5. Penyakit?

2.8K 466 22
                                    

Schizophrenia.

Kata itu terus berulang di kepalalu sejak kelas tadi selesai. Baru saja aku belajar tentang berbagai macam gangguan jiwa atau biasa disebut Mental Illness.

Kamu gak gila! Kita gak gila! Seru suara dalam kepalaku.

Aku bisa denger kamu, itu tandanya ada yang gak beres sama aku!

Semua normal, cuma jadi beda aja!

Aku gak bisa liat warna-warna! Itu gara-gara kamu! Aku buta warna!

Oh come on?!! Mau ada di-fase itu lagi? Aku pikir kamu udah nerima semuanya. Nerima ada aku!!

Iya, tapi...

Tapi? Ada tapinya?? Oke, aku gak mau ngomong sama kamu dulu!!

Kemudian kepalaku benar-benar hening. Agak ngeri juga karena kepalaku gak pernah sesepi ini karena dia biasanya selalu meracau tak jelas.

"Ian! Ada yang nyari noh!"

Aku kembali ke kesadaranku. Ada Niken di hadapanku, ia menunjuk ke luar, aku tersenyum pada seseorang yang menungguku itu. Kara.

"Makasih Nik-nik, gue duluan yak!" Kataku pada Niken. Nah, di kelasku ini kebanyakan mahasiswi, mahasiswanya hanya 3 orang; Aku, Fauzi dan Deni.

"Kenapa Kar?" Tanyaku ramah.

"Mau ngobrol sebentar bisa? Tapi di belakang biar gak ketahuan siapa-siapa."

"Oh, okay!"

Kami berjalan berdua ke bagian belakang gedung, lebih ke bekalang lagi menuju kebun percobaan milik Departement Biologi. Departemennya Kara.

"Kenapa Kar?" Tanyaku saat kami sudah di kebun, sepi sekali di sini.

"Aku masih belum dapet tempat tinggal, aku gak enak sama kamu."

"Kan aku udah bilang, kamu boleh tinggal di kostanku dulu, Kar. Aku udah izin penjaga kost, dia gak masalah, toh banyak pasangan juga di sana."

"Nah ituuu!!"

"Kita bukan pasangan?"

Kara mengangguk kecil.

"Gak usah sungkan, kamu boleh tinggal di kostan meskipun kita gak pacaran. Aku anggep kamu temenku kok."

"Kenapa kamu baik banget sih Dri??"

Aku hanya mengangkat bahu, tersenyum kepadanya. Sudah hampir dua minggu Kara tinggal di tempatku, setiap malam ia berjanji kalau ia akan mencari tempat tinggal sendiri. Tapi sulit karena semua temannya berpaling saat tahu kalau Kara sudah tidak berpacaran dengan Andrew.

Sekejam itu lingkungan pertemanannya.

"Udah ada kabar dari Andrew? Dia gak bales chat kamu gitu?" Tanyaku.

Nah selama dua minggu ini juga Kara berusaha menghubungi Andrew, untuk mengambil barang-barangnya dan tentu saja dokumen penting miliknya. Namun, Andrew mendadak hilang, ia tidak ada di kontrakan, tidak ada juga di lingkungan kampus.

"Gak ada, Dri. Gak tau nih dia ke mana."

"Yaudah, kamu balik kostan kapan?" Tanyaku.

"Aku jadi asisten praktikum anak bawah dulu sore ini, kayaknya kamu pulang duluan."

"Oh okay, kamu punya kuncinya, tinggal masuk!"

Kara menangguk, kemudian kami pisah, ia menuju kelasnya, aku kembali ke gedung Psikologi.

Ketika aku akan masuk kelas, poselku berdering, nama Kak Wilfa muncul di layar.

"Hallo?"

Dunia Abu-abuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang