BAB LIMA

5K 819 16
                                    

Tahun pertama.

"Rex," panggil Finley kepadanya. Finley Morgan adalah asisten ketua perkumpulan mahasiswa Harvard Houses yang hari membawa Benny mengelilingi kampus dan residential complex.

"He's our Crimson High QB," kata Finley kepada Benny. "Dan keluarganya adalah benefactor terbesar universitas ini, Benny."

Benny mengangguk kepada Finley. Escara House, tempat ia akan tinggal selama masa perkuliahannya terlihat begitu besar dan indah di hadapannya. Ketika ia mendongak, ia melihat langit-langit berupa kaca berwarna yang berbentuk oval. Dome tinggi itu bergaya sangat klasik menyerupai desain keseluruhan rumah besar itu yang dapat memuat lebih dari seratus dua puluh kamar mahasiswa dengan keterampilan khusus.

Ketika ia menurunkan pandangannya dari langit-langit diatasnya yang sangat indah dan menerpa cahaya matahari, pandangannya terarah kepada pria yang mengalahkan keindahan yang baru saja ia lihat. Reginald Escara berdiri dengan tinggi menjulang di hadapannya dan tersenyum. Hal pertama yang Benny sadari adalah mata biru muda pria itu yang sangat indah dan rambut cokelat mudanya. Bibir merah mudanya sekarang menarik perhatian Benny ketika ia mengenalkan diri, "Rex."

"Benny," katanya.

Finley lalu berkata, "Rex akan membawamu melihat fasilitas untuk mahasiswa Escara House sekarang, Benny. Aku akan meninggalkanmu dengannya. Last fun fact of the day, Escara House dibangun untuk memperingati Reinald Escara Sr. II dan Reverran Theodora Escara, kakek buyut Rex. He's the king here."

Finley memberikan salam kepada Rex dan sang quarterback menjabat tangannya dengan santai. Ketika Finley telah pergi, Benny sekarang berdiri di hadapan Rex dengan canggung. "Apa kamu tahu dimana kamarmu?" tanya Rex kepada Benny.

"Dua empat?" Benny menunduk dan melihat kertas orientasi yang ia pegang.

"Sebelah kamarku, aku dua tiga," kata Rex kepada Benny.

Benny mengangguk dengan canggung. "Oh, ya."

"Let's go? Apa kamu ingin melihat kamarmu terlebih dahulu atau kamu ingin mengelilingi fasilitas kampus?" tanya Rex yang sekarang memasukkan tangannya ke dalam saku jins dan ketika ia melakukan hal sederhana itu, Benny tidak kuasa melihat tangan pria itu yang berotot.

"Beberapa barangku masih di mobil dan aku harus memindahkan mobilku dari Adam's House. Aku tidak mendapatkan parkir tadi, jadi sebaiknya kita berjalan-jalan terlebih dahulu melihat fasilitas kampus dan aku akan mengembalikan waktumu setelah itu."

"Aku bisa membantumu dengan barang-barangmu," kata Rex. "Dan aku akan memberikanmu sebuah rahasia, tapi jangan beritahu siapa-siapa. Chuck dan Annie, staf taman dan istrinya, yang bekerja untuk Escara House memperbolehkan kami untuk menggunakan lahan parkir rumahnya yang kecil tapi tidak jauh dari sini. Biasanya para pria bodoh itu—termasuk aku—akan mengeluarkan mobil untuk bekencan atau pergi ke Ho-Ho Bar. So, technically the parking space is empty and you can park there. Chuck dan Annie tidak pernah mengatakan dengan jelas siapa yang boleh parkir di rumah mereka. Kuasumsikan mereka mengizinkan semua mahasiswa Escara House dan bukan hanya tim Crimson High saja. Then again I never told you anything, you just found out by yourself so quickly on your orientation day."

Benny mengangguk dan berterima kasih kepada Rex. "Aku akan mengajakmu melihat fasilitas lalu aku akan berjalan ke Adam's House bersamamu juga untuk menunjukkan tempat Chuck dan Annie. Then I'll help you carry your stuff to your room."

