8. Tinggal sama Abang

2.5K 436 24
                                    

Aku sudah pindah ke rumah Bang Damar. Memang sih agak jauh dari kampus, cuma aku seneng karena temen-temennya Abang banyak yang suka ke sini bikin rame dan gak ngebosenin.

Seperti malam ini, meskipun gak banyak yang kumpul, kehadiran Kak Kalya mampu membuatku sakit perut, orangnya asik banget, menyenangkan lah pokoknya.

"Intinya kita semua tuh ngelonte!" Seru Kak Kalya ketika kami selesai menonton film yang kupilih; Whore's glory.

"Bahasa lo, Kal! Ngelonte banget?"

Kemudian Kak Kalya mengoreksi ucapannya, memberikan sedikit penjelasan yang bisa diterima dengan baik karena bahasanya lebih halus.

"Kalo ade gimana dong, Kak? Kan Ade gak ngelonte!"

"Ngelonte ke tugas-tugas. Sering banget kan kamu menghabiskan waktu dan tenaga cuma buat tugas? Kamu sih lebih parah dek, gak dibayar!"

"Kejam lu Kal ke adek gue!"

Kak Kalya tidak menyahuti omongan Abang, ia hanya tersenyum dan menatap Bang Damar dengan pandangan yang sulit dijelaskan. Dari sinyal-sinyal yang terasa, kayanya Kak Kalya nih suka sama Abang, cuma radarnya Abang aja yang kurang peka nerima itu semua. Apa gara-gara Abang masih putus?

Malam ini, kuputuskan mengantar Kak Kalya pulang, sekalian mau modusin biar dia deketin Abang, kan bagus tuh kalo jodoh.

Kak Kalya menyangkal semua ucapanku, ya, dia gak ngaku kalau dia suka sama Abang.

Dia masih kepikiran masa lalunya, sama kaya Bang Damar!

Suara di kepalaku muncul lagi. Aku yang dulu terbiasa dengannya kini jadi sering kaget, abis dia munculnya saat-saat tak terduga terus sih!

Berarti ada kemungkinan dong ya, Bang Damar dan Kak Kalya saling membutuhkan?

Iya, betul, bilang aja sama Abang, kali aja kalo Abang tau dia makin cepet lupain si Wilfa!

Oke deh, nanti aku bilang Abang!

Heu! Oke deh! Jangan lupa jemput Kara!

Iya-iya!

Kepalaku kembali hening, dan kami sudah sampai di rumah yang dituju. Rumahnya Kak Kalya.

"Jujur kak sama perasaan sendiri. Jahat banget, diri sendiri dibohongin!" Kataku dengan nada suara sesopan mungkin.

Kak Kalya terlihat acuh, kemudian ia mengelak lagi. Kembali kunasehati dan... kak Kalua hanya diam, tanpa ekspresi apapun, ia berbalik lalu masik ke dalam rumahnya.

Yaudah lah, gak semua orang terima kalo dinasehati. Mungkin nanti bakal ketemu jalannya biar Abang bisa sama Kak Kalya.

**

Aku mengarahkan motorku ke restoran cepat saji yang buka 24 jam. Sekarang Kara punya kerjaan sampingan, ia bekerja paruh waktu di mekdi, karena jadwal kuliahnya padat, Kara bekerja dari jam 6 sore sampai jam 12 malam.

Sebenernya cewek gak boleh ngambil kerja jam segitu. Tapi untunglah manager-nya mau mentoleransi selama Kara pulang dijemput. Jadi, tugasku lah menjemputnya setiap hari.

Sudah pukul setengah dua belas, aku sampai dan menunggu di parkiran khusus karyawan.

Setengah jam menunggu, aku tersenyum saat Kara keluar, ia berjalan ke arahku sambil membalas senyumku.

"Kenapa?" Tanyaku saat senyumnya tak kunjung reda, malah jadi horor.

"Aku gajian! Mau ditraktir gak?"

"Hahaha! Udah simpen aja duitnya."

"Tapi aku mau traktir kamu!"

"Yaudah, kita makan angkringan aja. Sekalian kamu sarapan, kamu kan gak pernah makan pagi." Ajakku.

Dunia Abu-abuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang