Midnight Obsession • 03 | Wol Cardigan

5.1K 438 105
                                    

Hola readers, selamat hari Sabtu di temani ayang Conrad

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hola readers, selamat hari Sabtu di temani ayang Conrad.

Happy reading. Jangan lupa tinggalkan jejak. Vote. Komen. Share. 💐

•••

Berbekal privilege yang ada, banyak beredar anggapan bahwa menjadi seorang Treena Graves adalah cara paling mudah untuk bertahan hidup. Dia akan baik-baik saja, meski hidup seribu tahun lagi. Famous, cantik, duduk diantara kalangan berkelas, memiliki penghasilan tinggi, dan dibayangi masa depan yang cerah.

Namun nyatanya, semua hanya perhiasan, dikenakan cantik oleh wanita itu. Saat Treena  melepas keindahan tersebut, ia tak lebih dari seorang wanita yang mengharap kasih sayang. Kepuasan untuk memilih jalan hidupnya atau sekadar menentukan warna pakaian yang ingin di kenakannya malam ini.

Treena begitu rapuh. Jiwanya gaduh, namun tak mampu berontak oleh kerasnya dunia. Sering ia berpikir, 'Kenapa ia terlahir dari orang tua yang egois? atau 'Kenapa ia harus dilahirkan hanya untuk memuaskan kebencian seseorang?'

Setidaknya, kau masih memiliki cardigan wol saat udara semakin dingin,” kata mereka yang tak memahaminya. Ia dipukul hingga babak belur, luka dan lebam adalah hal biasa, atau terkurung di dalam ruang gelap selama empat hari tanpa makan minum, pingsan dan dehidrasi. Dicaci, dihancurkan, tak didukung hingga pernah sepucuk pisau nyaris menghunus lambungnya. Treena pernah menjalaninya. Lantas, untuk apa cardigan wol yang menyelimuti malam dingin itu?

Entahlah~

“Tree ambil ini! Kau akan membutuhkannya, jangan gunakan ponsel atau card milikmu agar Papa tak bisa melacak mu!” Dayana bersikeras. Meremas tangan pucat milik Treena, sambil mengulur automatic teller machine miliknya.

“Dayana ini terlalu berisiko.”

I know. Tapi melihatmu berdarah-darah, membuatku semakin frustrasi, Tree. Jadi pergilah! Beli ponsel lain dan kabari aku!” kata Dayana jelas.

“Tapi, bagaimana jika.... ”

“Tree, jangan pikirkan apapun selain dirimu. Kau ingin bebas, 'kan? Yah! Ini akan mudah jika kau sendiri yang menginginkan nya. Sesekali, bertindaklah gila!” kata Dayana, menekan tiap kalimat.

Treena mendengus panjang. Kontan menyeka bulir air matanya yang jatuh. Ia tersenyum lebar, memeluk Dayana erat. “Di dunia ini, hanya kau yang aku punya, D. Jadi, terimakasih karena menjadi satu-satunya seseorang yang berharga untukku.”

“Ya. Aku sangat beruntung karena menjadi adikmu. Kau mengajarkanku banyak hal, Tree.”

“Aku akan pergi, tapi kita harus pulang ke Minnesota lebih dahulu. Ada hal yang ingin ku ambil.”

“Kau punya tujuan?” Tanya Dayana, menatap berkaca-kaca.

“Aku sudah lama ingin ke Moskow,” ucap Treena, mengulum bibir lekat. Mengingat tempat di mana ibunya dilahirkan.

Midnight ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang