17. Kesal

29K 1.4K 78
                                    

Davian mengerjap-ngerjapkan  matanya menyesuaikan cahaya yang masuk. "Sttt... kepala gw sakit." Keluh Davian sambil memegangi kepalanya yang terasa mau pecah.

Dengan susah payah akibat rasa sakit di sekujur tubuhnya, Davian bangun secara perlahan, bersandar pada dashboard kasur.

Padangannya mengedar ke penjuru kamar. Kosong, tidak ada siapa pun di sana kecuali dirinya. Sudah berapa lama dia tertidur?

Damn. Dia ingat sekarang apa yang terjadi pada dirinya kemarin. "Sial... pantes pantat gw juga sakit."

Ceklek

Estrella membuka pintu secara perlahan, takut akan membangunkan Davian. Tapi yang terjadi, ternyata Davian sudah bangun.

"Kamu udah bangun?" Estrella berjalan mendekati Davian dan berhenti di pinggiran kasur.

Sedangkan Davian sendiri tidak merespon perkataan Estrella. Dia masih sangat marah dengan perbuatan Estrella pada dirinya kemarin.

Estrella menaruh nampan berisi bubur dan air di nakas, kemudian mendudukkan dirinya di pinggir kasur. Tangannya terangkat hendak menyentuh dahi Davian. Tapi langsung di tepis kasar oleh Davian.

"Jangan sentuh gw," Sentak Davian.

Sumpah demi Tuhan, Davian benar-benar muak dengan Estrella sekarang. Bayang-bayang kejadian semalam masih sangat jelas berputar di kepalanya.

Melihat respon Davian pada dirinya, Estrella hanya dapat tersenyum maklum. Salah dirinya juga yang bersikap buruk pada Davian.

Estrella menghembuskan napasnya sebelum berbicara, "Vian pasti lapar kan? Aku bawain kamu bubur." Estrella mengambil mangkok bubur di atas nakas tadi, "di makan ya, Aku suapin."

Davian mengerutkan alisnya tidak suka. Apa ini? Estrella bersikap seolah-olah tidak ada masalah di antara mereka.

"Ini, buka mulutnya." Ucap Estrella sambil menyodorkan sendok berisi bubur yang sudah dia tiup terlebih dahulu ke arah Davian.

"Enggak usah, gw nggak laper." Tolak Davian.

"Sedikit aja, kamu harus minum obat setelah ini." Kekeh Estrella terus menyodorkan sendok itu pada Davian.

Davian yang terlanjur kesal menepis sendok itu dengan kasar.

Prangg!!

Mangkok itu pecah berkeping-keping di atas lantai. Sedangkan isi bubur panas tadi juga ada yang mengenai lengan Estrella.

"udah gw bilang nggak laper, lo ngapain maksa sih?!" Kesal Davian tanpa melihat ke arah Estrella.

"Sttt...." Estrella memegangi lengan kanannya yang terkena bubur tadi. Buru-buru dia menggulung lengan kemeja panjangnya itu ke atas agar tidak terlalu panas lagi.

Davian menoleh ke arah Estrella saat mendengar ringisan pelan dari mulut si empu. Dia sedikit kaget melihat lengan Estrella yang memerah. Apa bubur itu tadi tumpah ke lengan Estrella? Davian tidak tau.

"Lo-"

"Maaf buburnya tumpah. Aku buatin yang lain ya?" Buru-buru Estrella bangun dan membersihkan kepingan-kepingan mangkok itu.

"Nggak usah repot-repot, gw nggak butuh." Jawab Davian sambil terus meperhatikan Estrella yang memungut pecahan mangkok itu. Bisa dia lihat, ada beberapa yang menggores jari Estrella juga.

Setelah selesai, Estrella bangun kembali dan berdiri di hadapan Davian dengan tersenyum tipis, "gapapa, aku buatin lagi aja. Atau kamu mau yang lain? Waffle?" Tawar Estrella mengabaikan segala penolakan dari Davian.

D'E Sella Vian [End] [Terbit]Where stories live. Discover now