Bab 16. Sosok di Masa Lalu

4.4K 921 11.1K
                                    

ayayayay terima kasih banyak sudah votes dan komen di part sebelumnya,

---

Reaksi yang ditunjukkan Alam adalah terdiam, sebuah reaksi yang tidak pernah terbayang akan Eila dapatkan. Selama ini, laki-laki berlomba untuk mendapatkan hatinya dan dia yang selalu menjauh. Ternyata cinta rupanya sedang memberinya pelajaran. Gadis itu tertawa getir. "Jangan La, jangan sia-siain perasaan kamu buat jatuh cinta sama cowok kayak aku."

"Enak banget ya kamu, kamu memperlakukan aku dengan baik sampai aku akhirnya nggak bisa menahan diri buat jatuh cinta sama kamu. Terus, tiba-tiba sekarang kamu bilang supaya aku nggak boleh jatuh cinta sama kamu? Maksud kamu apa sih, Lam?"

"La, wanita diperlakukan baik sama laki-laki itu udah seharusnya begitu, memang kamu mau aku gimana sih? Aku marah-marah gitu?"

"Iya! Selama ini aku tumbuh dengan laki-laki yang selalu semena-mena sama perempuan, ketika kamu muncul dan memperlakukan aku kayak gini, aku ngerasa ada yang beda. Aku justru jatuh hati sama perlakuan kamu."

Alam menelan ludah, terlebih melihat mata Eila yang berkaca-kaca.

"Kalau memang harus gini, ya udah stop! Berhenti berbuat baik sama aku, seperti yang ada di kontrak kesepakatan kita dulu. Jangan ikut campur sama urusanku. Begitu pun sebaliknya, aku nggak akan ikut campur sama urusan kamu. Sebelum perasaan aku berkembang lebih jauh lagi, aku harus nyiram apinya, kan supaya nggak kebakaran hebat?"

"Jangan jatuh cinta sama aku, La." Alam menundukkan wajahnya. "Dari luar aku keliatan baik-baik aja, tapi kamu nggak kenal aku yang sebenarnya gimana. Aku berantakan. Kamu barangkali cuma jatuh cinta sama sosok Alam di bayangan kamu, waktu kamu tahu yang sesungguhnya tentang aku, kamu bakal nyesal karena jatuh cinta sama aku."

Eila menatap Alam bingung. Lelaki itu lantas beranjak bangkit, masuk ke kamarnya, sementara Eila seolah perlahan-lahan tenggelam dengan tanda tanya besar dalam kepalanya.

****

Semalaman Eila tidak bisa tidur, insomnianya kambuh lagi, dengan berbagai hal masalah yang beruntun dalam hidupnya membuatnya bertanya-tanya dosa apa yang pernah dia lakukan dalam kehidupan sebelumnya. Kenapa dia bisa bereinkarnasi menjadi sosok Eila yang tak henti-hentinya mendapat masalah. Oh jangan salah, Eila tentu saja bangga terhadap dirinya sendiri, dia hanya bingung kenapa masalah seolah tidak berhenti seperti keran bocor. Apakah Tuhan memang tidak ingin melihatnya tersenyum?

Alhasil hal yang dia lakukan ketika Alam sudah pergi bekerja adalah dia ingin mencari tahu tentang Alam. Eila berencana pergi ke rumah Bi Nur, tak lupa dia mampir untuk membeli buah sebelum berkunjung. Mengenakan dress bunga-bunga panjang yang memperlihatkan tubuh rampingnya, gadis itu berdiri di depan rumah Bi Nur. "Assalamualaikum!"

"Walaikumsalam." Seorang wanita mengenakan jilbab panjang berwarna merah jambu menyambutnya. "Oalah, Eila? Ayo masuk, wah senang sekali Kakak kamu main ke sini. Sama siapa? Sendiri? Alam kerja?" Kak Silvi, istri dari abang sepupu Alam menyambutnya dengan pertanyaan beruntun.

"Iya Kak sendiri. Alam masih kerja. Ini Kak aku ada oleh-oleh." Dia mengerahkan sebuket parsel buah-buahan lengkap.

"Wah nggak usah repot-repot, tho. Yowis masuk, Abiii salam dulu ke Tante Eila." Kak SIlvi memanggil seorang bocah kecil berambut mangkuk berlari mendekat.

"Halo Abiii, apa kabar?" Eila berusaha seramah mungkin mengingat pertemuan pertama mereka tidak baik karena Ani menjulukinya Tante Berwajah Galak. "Aduh makin ganteng, ya."

"Bentar ya, aku panggil Ibu dulu." Ternyata tak perlu dipanggil, Bi Nur sudah menunjukkan batang hidungnya dengan masih mengenakan mukena. Wanita itu melepaskan mukena-nya, meletakkan di sofa, sementara Eila langsung menyalim tangannya.

Alam dan EilaWhere stories live. Discover now