10ꫂ Move on

137 94 53
                                    

   Zullivan atau yang biasa kita sebut dengan Kak Zul, sedang merapikan buku-bukunya yang berserakan di atas kasur. Ranjangnya berada disusunan atas dan terletak di sudut ruangan. Sambil merapikan buku-bukunya, dia tanpa sengaja memandang ke arah luar melalui celah ventilasi. Indranya menangkap sesosok gadis dengan raut wajah sumringah berbalut seragam pramuka beserta tas ransel warna biru toska yang setia menggayut dipundaknya.

   Gadis itu terlihat sedang berjalan bersama dengan beberapa temannya sambil bersenda gurau hingga terbahak-bahak. Dia tidak menyadari ada seseorang sedang melihat tingkah anehnya setiap pagi bahkan kadang sore hari saat akan berangkat mufrodat.

          "Tuh anak kayanya ga pernah sedih deh. Ketawa mulu tiap lewat." Lirih Zullivan sambil menggelengkan kepalanya heran menangkap kelakuan Aluna yang menurutnya tak pernah sedih.

          Oiya, sebentar lagi dia ulang tahun. Enaknya ngasih apaan ya? Pikir Zullivan kemudian tanpa mengalihkan pandangannya pada gadis yang mulai menjauh.

          Ah, dia kan pernah cerita kalo dirumah ngajinya selalu pake hp karena ga ada Al-Quran. Mending aku beliin dia Al-Quran aja supaya dia ga ngaji lewat hp lagi. Sebuah ide cemerlang muncul di benaknya.

          Oke! Besok pas perpulangan sekalian aku beliin Al-Quran, deh. Zullivan kemudian menyelesaikan aktivitas merapikan bukunya dan beranjak turun untuk berangkat ke sekolah.

   Selama liburan sekolah, Aluna dan Zullivan memang sering berkomunikasi via SMS maupun aplikasi chatting yang sedang marak bermunculan. Mereka menceritakan keseharian masing-masing selama liburan dan kegiatan di asrama. Zullivan pula yang merekomendasikan Aluna sebagai Divisi Keamanan. Dia beranggapan bahwa wajah Aluna yang agak galak dan sifatnya yang cuek bebek sangat cocok sebagai Divisi Keamanan yang bertugas menjaga keamanan.

• • •

   Hari ini hari terakhir UAS semester 1. Seluruh siswa tampak berseri-seri karena akhirnya liburan akan datang pada mereka. Bel penanda waktu istirahat pun berbunyi membuat pengawas dengan sigap mengambil seluruh kertas ujian.

   Aluna meletakkan kepalanya di atas meja. Kepalanya terasa sangat berat. Hidungnya mampat karena sedari malam dia merasakan kedinginan.

          "Heh, aku minta maaf yo nek selama ini akeh salah karo koe." Ujar teman sebangku ulangan Aluna, Aris. Dia adalah siswa IPS yang tidak tinggal di asrama sehingga selalu menggunakan Bahasa Jawa.

          "Yo aku juga yo." Balas Aluna. Dia masih belum mengangkat kepalanya.

          "Koe ngopo toh?" Tanya Aris kemudian.

          "Gak papa. Pusing aja abis ngerjain soal tadi." Maklum, jadwal ujian hari ini adalah Kimia yang membuat Aluna nampak mabok atom.

   Aris mengangguk-anggukan kepalanya. Kemudian dia mengalihkan pandangan keluar jendela yang kacanya sudah pecah sebagian.

           "Kae koncomu uduk? Kok gotong-gotong kardus nggo opo?" (Itu temenmu bukan? Kok gotong-gotong kardus buat apa?) Tanyanya sambil menunjuk ke siswi yang menggotong banyak kardus. Aluna melongok sebentar ke jendela bolong itu.

          "Oh... Iya hari ini pindahan kamar." Jawabnya kembali menempelkan kepalanya.

          "Lha ngopo pindah?" Aris selalu kepo akan kegiatan di asrama tapi dia enggan untuk menjadi bagiannya. Tak jarang dia mengikuti kegiatan asrama yang sangat fenomenal, Speech Competition.

VOCALPHILIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang