Bab 3. Postingan Baru

4.5K 971 224
                                    

Ditunggu komentar kalian yaaa!

----

Motor Alam masuk ke dalam sebuah gang, bangunan tampak saling berdiri rapat, anomali dengan kompleks perumahan Eila yang saling berdiri kokoh dan terlihat mengintimidasi. Rumah keluarga Alam terkesan hangat, pepohonan asri ditanam di pekarangan. Masih ada tukang sayur lewat menjajakan dengan gerobak. Tetangga saling berkumpul di depan rumah, ada yang masih mengenakan daster sedang menyuapi anaknya, ada pula sedang menyapu dedaunan di jalan. "Permisi ya, Bu," Alam melambatkan motornya.

"Siapa Nak Alam? Calon istri?"

"Doain aja, Bu."

"Akhirnya ya, Alam kita yang ganteng punya gandengan."

Eila bisa menilai kalau Alam adalah idola para ibu-ibu di dalam gang, dilihat dari betapa riangnya mereka mengetahui ada seorang perempuan berada di boncengan Alam. Kendaraan akhirnya berhenti, Eila turun dari motor, melepaskan helm dan membenarkan letak rambutnya yang sedikit berantakan. Dia memutar spion milik Alam tanpa permisi. "Make-upku berantakan, ya?"

Alam menggeleng dan ikut turun dari motor. "Yuk masuk." Mereka berdua melangkah masuk. Suara teriakan anak-anak menggema dari dalam, diikuti suara dentingan piring dan sendok saling beradu, serta suara iklan di televisi. "Nenekkk, Abang Alam udah datengggg!" seorang anak laki-laki kecil berteriak hingga gigi ompongnya terlihat.

Eila menunjukkan wajah tidak suka, sejak dulu dia benci dengan anak kecil. Menurut Eila, anak kecil adalah makhluk menyebalkan yang suka berbuat semena-mena dan berisik. "Halo, Abi," Alam berjongkok, meraih bocah itu dalam pelukannya. "La, kenalin ini keponakanku. Abi, kenalin, ini Tante Eila."

"Mukanya serem! Galak!"

Ih? Eila mengerutkan hidung, menahan dirinya untuk tidak mencubit Abi. Bisa-bisanya dia bilang gadis cantik nan sempurna seperti Eila memiliki wajah galak nan menyeramkan.

"Halloooo, selamat datang." Eila melihat seorang wanita berparas ramah dengan hidung mancung dan berjilbab menyambutnya, diikuti seorang wanita lainnya. "Ini Eila, ya?" Alam Tentunya sudah bercerita sedikit mengenai Eila ke bibinya, dan bibinya meneruskan ke anggota keluarga lain. Alam memiliki pasangan adalah informasi menarik yang harus segera disebarluaskan. 

"La, kenalin ini kakak iparku, yang ini Kak Silvi," Alam memperkenalkan wanita berjilbab yang menyambut kali pertama, "istri dari abang sepupuku yang pertama, Kak Yesa. Di sebelahnya, Kak Esi, sepupu perempuanku."

"Eila." Eila menjawab singkat, berusaha menarik ujung bibirnya yang terasa kaku. Melihat ekspresi Eila yang kurang nyaman, Alam meletakkan tangannya di punggung Eila. Tindakan itu sempat membuat Eila meliriknya, sedikit terkejut. Lalu Eila mendengar Alam berbisik lirih, "Relax, La."

Seorang wanita tua muncul, Eila bisa menebak kalau itu adalah Bi Nur. Beliau muncul dengan pandangan meneliti, dari bawah ke atas. Seolah sedang memindai calon untuk keponakan tersayangnya. "Bi, ini Eila."

"Hi." Eila justru melambaikan tangan. Bi Nur menautkan alisnya.

"La, cium tangan Bibi," bisik Alam.

"Oh," Eila lantas mendekat, mencium tangan Bi Nur dengan gaya seperti lelaki Prancis sedang memperkenalkan diri. Bi Nur makin tampak bingung, sedangkan Kak Silvi dan Kak Esi berusaha menahan tawa melihat ekspresi Bi Nur. "Gimana kabarnya, Bi, sehat?"

"Alhamdulillah, Nduk, silakan duduk. Kebetulan Bibi sudah masak banyak buat menyambut kamu."

"Wah, nggak perlu repot-repot, Bi." Eila digiring duduk di ruang tengah.

Alam dan EilaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora