Bab 14. Kebenaran yang Terungkap

5.2K 973 6.2K
                                    


Ini part panjang lho dan lumayan menguras emosi, jadi siapin hati sebelum membaca.

HAPPY READING!

HAPPY READING!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


----

Hal pertama yang melintas di kepala Eila setelah mendapatkan uang bayaran dari Namira adalah mengadakan acara minum-minum. Dia butuh sesuatu untuk mendistraksi pikirannya dari segala macam kerumitan duniawi. Alam cuma bisa diam melihat beberapa botol sudah habis dan tergeletak di atas meja. "Lam, kamu minum juga dong. Cupu banget sih, kalah sama aku!" Eila menudingnya sambil terkekeh geli, "kalah sama perempuan, katanya cowok tuh lebih kuat dari cewek?"

Karena ingin menghargai Eila, Alam akhirnya menegak setengah gelas dan meringis ketika perpaduan rasa manis, asam dan sensasi terbakar memenuhi mulutnya. Dia melihat pipi Eila sudah memerah dan matanya semaput seperti orang kobam. "La, udah La," Alam berusaha menahan botol yang ingin Eila habiskan, padahal sudah hampir tiga botol gadis itu habiskan sendirian.

"Segini mah nggak ada apa-apanya buat aku, Lam," ujar Eila keras kepala.

Alam sadar bahwa dia tidak memiliki kendali untuk menahan Eila agar tidak meminum lebih banyak, alhasil yang dia lakukan adalah diam, mengamati istrinya itu terlena dengan tindakannya. Dia melihat pipi Eila memerah dan membuatnya terlihat seperti memakai blush versi alami. Tiba-tiba satu pertanyaan melintas dari mulutnya tanpa bisa dia tahan. "Tell me about yourself, La."

Eila menoleh, matanya menyipit dengan alis mengernyit. "Me?"

"Iya, aku mau tahu tentang kamu."

Lelaki itu menyadari bahwa dia masih begitu abu-abu tentang Eila. "Well, I am pretty, kamu pasti nggak akan mendebatku soal itu, kan?" balasnya percaya diri dan membuat Alam terkekeh geli. "Waktu SMA aku pernah ikut prom dan dapat gelar sebagai queen dan gadis paling cantik di angkatanku," Eila memuntir ujung rambutnya, "makanya banyak banget cewek-cewek nggak suka sama aku, slogan women support women itu sungguh tahi kucing menurut aku. Justru musuh terbanyak perempuan berasal dari kaum sesamanya sendiri."

"Mereka iri karena kamu cantik?"

"Aku pernah dilabrak waktu kelas dua SMA sama kakak kelasku gara-gara cowoknya suka sama aku. Sumpah, kalau diinget-inget, kayak ftv banget. Pulang sekolah, aku ditarik ke toilet cewek. Ada lima orang lawan aku sendirian. Mereka jambak aku, tapi aku ngelawan mereka kayak orang kesurupan. Ujung-ujungnya mereka nggak berani lagi nyentuh aku." Eila menjawab dengan seringai tipis di sudut bibirnya, terlihat bangga pada dirinya kala itu karena berani membela diri sendiri. "Aneh banget, ya? Padahal aku nggak berusaha menggoda, lagian suka tuh manusiawi kali."

Eila menggelengkan kepalanya. "Aku juga nggak pernah bisa mengeluh di depan Rara sama Julia."

Alam memajukan tubuhnya, berniat mendengar cerita Eila lebih jelas. "Kenapa gitu?"

Alam dan EilaWhere stories live. Discover now