LH - 06

86.8K 6.1K 2.7K
                                    

Semoga bisa semakin banyak banyak yg baca ya.. aamiin ya Allah aamiin.. semoga sebelum 20 part bisa satu juta yang baca.. aamiin ya Allah aamiin.. 🤍

Part ini 2.6K vote dan 3K komen bisaaa?!

JANGAN LUPA FOLLOW IG AKUUWW! 😻🫵🏻

"Lo habis darimana? Kok nggak ada di rumah?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Lo habis darimana? Kok nggak ada di rumah?"

Naraca berhasil dikejutkan oleh kehadiran Khaezar di rumahnya. Gadis itu menggaruk pelipisnya, terlihat sok bodoh sejenak sebelum menjawab.

"Habis keluar bentar. Kenapa?" Tanyanya sambil memberi tatapan bodohnya.

Khaezar memicing pada Naraca, ia mengamati ekspresi gadis itu dengan lekat, mencari tau apakah Naraca sedang berbohong atau tidak.

Setelah beberapa saat dia memastikan kalau Naraca tidak berbohong, barulah Khaezar menjawab, "ada yang mau gue bicarain sama lo."

Setelah Khaezar berbalik dan berjalan memunggunginya, barulah Naraca menghembuskan nafas lega. Ah, akhirnya!

Gadis itu kemudian melangkahkan kakinya cepat mengikuti langkah kaki Khaezar. Mereka berdua duduk berhadapan di atas sofa, di depan Khaezar ada meja bundar yang menjadi pemisah keduanya.

Khaezar mengambil sebuah map coklat dan menyodorkannya pada Naraca, "gue ada tugas buat lo."

Naraca mengambil alih amplop coklat itu. Ia membukanya dan mengeluarkan secarik kertas dari dalamnya.

"Pesta topeng, lo harus datang kesana. Cari seseorang disana—"

"Siapa?" Sahut Naraca, memotong pembicaraan Khaezar sembari dia membaca kalimat yang tertuang di atas surat itu. Terkait tanggal dan lokasi di adakannya pesta topeng.

Ngomong ngomong, ini bukan pertama kali Naraca mengikuti pesta topeng, ini sudah ke sepuluh kali? Mungkin. Dan biasanya dia datang ke pesta topeng untuk bersenang senang, namun kali ini berbeda, dia datang kesana untuk sebuah misi.

"Denhaag."

Kepala Naraca terangkat, matanya memicing, "cowok?"

Khaezar mengangguk, "mungkin? Gue juga nggak yakin. Tapi yang jelas namanya Denhaag."

"Kayak nama kota? Di Belanda?" Gumam Naraca. "Tapi bagus deh namanya."

"Namanya bagus, tapi nasibnya cukup buruk." Lanjut Khaezar. Pria itu menyenderkan punggungnya di sofa, "buat dia tunduk sama lo, Ca. Lo harus bisa dapetin dia, tepat dimalam pesta topeng."

Tepat setelah Khaezar bertitah seperti itu, Naraca mengeluarkan rokoknya yang ada di balik saku celananya.

Gadis itu mengambil sepuntung rokok dan langsung membakar ujungnya dengan korek. Naraca menyesapnya dan mengepulkan asap tebalnya ke udara, bersamaan dengan rasa kesal yang tiba-tiba saja menyeruak setelah mendengar misi yang diperintahkan oleh Khaezar.

Love HateWhere stories live. Discover now