Bab 12. Konten Instagram

4.9K 920 4.1K
                                    

selamat membaca!

----
MBAK EILA

Tidak pernah terbayangkan dalam hidup Eila bahwa dia akan mengalami titik di mana dia harus menggoyangkan botol skin care-nya demi mendapatkan secuil serum yang masih menempel pada dinding botol, tapi yang dia dapatkan hanya setitik kecil dan hany...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tidak pernah terbayangkan dalam hidup Eila bahwa dia akan mengalami titik di mana dia harus menggoyangkan botol skin care-nya demi mendapatkan secuil serum yang masih menempel pada dinding botol, tapi yang dia dapatkan hanya setitik kecil dan hanya bisa ditotol di daerah kening. Selama sebulan, tidak ada pendapatan sama sekali. Dia tidak melakukan perawatan wajah sampai kulitnya kering dan tumbuh beruntusan kecil di dekat dagu dan kening. Rambutnya kasar karena tidak melakukan creambath rutin. Kuku-nya pun tidak mengilat seperti biasanya.

Eila memandangi pantulan dirinya di cermin. Dia seolah tidak mengenal siapa sosok yang sedang menatapnya.

Biasanya Eila selalu merasa bahwa hidup berjalan begitu cepat, hingga rasanya seolah-olah berlari, dia tidak punya waktu menikmati jerih-payahnya dari pagi hingga malam hari, tapi kini semua justru terasa anomali. Dia punya banyak waktu, tapi uang yang selalu dicari, entah hilang pergi ke mana. Kini waktu justru berjalan begitu lambat, seperti sebuah jam pasir.

Gadis itu keluar dari kamarnya dan melihat Alam ternyata belum berangkat kerja, cowok itu sedang ada di depan kulkas. Memasukkan makanan di dalamnya. Eila mendekat, memerhatikan Alam dengan kening mengernyit. "Kamu ngapain?"

"Habis ngerampok supermarket, La."

Eila memanyunkan bibir. "Hahaha, lucu banget Lam. Udah jam sembilan nih, nggak berangkat kerja?"

"Aku udah izin, datangnya agak telat. Ada urusan rumah tangga yang harus dipenuhi."

"Ngurusin isi makanan di kulkas?"

"Token listrik juga udah aku isi."

"Lam, kamu nggak perlu ngelakuin itu, bukan kewajiban kamu."

"Kamu ada uang? Kalau nggak ada, bisa pakai uangku dulu—"

"Lam, stop it!" Nada suara Eila meninggi, "kamu kira aku semiskin itu, ya? Aku masih bisa cari cara buat penuhi kebutuhanku." Matanya tampak memerah dan napasnya terengah-engah karena emosi yang naik hingga ke ubun-ubun. Alam yang mendengar itu terdiam, tidak menyangka dengan reaksi Eila. "Kita menikah, bukan berarti kamu harus ikut campur sama semua urusanku. Kamu lupa sama kontrak yang udah kita taken dulu?"

"Bukan gitu maksud aku, La."

"Kamu justru bikin aku merasa nggak berguna!"

"La—" Eila kembali masuk ke kamar, tidak mendengarkan kalimat Alam selanjutnya. Gadis itu membanting pintu dengan keras. Di dalam kamar, dia terdiam. Sebuah perasaan asing menelusup ke dalam hatinya. Dia merasakan hidupnya kini tak berbeda dengan sebuah patung manekin yang tidak bisa melakukan apa-apa, bahkan sekadar memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri.

****

Alam kembali ke kantornya, tapi bukan pekerjaan yang dia lakukan, melainkan berusaha mencari tahu tentang trik promosi di sosial media. Dia bahkan meluangkan waktu-nya yang padat itu dengan stalker akun Instagram para selebgram, dia juga memanggil Rara untuk ke ruangannya. "Ra, ini apa namanya?" Dia menunjukkan akun snapgram seorang seleb yang sedang berjualan, "jualan gitu, ya?"

Alam dan EilaWhere stories live. Discover now