misi penyelamatan

4.8K 727 43
                                    

Muzan pov

'Sial! mereka membawa nee-chan, apa yang akan mereka lakukan?!'

Keadaan dimension sedang tidak bagus, itulah yang dipikirkan para bawahan ku. Aku berjalan satu arah, lalu berbalik, seperti alat setrika (menurut douma.)

Hatiku tidak bisa tenang, kugigit ibu jariku, entah sudah berapa tetesan darah yang terbuang.

"Apa yang membuat anda panik seperti itu tuan?"kokushibou angkat suara.

"Aku harus segera menyusun rencana untuk membawa nee-chan pulang."

"Nakime! Lacak keberadaan nee-chan sekarang!"

"Baik tuan."

Muzan pov end
.
.
.
.
.
Aku mencoba untuk membuka mata ku, rasa nyeri dari luka yang tertendang sangat terasa, awalnya aku merasa tidak bisa bergerak sampai akhirnya aku menyadari kalau untaian tali mengikat tubuhku.

"Ini dimana?"sepertinya gadis bersurai hitam ungu dengan aksesoris kupu-kupu dikepalanya mendengar suaraku.

"Ara~ sudah sadar!" Dia menyodorkan air yang beraroma pahit.

"Kudengar kanroji-san menendang mu, jadi ini akan meredakan rasa sakit di perutmu." Dia membantuku minum, posisi tergeletak ditanah paling mudah tersedak air.

Aku tersenyum "Arigatou."

"Oyakata-sama telah tiba."tiba tiba suara anak perempuan yang lantang menusuk telinga ku.

"Salam anak anakku."wajah tak asik itu...

"Kau..."ucapku tergantung.

"Kau yang membunuh rei kan!?"pria itu sontak menoleh dan tersenyum. Apa apaan dia!?

"Jangan kau memasang wajah seperti itu!"

"Kau sudah membunuh rei! Kandungku satu satunya!"

Flash back on

Saat itu sedang hujan deras, aku dan Rei lari tanpa tau arah, mama benar benar gila, hanya karena Rei berubah jadi iblis, dia menusuk mata kirinya dengan bambu.

"Onee-san, apa kita harus seperti ini?" Melihat wajah Rei membuat hatiku tersayat.

Aku berhenti sejenak."Dengar, kau menjadi iblis karena salah mama, lagipula kau tidak melukai ku, jadi kau tetap adik kecil ku."

"Arigatou, onee-san."

Kami berjalan menelusuri hutan yang lebat sampai akhirnya kami menemukan satu kediaman keluarga yang benama ubuyashiki.

"Aku harap mereka baik hati." Aku pun mengetuk pintu utama, tidak ada jawaban.

"Ano... sumimasen!"kali ini puntu utama terbuka, menampakkan sosok anak remaja dengan tatapan yang lembut.

"Astaga, apa yang kalian lakukan ditengah malam yang dihiasi hujan deras ini?"

"Ano...apa kami bisa menginap disini?"

"Tentu."ternyata dia orang baik, tatapan wajah nya penuh kasih sayang.
.
.
.
.
.
.
.
"Kalian bisa menggunakan kamar mandi nya, kalau ada butuh apa apa jangan sungkan ya."

"Ha'i" aku dan Rei membersihkan diri, karena Rei baru berumur 6 tahun jadi wajar saja aku memandikan nya.

"Ne onee-san, apa setelah hujan reda kita akan diusir?" Aku menoleh kearahnya lalu tersenyum.

"Ya setidaknya kita bisa beristirahat sebentar"saat ingin mengelus surai putihnya, tiba tiba dia memberontak.

"O...nee-san."tubuhnya dipenuhi oleh keringat dingin.

"Rei!"

"Arrghhh!!"

"Rei! Kau kenapa?!" Tiba tiba dia menerkam ku, tangan kecilnya begitu kuat saat mencekik leherku.

"R...rei...."aku hampir kehilangan kesadaran, tapi tiba tiba cengkraman nya lepas.

"A...apa yang kulakukan?!"

"A...aku hampir membunuh onee-san?"

"Hei kau!"kami berdua menoleh, ternyata itu adalah pemburu iblis.

Gawat

"Entah ini perasaanku saja atau...memang benar anak lelaki bersurai putih itu adalah iblis"

"D...dia bukan iblis."

"Bohong!"elak pemburu iblis itu.

"Maaf nona tapi aku harus membunuhnya." Dalam sekedip mata, pemburu iblis itu sudah mengikatku di pepohonan dan membiarkan ku melihat kejadian yang tidak pernah ku inginkan.

"REI!"air mata ku mengalir deras, sekarang aku benar benar sebatang kara.

Anak remaja bersurai hitam itu melepaskan ku. Dengan wajah sendu dia tersenyum. "Maaf tapi aku hanya ingin menolong mu dari iblis itu."mataku terbelalak, ternyata dia bukan seperti yang kupikirkan.

"Jadi, kau yang memanggil pemburu iblis itu?!"

"Kumohon jangan marah nona, tapi kau sekarang sedang berada di kediaman ubuyashiki, ketua dari para pemburu iblis."

Jadi, ini jebakan?!

"Apa kau sengaja melakukan ini?!"

"Awalnya aku memang kasihan dengan kalian, tapi saat kau tiba perasaan aneh mulai menjalar ditubuhku."

"Aku berfikir bahwa salah satu dari kalian adalah iblis, jadi aku sudah mengamati kalian dari jauh." Air mataku kembali menetes, tapi kali ini dicampur dengan dengan rasa amarah dan penyesalan.

"Kau... seharusnya mengerti! Dia adikku! Kenapa kau jahat sekali!?" Aku bangkit dari posisi duduk lalu berlari sejauh mungkin dari kediaman itu.

"Mereka yang terlahir dengan kebutuhan yang terpenuhi tidak akan mernah mengerti diriku."

Flash back off





















Yo gais!

Apakah kalian sudah mengerti sekarang kenapa reader gk takut pas ketemu muzan?

Ya segitu aja dulu

Author pamit undur diri

Sekian...

Terima gaji:)

Ja~

Brother (muzan x reader)Where stories live. Discover now