"You don't have stuff to do?"

"I'm meeting my girlfriend later on, but I'll make time for you Benny."

"Oh, oh...." kata Benny. Kenapa aku terdengar kecewa ia memiliki pacar?

____

"Benny!" Devon memanggilnya ketika Benny melangkah masuk ke Escara House. Seluruh tubuhnya basah kuyup karena ia harus berlari di tengah hujan dari tempat Chuck dan Annie setelah memarkirkan mobilnya. Tubuh Benny membasahi karpet dibawah kakinya dan semakin lama Devon menahannya, semakin Benny merasa kedinginan.

"Aku perlu bantuanmu," kata Devon Shire, junior dan juga pemain safety Crimson High. "Apa kamu bisa mengajariku statistika? Aku akan membayarmu dua ratus dolar kalau aku mendapatkan setidaknya nilai B di ujianku. Please help me, Benny. I can't fail this class or else my scholarship is on the line. Aku mendengar kamu dapat membantu."

"Oke," kata Benny dan pada saat bersamaan ia bersin. "Dua ratus dolar. Mulai besok."

"Awesome, Dude! You rock!" kata Devon.

Benny kembali bersin dan Devon menatapnya bagaikan virus. "Ew, Benny, don't spread your flu on to me. I have a game this Saturday."

Benny sekali lagi kembali bersin dan meminta maaf kepada Devon. Pria itu setengah berlari ketika meninggalkannya, sementara Benny menggerakkan kakinya menuju tangga. Ia berjalan melewati lorong panjang yang di setiap sisinya merupakan kamar-kamar lainnya, sebelum ia melewati kamar Rex. Kamarnya berada disebelah kamar pria itu dan Benny tahu kalau pria itu telah kembali karena ia mendengar suara-suara dari dalamnya.

Ia membalikkan tas ranselnya yang basah ke arah dada, lalu membuka kantong depannya untuk meraih kunci kamarnya. Ketika ia baru saja akan memasukkan kuncinya ke dalam lubang kunci, pintu disebelahnya terbuka. Seorang perempuan dengan rambut pirang panjang keluar dan melihatnya. Wanita itu terlihat tidak memakai bra dibalik gaun pendek yang ia kenakan dan bibir merahnya bengkak, seolah-olah ia baru saja berciuman lama dengan pemilik kamar itu.

Rex keluar dari kamar dan perempuan yang telah melihat Benny, sekarang kembali melayangkan tubuhnya kepada pria itu yang bertelanjang dada. Benny melihat mereka berciuman dan berdeham ketika ia memutuskan untuk tidak memperhatikan mereka. Tapi Rex pada saat itu berhenti mencium perempuan barunya dan berkata, "Oh, hei Bean."

Pria itu bersandar dengan bertelanjang dada di hadapannya dan melihatnya, "You're soaking wet, Bean."

Benny hanya bisa mengangguk tapi matanya berkelana kepada tubuh pria itu yang atletis dan besar. "Perlu bantuan dengan kuncimu? Tanganmu bergemetar kedinginan."

"That's okay," kata Benny kepada Rex.

Rex mengangguk dan seolah-olah Benny tidak ada, ia menarik wanita berambut pirang itu dan mendekapnya dengan kuat, "Let's go back, it's raining outside."

"Rex, aku ada ujian besok," kata wanita itu dengan manja.

"Belajar denganku," bisik Rex di telinganya.

"Bye, Rex," kata Benny yang sekarang memalingkan wajahnya sama sekali tidak ingin melihat pria itu mencium wanita berambut pirang yang dengan bahagia membalasnya. Ia membuka kunci pintunya dan menutup pintu dibelakangnya secepat mungkin.

Oh, Benny, pria itu hanya baik kepadamu seperti kakak kepada adiknya.

Benny the Bear Loves the Quarterback : Book I | CAMPUS #01Where stories live. Discover now