LH - 27

43K 4.3K 3.4K
                                    

seharusnya kemarin update, tapi aku mau bertemu Jeno😭 Jadi gabisa update😭 bener bener curi waktu buat ngetik

di part ini jangan kaget ya.. wkwk

3K vote dan 3K komen for next part yhaaa!

"Lo seharusnya sadar, apa konsekuensinya." Khaezar mencerca Naraca melalui sambungan teleponnya.

Terdengar geraman amarah tersirat dari mulut pria itu. "Lo yang berbuat, lo yang harus tanggung konsekuensinya." tekan Khaezar.

Naraca terdiam. Sesaknya di dada karena di hantam kenyataan. Tepat setelah sambungan telepon terputus, Khaezar yang memutus sambungan telepon terlebih dulu, Naraca langsung tertunduk lemas.

Tangisnya berderai, diiringi dengan sesak. Wanita itu kemudian menoleh pada sebuah benda yang tergeletak begitu saja di sampingnya.

Naraca yang sedang lemas terduduk di atas lantai pun meraih benda tersebut dan mencengkramnya dengan erat.

Dia harus segera menemui Roman, dan mengatakan apa yang terjadi padanya saat ini.

***

"Udahlah, nggak usah bertengkar lagi gara gara cewek. Gue capek serius capek." Ejan berseru pada Roman.

"Ya gampang, gue keluar dari beringas. selesai?" jawaban Roman terlampau santai, membuat Ejan membuang nafas kesal.

Ejan menghampiri Roman dan memeluk pria itu. "Cewek banyak bro. Kalau abangnya nggak setuju sama lo, ya nggak usah maksa. Gue bisa cariin cewek yang lebih baik? Lo mau yang gimana? Gue cariin!" seru Ejan.

Roman menggelengkan kepalanya, menolak tawaran Ejan. "Saya hanya mau Naraca. Itu sudah bulat."

Dan setelah itu, Roman berdiri, meninggalkan Ejan yang hanya bisa menghembuskan nafas lelah dan pasrah dengan sahabatnya yang keras kepala.

"Nggak lo, nggak Khaezar, pecah belah beringas gara gara cewek!"

Roman tetap diam. Membisu, enggan menanggapi pernyataan Ejan yang kian emosi.

***

Saat pintu lift terbuka, Roman langsung dikejutkan dengan kehadiran Naraca yang bersimbah air mata di depan lift.

"Ca?" panggil Roman, nampak khawatir dengan Naraca yang langsung memeluk tubuhnya dengan erat.

Roman mengurai pelukannya, dia menatap kedua mata Naraca yang berkaca kaca. "Kenapa?" tanyanya panik sekali.

Naraca mengusap air mata. Dia kemudian menarik tangan Roman untuk mengikutinya. Roman masih tidak mengerti dengan Naraca, tapi terselip ke khawatiran di hatinya.

Naraca membuka pintu unit apartemennya, dia mendorong Roman masuk ke dalam, barulah dia ikut masuk dan mengunci.

"Kak," panggil Naraca dengan suara lirih.

Love HateUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum