04: fatamorgana

177 27 16
                                    

Seokjin memerhatikan saat sesendok es krim hilang ke dalam lahapan kecil Jungkook. Meskipun tidak ikut mencicip, dia tahu itu sangat manis, segera teksturnya akan meleleh di dalam mulut seperti keajaiban.

Mungkin tatapannya diketahui oleh si bungsu yang kemudian menawari dia sekali lagi dengan isyarat; menyodorkan wadah es krim sekalian sendoknya ke hadapan.

Seokjin menolak untuk ke sekian kali karena sedang tak ingin, lebih merindukan air mineral daripada kudapan manis. Cuaca sedang panas dan dia kehausan. Pikirnya, tidak bisakah Namjoon bergerak lebih cepat agar segera sampai ke sini? (Pemuda itu menawarkan diri untuk pergi membelikan minuman tiga puluh menit lalu, tetapi sampai sekarang belum ada tanda-tanda akan datang).

Di sisi lain, Jungkook, meskipun terlihat asik melahap es krim, tidak ada yang tahu bahwa dia sedang sangat resah. Di pikirannya selalu terbayang tentang kertas segi empat (yang digunakan untuk membungkus serbuk obat) masih terselip di dompetnya, sengaja disiapkan kalau-kalau ada situasi darurat. Remaja itu berharap obatnya tidak akan pernah terpakai selama mereka menginap di rumah kakek; dengan kata lain semua akan baik-baik saja.

Lahapan terakhir, tatapan Jungkook memindai sekeliling untuk mencari tahu keberadaan Namjoon karena sekarang dia juga dilanda kehausan. "Kak Seokjin, kenapa Kak Namjoon lama sekali?" rengeknya.

"Sabar ...." Sejenak hanya itu jawaban Seokjin yang kelelahan, energinya terkikis banyak di tengah keramaian publik. "Sama, aku juga kehausan."

"Dan mengantuk, iya, 'kan?" ejek Jungkook dengan riang.

"Terlihat jelas, ya?" Seokjin terkekeh. "Kalau begitu aku harus membasuh wajahku dulu, nanti sekalian mencari Namjoon. Kau tunggu di sini, oke! pokoknya jangan ke mana-mana sebelum Namjoon atau aku kembali."

Ayam goreng keju adalah menu utama kafe tempat yang akan mereka singgahi nanti. Namjoon yang memilih tempat itu karena alasan 'enak' setelah beberapa kunjungan.

Dari penampilannya saja sangat meyakinkan, ayam goreng bertabur lelehan keju mozzarella beserta biji wijen di layar smartphone Namjoon sangat menggoda kesabaran Jungkook. Dia berharap Namjoon segera datang agar bisa mulai memesan, itu karena dia sedikit kurang percaya diri untuk memanggil pelayan sendirian.

Նɿ૭Һ੮


Rasa kantuknya hilang. Seokjin terpaku diam sebab terpana tatkala mendapati seseorang di depan sana; yang sedang berdiri memandangi pajangan sebuah baju di etalase.

Tidak mungkin lagi dan lagi, secara tidak sengaja, dirinya berjumpa dengan Taehyung. Semudah ini? Di antara jutaan manusia kota? Mengapa?

Entah itu bayangan atau dia benar-benar melihatnya, Seokjin sedikit kesulitan menemukan perbedaannya. Tidak ingin banyak menimbang, hanya ingin mengejar dan meraih sosok itu menggunakan jari jemari miliknya sendiri agar dapat membuktikan banyak hal.

Seolah hati mereka terkoneksi, Taehyung menoleh ke tempat Seokjin berdiri.

Orang-orang asing berlalu lalang di sekitar, tentu saja sibuk dengan kehidupan masing-masing, beberapa sedang bercengkerama sembari menebar senyum. Sedangkan Seokjin dan Taehyung merasa sebuah anak panah baru saja melesat membawa waktu mereka terpaku di dinding.

Napas mereka sama-sama tercekat, tetapi agaknya Seokjin lebih cepat tersadar, kemudian segera mengambil tindakan; kedua tungkainya berjalan cepat mengikis jarak. Hati begitu tidak sabaran untuk menjemput kenyataan bahwa sosok itu adalah benar Taehyung adiknya.

Ini bukan fatamorgana. Ini bukan fatamorgana. Kalimat demikian yang terus diulang. Detak jantungnya sampai berdebar-debar dipenuhi harapan tinggi.

Enam meter itu jauh, butuh seribu langkah untuk sampai ke sana dan begitu jemarinya menyentuh bahu orang lain, sosok itu tetap ada, tidak menghilang seperti yang dikhawatirkan.

ʟɪɢʜᴛ || ¹³⁴³⁴⁰℘ɭนtσ || TW ❗ Where stories live. Discover now