BAB TUJUH

4.8K 840 50
                                    

Oh, aku mabuk karena obat sirup, Benny menyadari kalau dirinya sedang terhuyung ke kiri dan ke kanan. Kata-katanya menjadi tidak jelas—Apa aku baru saja mengatakan aku menyukai Reginald Escara lagi?

"Bean, kamu mabuk," kata Rex kepadanya. Pria itu tersenyum dan sekarang berjalan mendekat. Pria itu menaruh kedua tangannya ke dua sisi bahunya agar ia tidak terjatuh dan berdiri tegak. "Bagaimana kalau kita kembali ke kamar sekarang?"

Benny menepis kedua tangan Rex dan berkata dengan spontan, "Aku menyukaimu, Rex! Jawab pernyataanku. Jawab aku. Aku ingin kamu menjawabku—aku juga menyukaimu, Benny."

Rex dengan hangat menatapnya dan berkata dengan perlahan-lahan, "I can't, Bean."

"..."

"..."

Benny mendengar dirinya sendiri merengek, tapi ia tidak bisa berhenti karena ia mabuk dan berkata kepada Rex, "Why? Karena aku tidak punya rambut pirang seperti Sabrina atau blondie tadi sore? Atau karena aku tidak memiliki payudara seperti mereka?"

Benny memegang kedua payudaranya dan mengangkatnya keatas sehingga Rex dapat melihatnya. "Too small?" tanya Benny dengan polos.

"Bean, ayo kita—"

"No! Jawab aku."

Rex menarik napasnya dan mengembuskannya, "Bukan masalah seberapa besar payudaramu, Bean. Aku hanya tidak bisa menyukaimu."

Benny mengangguk ketika ia mendengar kalimat terakhir pria itu, "Aku hanya tidak bisa menyukaimu. Hmm, berarti bisa kalau payudaraku tidak terlalu kecil? Atau karena aku memakai kacamata tebal?"

Sekarang Benny menurunkan kacamatanya dan ia menjadi semakin kesulitan melihat Rex. Tapi ia berkata lagi, "Mataku cokelat tua, apa kamu tidak menyukainya? Apa kamu sedang mencari wanita dengan mata warnamu yang seperti air pantai yang jernih yang menyapu pasir-pasir disekitarnya?"

Rex mengangkat tangan Benny yang memegang kacamatanya yang diturunkan wanita itu, lalu mengembalikan posisinya ke kedua sisi telinga wanita itu. "Bean, bukan masalah warna matamu."

"Sex, is it? Kamu tidak menyukaiku karena kamu tidak nafsu kepadaku," kata Benny dengan lirih. "Aku tidak terlihat seperti wanita-wanitamu yang sepertinya tidak pernah berkeringat, selalu rapi, dan berpakaian mini. Aku terlihat seperti... ya, seperti orang di dalam maskot. Tidak terlihat oleh siapapun. Tidak penting bagi siapapun."

Rex menatap Benny dan berkata, "Bean, I don't even think of sex with you. God, Bean, why should I be thinking having sex with you? I don't even like you."

Benny dengan frustasi bertanya kepada Rex, "Jadi apa masalahnya? Kenapa kamu sangat amat tidak menyukaiku? Karena aku bisa memberikan seribu—sejuta—alasan kenapa aku menyukaimu, Rex. Aku bisa menjabarkannya kalau perlu. Kamu perlu aku membuat tesis? Aku akan membuatnya. Tapi kenapa kamu tidak menyukaiku? Berikan kepadaku satu alasan. Satu, cukup."

Rex lalu bertanya kepada Benny, "Apa satu cukup untuk membuatmu berhenti membuat hubungan kita semakin canggung?"

Benny mengedikkan bahunya tidak peduli karena efek obatnya, "Aku tidak membuat ini canggung. Seringkali kamu yang membuat ini canggung. Kamu terlalu baik kepadaku. Aku menyukai perhatian kamu. Sangat menyukainya sampai perasaanku tumbuh, dan tumbuh, dan tumbuh terus."

"..."

"..."

"I can't like you because you're Libby to me. You're exactly like my sister. So, I can't like you. I can't like my own sister, right?" tanya Rex kepada Benny.

"Aku mengingatkanmu kepada adikmu," gumam Benny.

Rex membalasnya dan kali ini berkata, "Bean, I care for you like a big brother to a little sister. Nothing more than that. Maaf kalau kamu menangkapnya salah, tapi kalau ini yang kamu inginkan aku akan memperjelasnya. Aku tidak akan bisa menyukaimu melebihi itu karena seorang kakak tidak jatuh suka kepada adiknya sendiri." 

Benny the Bear Loves the Quarterback : Book I | CAMPUS #01Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang