1 - ooh, make love to me

55 9 1
                                    

Sekali-sekali, Vel berpikir bagaimana rasanya membunuh Tantra, suaminya.

Biasanya pikiran itu menelusup tanpa permisi setiap kali amarahnya kepada Tantra memuncak, menggedor-gedor kepalanya dari dalam. Seperti yang telah berlangsung dua puluh menit ini sejak Tantra dan Vel meninggalkan restoran tempat mereka merayakan hari jadi pernikahan yang ketiga. Atau tepatnya, tempat mereka seharusnya merayakan hari jadi mereka.

Tantra lebih tinggi setidaknya tujuh belas senti dari Vel. Tubuh Tantra tadinya memang cukup jenjang dan padat berkat latihan taekwondo yang dia tekuni sejak SMP hingga kuliah. Namun setelah menikahi Vel, tepatnya tiga tahun, satu hari, empat jam, dan tiga menit yang lalu, badannya berangsur-angsur membundar. Kadang bahkan kepala yang bertengger di atas badannya nampak tidak berdagu, tertelan oleh lehernya yang membengkak seperti bola pantai yang baru dipompa.

Memang Tantra sudah tidak lagi selincah dahulu, berkat pekerjaan korporatnya yang mengharuskannya duduk di depan komputer, siang dan malam, tanpa bergerak, sampai garis pinggangnya melesak memenuhi pinggir-pinggir kursinya. Hari libur pun dia manfaatkan lagi-lagi di depan komputer, berkutat dan game-game-nya, berteriak-teriak ribut sendiri jika berhasil atau gagal melaksanakan quest entah-apa yang tidak penting untuk Vel ketahui. Dia baru beranjak dari sana untuk makan, mengemil, atau menelungkup di atas ranjang mereka berdua, memainkan ponselnya dengan tubuhnya yang semakin tampak kembar dengan kasur di bawahnya.

Menyerang Tantra secara fisik tentu bukan pilihan yang rasional. Bahkan jika Vel menangkupkan bantal di atas wajah suaminya ketika dia tertidur. Vel pernah membaca di internet bahwa membunuh orang dengan membekapkan bantal ke wajah mereka butuh waktu setidaknya 5 menit. Dalam jangka waktu selama itu, tubuh Vel mungkin sudah Tantra pentalkan ke seberang ruangan dalam rangka membela diri. Situasi yang sama juga akan terjadi jika Vel mencoba mencekik atau menggencet hidung suaminya itu.

Lalu, bagaimana? Membayar pembunuh bayaran? Memangnya ini film-film Hollywood, apa? Lagipula, dari mana Vel, seorang ibu rumah tangga biasa dengan lingkar pergaulan yang itu-itu saja, bisa punya kontak ke dunia gelap seperti itu? Sejak menikah dan pindah ke daerah yang jauh dari pusat kota, grafik kehidupan sosial seakan menurun drastis. Sudah tidak mungkin lagi dia berpesta hingga tengah malam atau spontan nge-trip ke luar kota tanpa rencana matang seperti di masa lajangnya dahulu. Teman-teman dekatnya semua masih single atau paling tidak baru sebatas berpacaran. Tidak ada yang sudah mengikatkan diri mereka dalam kungkungan kewajiban domestik dan tetek bengek pernikahan. Ah, berapa irinya Vel kepada mereka.

Cara lain? Menyisipkan racun pada makanan kesukaan Tantra? Itu hal yang paling mungkin Vel lakukan. Hanya saja, jika dia benar akan melakukan itu, Vel tidak mau sampai ketahuan. Sudah otomatis terbayang di benaknya, headline demi headline berita, yang terpampang di media online tentangnya jika dia sampai tertangkap polisi.

SUAMI TEWAS DIRACUN ISTRI, TERNYATA SEMPAT CEKCOK URUSAN RUMAH TANGGA

TIDAK PUAS DINAFKAHI, ISTRI HIDANGKAN MAUT UNTUK SUAMI

TERUNGKAP! KRONOLOGI PEMBANTAIAN SEORANG SUAMI OLEH ISTRINYA SENDIRI

Vel bahkan bisa menebak komentar para netizen yang budiman menanggapi berita penuh bumbu bombastis itu.

"Jadi istri kok nggak bersyukur banget. Masa cuma gara-gara makan malam nggak lancar, sampai membunuh suaminya? Pasti istri psikopat, deh," cetus akun seorang ibu dengan foto profil selfie di dalam mobil.

"Astaghfirullahalazim... Suami bukannya dimuliakan malah dihabisi..." imbuh akun lain dengan foto bersama suami dan keempat anaknya yang semua memakai baju berwarna sama.

"Jangan langsung menghujat, siapa tahu dia sebenarnya nggak bahagia sama suaminya. Kita sebagai orang luar nggak akan pernah tahu cerita sebenarnya..." tulis akun lain yang hanya menampilkan bunga dan ayat kitab suci di foto profilnya.

The Presence of Your AbsenceWhere stories live. Discover now