7 - just for a while

13 5 0
                                    


Kekuatan apapun itu yang kini sedang bermain-main dengan kehidupan Vel nampaknya belum menunjukkan tanda-tanda ingin berhenti. Malah sepertinya rangkaian kejadian aneh hari ini seolah sedang menekan gas sampai maksimal, menantang Vel untuk menebak apa lagi kejutan yang tersimpan setelahnya.

Vel menarik napas panjang dan dalam, mencoba memanfaatkan udara AC di ruangan tempatnya berada sekarang. Mencoba menyejukkan sekujur tubuhnya yang masih saja dibanjiri keringat. Dia menatap sekelilingnya. Ruangan ini adalah ruangan pribadinya. Ruang yang khusus disediakan untuk dirinya. Bahkan di pintu kaca menuju ruangan ini, nama dia tertulis dengan font rapi, menunjukkan jelas kepemilikan ruangan ini, diikuti dengan sebuah titel jabatan.

Evelyn Clarista Azhari

Head of Production

Head of Production. Tiga kata yang tidak pernah Vel bayangkan bisa dilekatkan ke nama lengkapnya. Sampai akhirnya dia kini mengalaminya sendiri.

Karena ternyata, jabatan Tantra di kantornya sekarang disandang oleh Vel sendiri.

Selepas Bram pergi, ada sebuah panggilan mendadak masuk ke ponsel Vel. Entah kekuatan apa yang membuatnya malah menekan tombol "Accept" dan bukannya "Reject"..

Vel otomatis kelabakan. Jempolnya hampir saja mengakhiri panggilan itu ketika dia mendengar namanya disebut dari speaker.

"Halo, Ibu Evelyn? Halo?"

Tanpa berpikir panjang, Vel akhirnya membalas, "Ya, halo." Dia tidak bisa menyembunyikan gemetaran dalam suaranya.

"Pagi, Ibu Evelyn. Saya Amanda, sekretaris pribadi Pak Thomas yang baru. Mohon maaf, tadi Ibu tidak menghadiri management meeting ya, Bu?"

Mulas Vel memuncak. Vel mengenali nama itu. Pak Thomas adalah bos-nya Tantra. Tepatnya, dia adalah Chief Technology Officer di Simulatech, kantor Tantra.

Simulatech, perusahaan vendor untuk software development yang reputasinya cukup diperhitungkan di negara ini, adalah kantor tempat Vel dan Tantra dulu pertama bertemu. Berawal dari sebuah startup, kini klien-klien Simulatech sudah bukan lagi perorangan seperti awal-awal operasinya, melainkan telah berganti menjadi perusahaan-perusahaan besar dengan omset trilyunan. Spesialisasi perusahaan itu adalah mengembangkan custom software yang khusus dirancang untuk memenuhi segala kebutuhan klien. Tantra adalah salah satu pegawai yang bekerja langsung di bawah pengawasan Pak Thomas.

Pak Thomas juga-lah yang telah merusak momen yang seharusnya menjadi romantis untuk Tantra dan Vel semalam, ketika dia memaksa Tantra untuk bergabung ke mejanya yang dia tempati bersama beberapa klien asal Jepang. Bisa dibilang, kalau bukan karena Pak Thomas, percekcokan Vel dengan Tantra tadi malam mungkin tidak akan terjadi.

Dan Tantra mungkin saja masih ada pagi ini.

"Y-ya, ya Bu," sahut Vel.

"Boleh tahu apa alasannya Ibu tidak hadir?"

Suara Amanda tidak terdengar ketus ataupun menghakimi. Malah bagi Vel, suara itu lebih mirip suara Siri, Alexa, atau Google Translate—tergolong ramah, feminin, tapi sangat mekanis. Tanpa jiwa. Seperti mesin.

Terlintas di kepala Vel untuk menjawab, Gimana ya Bu, mana mungkin saya datang ke meeting yang saya nggak tahu untuk apa, apalagi karena begitu bangun suami saya tiba-tiba hilang seolah nggak pernah ada di muka bumi?!

"Saya ... Saya ada halangan mendadak, Bu. Saya—uhm, saya kecelakaan."

"Kecelakaan bagaimana, Bu?"

Lagi-lagi, tidak terdengar ada simpati dalam suara itu. Hanya kedataran. Kemekanisan.

The Presence of Your AbsenceWhere stories live. Discover now