2. Him?

46.1K 2.4K 22
                                    

Vote dulu sebelum baca

Typo? Maklumin aja

Happy reading.....

_________________________________
________________________

Panas, itulah yang Davian rasakan saat ini. Dia masih berada di dalam mobilnya menatap lurus ke pemandangan yang membuat mood nya hancur di pagi hari. Hey, bagaimana dia tidak panas? Dia melihat Relci sedang berbicara dengan seorang cowo yang di yakininya memiliki usia yang sama dengan dirinya.

"Sial!" Davian memukul setir mobilnya untuk menyalurkan emosi. Untuk beberapa detik, dia tau Relci menatap ke arah mobilnya, lebih tepatnya ke arah dirinya saat Relci akan pergi.

Setelah Relci pergi dari parkiran itu, dia juga ikut keluar dari mobil menuju kelasnya sendiri. Davian menduduki dirinya di samping Elias yang sepertinya sedang belajar.

Elias yang merasakan seseorang duduk di samping, menoleh dan mendapati Davian dengan wajah yang cukup membuat dirinya tau kalau suasana hati adiknya sedang tidak baik.

"Terjadi sesuatu?" Tanya Elias.

Davian menggeleng, "bang Brayen mana?"

"Ruang osis, ada rapat sebentar."

"Vian mau pergi ke bang Brayen." Ucap Davian dan pergi dari sana, membuat Elias mengerutkan alisnya bingung. Tapi sedetik kemudian dia kembali fokus pada buku yang sedang dia baca tadi. Sudahlah, Davian memang sudah biasa bersikap seperti tadi. Kadang-kadang jadi tidak jelas.

Brak!

Davian membuka pintu ruang osis dengan kasar sampai orang-orang di dalam ruang itu kaget, kecuali Brayen tentunya.

"Anjir kaget gw cok!" Ucap salah satu anak osis yang berada di dalam ruangan itu.

"Kebiasaan ni bocah," timpal yang lainnya.

"Ketuk dulu pintunya Vian sebelum masuk." Ucap Brayen yang menatap tajam ke arah Davian.

Sedangkan Davian malah cengengesan dan berjalan mendekat ke arah tempat Brayen duduk.

"Masih lama rapatnya?" Tanya Davian sambil duduk di kursi samping Brayen.

Brayen melihat jam di pergelangan tangannya, "sebentar lagi." Davian  mengangguk dan mengambil handphone milik Brayen yang ada di atas meja.

Sedangkan Brayen melanjutkan rapat osis tadi. Rapat itu tidak berlangsung lama, karena memang mereka hanya membahas proposal yang akan di ajukan pada kepala sekolah untuk acara perlombaan persahabatan sekolah beberapa hari lagi.

Setelah semua anggota osis pergi, Brayen mengalihkan atensinya pada Davian, "jadi, perlu sesuatu?"

Davian tidak langsung menjawab, dia malah memberikan kembali handphone milik Brayen, yang mana di sana terlihat foto seseorang.

"Bang Brayen tau dia siapa?" Tanya Davian.

"Gema Pratama, anak kesenian. Memangnya kenapa?"

Davian menggeleng, "enggak, Vian cuma  punya sedikit urusan sama dia." Jawab Davian sambil tersenyum misterius.

"Jangan bermain main dengannya Vian," peringat Brayet.

Davian tidak salah dengar bukan? Brayen melarang dia untuk bermain-main dengan Gema?

"Tumben? Biasanya Vian di kasih buat main-main sama siapa aja," heran Davian.

"Kau tau? Relci sendiri yang ngomong untuk tidak menyentuh Gema sedikit pun," jelas Brayen.

D'E Sella Vian [End] [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang