21. Bukan salah aku

1.7K 333 18
                                    

Adrian POV

"Itu mobilnya Kak Aila kan?" Seru Kara di belakangku, ia menunjuk mobil yang terparkir di pinggir jalan.

"Gak tau, kan yang mobilnya gitu bukan cuma Kak Aila doang."

"Plat nomornya Dri!"

"Emmm, gak liat udah lewat. Tapi nih yaa, kalo bener yang dideskripsiin Abang ini ternyata Kak Aila, bukan salah aku loh ya??"

"Iyaa, kan kamu lagi sama aku, dia yang gatel nyamper-nyamper."

"Emmm, iyaaa!"

Kami sampai di depan rumah Abang, Kara turun lalu membuka pintu pagar jadi aku bisa memarkirkan motorku di samping mobilnya Abang.

"Adriaaannn!" Seruan itu terdengar ketika aku dan Kara baru akan melangkahkan kaki, belum juga ngucap salam.

Aku berusaha menahan diriku untuk tidak takjub karena bisa melihat keindahan warna-warni dunia lagi. Aku ingin biasa saja.

"Eh Kak Aila, apa kabar?" Sapa Kara, ia maju selangkah, mengulurkan tangan untuk menjabat kemudian mengecup pipi Kak Aila kiri dan kanan.

Aku yang sekarang ada di belakang Kara hanya tersenyum kepada Kak Aila.

"Udah balik dari Jerman, Kak?" Tanyaku.

"Pada duduk dulu gihh!" Ujar Bang Damar.

Kami semua duduk di sofa ruang tamu, lalu Kak Aila mengangkat sebuah tas besar dari lantai.

"Ini buat Adrian, makasi yaa waktu itu udah nemenin." Katanya sambil meletakkan bungkusan itu di meja.

"Makasi Kak!"

"Oleh-oleh dari Jerman itu Kak?" Tanya Kara semangat.

"Iya, sempet belanja banyak di sana. Jadi ya dibagi-bagiin." Jawab Kak Aila.

"Makasi banyak Kak Aila." Kataku.

"Iya sama-sama Adrian, eh yaa... aku pulang lagi ya?"

"Cepet banget Kak?"

"Kak Aila naik apa?" Tanya Kara.

"Aku bawa mobil, parkir di deket taman, abis lupa rumahnya di mana hehehehe!"

"Yaudah, Bang Damar anterin Kak Aila gih, kasian tau jalan jauh." Ujar Kara.

"Yee apaan bocil lu nyuruh-nyuruh!"

"Ya terus siapa? Aku gabisa bawa motor, Adri sakit perut katanya kebelet."

Hah? Kapan aku sakit perut?? Kapan aku bilang aku sakit perut?

"Yaudah, ayok non!"

"Eh gak usah, jalan sendiri aja."

"Udah Kak Aila, ditemenin Bang Damar aja."

"Gapapa?"

"Iya gak apa-apa."

Aku gak ikut-ikutan obrolan ini, jadi cuma bisa ngangguk-ngangguk aja.

Kak Aila bersalam-salaman dengan aku dan Kara, kemudian pamit keluar bersama Abang. Begitu mereka tak terlihat, aku langsung melirik Kara.

"Apaa??"

"Jangan gitu lah, Kar. Kak Aila baik lohh!"

"Ya tau, cuma aku kalo sama dia... gimana ya??"

"Kalo kamu sinis sama Kak Aila, kamu keliatan posesifnya, itu malah ngeliatin kalo kamu cemburu."

"Ya emang aku cemburu."

"Ya kan aku gak ngapa-ngapain, depan kamu juga kan ketemunya?"

Udah jangan debat sama Kara, dia tuh begitu karena sayang, gamau pisah lagi.

Dunia Abu-abuUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum