02

13.7K 2.1K 160
                                    

Selamat datang dan selamat membaca!
Tolong bayar dengan tekan bintang di pojok kiri ya, terimakasih!

ㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ
•••
ㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤ

Pagi hari datang, cahaya matahari masuk dari jendela menyinari wajah Nathan.

Lucifer yang sedang mengamati Nathan tidur langsung mundur selangkah, dia tidak suka matahari.

Berdiri agak jauh dari Nathan, ujung ekor Lucifer bergerak menampar pipi Nathan.

Plak

Plak

Belum bangun, bahkan tidak terganggu.

"Bangun." Suara bariton yang ngebas milik Lucifer sama sekali tidak menganggu tidur Nathan.

Lucifer kesal, keningnya mengerut.

Ekor Lucifer terbelah menjadi dua dan melilit ke kedua tangan Nathan, menariknya agar duduk bersandar di tiang besi yg mengikat tangannya.

"Ugh.. dingin..." Gumam Nathan.

"Hm?" Lucifer mengangkat satu alisnya.

Apa maksud anak ini? Padahal dirinya jelas-jelas terkena sinar matahari, pasti panas.

"Shh.. Mama, dingin..." Nathan menggeliat tak nyaman, dahinya berkeringat, keningnya mengerut.

"Bangun." Lucifer maju, kakinya menekan perut Nathan.

"Akh..." Bukannya bangun, setelah meringis, Nathan malah menduselkan wajahnya ke kaki Lucifer.

"Hangat..."

Lucifer tersentak, keningnya kembali mengerut, matanya sedikit melebar kaget sebelum kembali menajam.

"How dare you!"

Bragh!

Lucifer menghempaskan kepala Nathan dari kakinya hingga terbentur tiang besi di belakang tubuh Nathan.

"Agh!" Nathan meringis, matanya terbuka perlahan.

Greb!

Lucifer mencengkram pipi Nathan agar Nathan menatap matanya.

"Kau--..."

Hening...

Mata sayu Nathan yang kemerahan menatap Lucifer dari bawah, Lucifer terdiam.

Belakang kepala Nathan berdenyut, rasa sakit karena terbentur mulai terasa.

"Sakit.." Cicit Nathan pelan, suaranya serak bahkan hampir hilang.

Cengkraman di pipi Nathan lepas, kepala Nathan tertunduk.

Lucifer berdiri tegak, menatap Nathan sebentar lalu berbalik badan.

"Manusia lemah, aku tidak bisa bersenang-senang jika kondisimu seperti ini." Lucifer melangkah pergi.

Setelah Lucifer pergi, Nathan sadar sepenuhnya.

Pandangannya masih agak pudar, kepalanya sakit, matanya panas, tubuhnya terasa dingin.

"Shh.. kepalaku, setan sialan." Gumam Nathan pelan, takut terdengar.

Saat tangan Nathan bergerak ingin mengusap kepalanya yg sakit, dia baru sadar bahwa tangannya masih terikat.

Tapi tiba-tiba..

Css!

Tali itu lepas dengan sendirinya.

Nathan langsung memegang kepala belakangnya yang sakit.

Appartient à LuciferTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang