?!” tanyanya kaget.

“Astaga!” pekik Lica seraya menghampiri Duff. “Maaf, Duff. Aku lupa, suer, maaf.”

Sebenarnya Lica mendorong Duff dengan sangat pelan, namun ternyata dampak yang di dapatkan cowok itu sangat besar. Buktinya saja dia langsung terlempar dan meringis kesakitan seraya mengusap tenguknya yang nyeri.

“Pelan-pelan dong, Lica,” ujar Duff seraya terkekeh, mencoba berdiri dengan bantuan Lica.

Ada secuil rasa malu yang timbul karna dia terlihat lemah di hadapan Lica. Namun gadis itu sama sekali tidak ada pikiran Duff terlihat lemah. Dia justru merasa bersalah karna sikapnya yang seenaknya.

FL • 1 [Fericire]Where stories live. Discover now