5. Kidding

28.6K 1.8K 6
                                    

Votenya dulu sayang-sayang ku

Happy reading.....

_________________________________
________________________

"98." Keringat yang bercucuran di sekujur tubuh Davian sudah seperti orang yang baru saja lari maraton 100km.

"99." Tangan Davian bahkan sudah mulai bergetar saking lelahnya.

"100." Tepat setelah menyelesaikan hitungannya, tubuh Davian ambruk di atas lantai.

Semua hitungan tadi adalah hukuman dari ke tiga abangnya, yang mengaharuskan dia push-up 100 kali. Dan apabila badannya ambruk sebelum hitungan selesai, dia harus mengulanginya dari awal kembali. Sungguh kejam, pikir Davian.

Kejam? Bagaimana ketiga abangnya tidak berlaku seperti itu? Kemarin Davian tidak pergi ke sekolah dan saat mereka datang ke mansion di malam harinya, Marv bilang kalau Davian sudah pergi keluar sejak sore. Dan tau apa kesalahan Davian selanjutnya? Dia pergi ke bar dan mabuk mabukan di sana. Semua itu mereka tau setelah Seth, kepala bodyguard di mansion Aubrey berhasil melacak keberadaan Davian dimana.

Elias, Elio, dan Brayen tidak langsung menghukum Davian, karena Davian masih dalam keadaan mabuk. Mereka bertiga akhirnya sepakat untuk memberi pelajaran adik kecilnya besok, lebih tepatnya hari ini.

Dan disinilah mereka sekarang, di dalam kamar Davian. Saat Davian baru membuka matanya tadi pagi, dia langsung di sungguhkan pemandangan tatapan tajam dari ketiga abangnya yang berada di sofa berhadapan langsung dengan kasurnya.

"Jadi Cale Daviandra, siapa yang ngajarin lo untuk main-main di bar?" Tanya Elio sambil duduk di atas punggung Davian dengan santai. Tenang-tenang, dia sedikit menahan dengan kaki, tidak langsung plek-ketiplek duduk diatas Davian.

Davian sedikit mengontrol deru nafasnya yang masih sedikit tidak teratur, "E-enggak ada."

Elio sedikit menunduk kebawah untuk melihat wajah Davian, "lalu, kenapa adik kecil gw ini bisa ada di sana, huh?"

Davian tidak menjawab, dia malah menelusubkan wajahnya di lipatan tangan.

"Nggak mau jawab?" Tanya Elio dan Davian hanya menggeleng sebagai jawaban.

"Baiklah kalau emang lo nggak mau jawab," Elio bangun dari atas punggung Davian dan duduk kembali di samping kembarannya yang diam sejak tadi.

"Lagi pula lo nggak bakal bisa kesana lagi, bar itu udah terbakar." Sambung Elio santai.

Sedangkan Davian yang mendengar itu langsung terduduk dengan tegak di lantai, "terbakar?"

"Iya, kamu tau itu ulah siapa bar itu bisa terbakar bukan?" Tanya Brayen.

Ya, Davian mengetahuinya, itu pasti ulah Estrella. Memikirkan itu membuat Davian menundukkan kepalanya. Dia merasa bersalah pada Nichol.

"Ini sudah hampir genap 3 tahun, seharusnya Estrella akan kembali sesuai dengan janjinya. Kau sudah mendapat kabar tentang dia Vian?" Tanya Brayen lagi.

"Emm udah, mungkin minggu depan dia balik ke indo." Jawab Davian sambil memilin-milin jarinya.

"Terus, apa yang bakal lo lakuin? Menerima perjodohan itu?" Timpal Elio.

Tentu saja tidak, Davian mengeleng keras, "enggak, Vian nggak bakal nerima perjodohan itu. Vian cuma suka sama Relci."

"Lo nggak suka sama Relci Davian. Lo salah mengartikan perasaan lo ke Relci itu." Jelas Elio.

"Enggak, vian nggak salah. Vian emang bener-bener suka sama Relci. Iyakan bang Lias?" Tanya Davian pada Elias yang hanya diam sejak tadi. Sedangkan Elias hanya berdehem saja.

D'E Sella Vian [End] [Terbit]Where stories live. Discover now