Α

5.6K 103 4
                                    

Alpha
Huruf pertama dalam alphabet Yunani
* sudut dalam penyelesaian aljabar

α

Siang itu, kelas 12 IPA 1A sedang melaksanakan praktek di lab komputer. Suasana begitu gaduh, terutama di meja pojok, tempat empat orang anak berteriak kesakitan karena tersengat kabel tembaga kecil yang bersambung dengan bohlam.

Berbeda dengan keadaan di meja nomor dua, Raka dan Denis berhasil menghidupkan bohlam mereka dengan rangkaian listrik pararel sesuai dengan materi yang sudah mereka pelajari.

Pak Indra, guru fisika yang mengenakan jas putih layaknya imluwan, berjalan ke mejanya setelah menyelesaikan masalah kecil di meja paling ribut. Dia menatap jam dinding. "Waktu kita semakin menipis, anak-anak. Adakah dari kalian yang sudah selesai?"

Pak Indra melirik ke arah Denis dan Raka. Bohlam mereka adalah satu-satunya bohlam yang sudah menyala.

"Yang sudah selesai, silahkan kumpulkan di meja saya!" perintah Pak Indra dengan nada antusias.

Raka dan Denis bekerjasama membawa sisi papan yang berhadapan agar susunan listrik pararel mereka tidak goyah. Orang-orang mengabaikan pekerjaan mereka, menatap takjub ke arah proyek Raka dan Denis yang sedang dibawa maju.

Raka dan Denis melewati meja satu, tepat di mana Aldi sedang menatap iri karena miliknya tidak berhasil menjadi proyek yang selesai pertama kali. Dengan sengaja, dia menjulurkan kakinya ke tengah-tengah lantai.

Denis yang terlalu fokus pada bohlamnya tersandung kaki Aldi dan terjatuh ke lantai.

Terdengar pekikan kaget bersamaan dengan suara bohlam pecah. Kaca bening berhamburan di lantai. Karya Raka dan Denis sudah tak berbentuk.

Jantung Denis seperti berhenti berdetak dalam beberapa detik. Raka membantunya bangkit.

"Nggak papa, Ka, gue bisa sendiri," kata Denis, melirik ke arah Aldi yang tersenyum puas.

"Suruh temen lo liat jalan. Biar nggak jatuh," kata Aldi ketika Raka melirik penuh dendam ke arahnya. Permusuhan Raka dan Aldi bukan rahasia umum di Triptha. Mereka seperti api dan air, atau mungkin seperti Spiderman dan Doctor Octopus. Tidak ada angin tidak ada hujan, tiba-tiba mereka bermusuhan tanpa ada satu pun yang tau alasannya.

Raka meraih papan yang sebelumnya terpasang hasil prakteknya. Dia memunguti kaca satu persatu. Sedangkan Denis menahan jarinya yang terluka karena pacahan kaca.

Senyum Aldi semakin lebar melihat Raka berjongkok di bawahnya seperti seorang pengemis. "Baru berduka, nih, ceritanya?" bisik Aldi, tidak ada yang bisa mendengar kecuali Raka.

"Sorry, nggak sempat datang ke pemakaman-"

Aldi tak sempat menyelesaikan kalimatnya, Raka lebih dulu bangkit dan menonjok pipi Aldi sekali hentakan. Aldi terdorong ke meja, nyaris menjatuhkan proyek miliknya.

Dada Raka naik turun. Tangannya terkepal. Wajahnya memerah. Denis menatapnya dengan ekspresi tak percaya, begitu pula Pak Indra yang sama sekali tidak menyangka Raka, si anak kebanggan para guru, menggunakan kekerasan di tengah palajaran.

Aldi menahan bibirnya yang berdarah. Dia masih tak sadar apa yang baru saja Raka lakukan pada wajahnya karena pukulan itu terlalu keras.

"Kalian berdua, ke ruang BK sekarang!" perintah Pak Indra ketika keheningan menghiasi langit-langit lab.

"Kok saya, Pak?" protes Aldi. "Sudah jelas-jelas dia yang pukul saya."

"Kalian, ke ruang BK sekarang!" Pak Indra tak bisa berkata-kata ketika menatap ke arah Raka.

The Golden StudentWhere stories live. Discover now