27. Forgive me

25.3K 1.2K 73
                                    

Davian mengerjapkan mata, berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk ke penglihatannya. Dia mendudukkan tubuhnya secara perlahan sambil memegangi kepalanya yang terasa berputar.

Ah kenapa seluruh tubuhnya terasa sakit? Apa yang terjadi padanya?

Davian mengedarkan pandangannya ke penjuru ruangan. Dahinya mengkerut saat dia merasa ini bukan kamar di rumahnya.

Setelah berpikir cukup keras, akhirnya dia baru menyadari dimana dirinya berada sekarang. Mansion Aubrey. Ya, dia berada di kamarnya yang terdapat di Mansion Aubrey. Sudah setahun dia tidak menginjakkan kaki di tempat ini.

Davian berusaha untuk turun dari kasur. Namun baru saja dia berhasil berdiri, tubuhnya sudah terjatuh di lantai.

"Kenapa kaki gw lemes?" Tanya Davian pada dirinya sendiri.

Damn it. Sekarang Davian ingat apa yang terjadi pada dirinya semalam. Dia melakukan hal itu dengan Angel untuk memancing Estrella.

Tapi semuanya tidak berjalan sesuai keingin dirinya meskipun Estrella menemui dirinya. Davian berniat langsung menjelaskan kenapa dia melakukan itu dengan Angel setelah Estrella datang. Namun, dia tidak bisa karena Estrella sangat marah pada dirinya semalam. Estrella bahkan tidak melepas uretral plug pada dirinya sampai dia pingsan.

"Ahh sial!" Davian memukul-mukul kepalanya karena kesal pada dirinya sendiri.

Dengan sekuat tenaga, dia memaksa kakinya untuk berdiri kembali. Dia harus segera mencari Estrella di mana. Dia harus meminta maaf pada wanita itu dan menjelaskan semuanya, sebelum Estrella akan pergi lagi karena salah paham.

Bruk!

Davian terjatuh tepat setelah pintu lift terbuka. Seorang maid yang melihat itu segera berlari dan membantu Davian untuk berdiri.

"Anda tidak apa-apa Tuan Muda?" Tanya Maid itu sambil membantu Davian berdiri.

Davian menggeleng, "tidak, aku tidak apa-apa. Tapi Estrella dimana?" Tanya Davian saat sudah berdiri tegak.

"Miss sudah keluar sejak pagi tadi," jawab maid itu.

Davian merasa dejavu dengan suasana ini. Tidak, dia harus bertemu dengan Estrella sekarang, "kemana dia pergi, katakan!" Davian meninggikan suaranya pada maid itu tanpa sadar.

Yang di bentak menundukkan kepalanya merasa takut, "m-maaf saya tidak tau."

"Kau berbohong, tidak mungkin kau tidak tau dia diamana. Cepat katakan dia dimana!" Teriak Davian sambil menarik kerah baju maid itu.

"Sa-saya benar-benar tidak t-tau Tuan Muda."

"Kau-"

"Ada apa ini?" Tanya Estrella yang tiba-tiba berada di belakang Davian. Membuat maid dan Davian menoleh untuk melihatnya.

Davian yang melihat Estrella sontak saja mendekatinya dan mengulurkan tangannya untuk meraih tangan Estrella. Tetapi, belum sempat ia meraihnya, Estrella lebih dulu menjauhkan tangannya dari Davian.

"Jangan berani-berani menyentuh ku. Aku tidak suka sesuatu yang sudah di sentuh oleh orang lain menyentuh diriku." Sarkas Estrella dengan menatap tajam ke arah Davian.

Davian menatap sedih ke arah Estrella. Rasanya sakit saat di tolak seperti ini oleh Estrella, "Sella.... aku mohon."

"Kau bisa pergi dari sini setelah merasa lebih baik." Ucap Estrella dan hendak pergi dari sana.

Davian menggeleng, dia tidak mau pergi dari sini. Dia pun mengejar Estrella dan langsung memeluknya dari belangkang.

"Aku nggak mau pergi. Aku mau tetap sama Sella disini." Ujar Davian sedikit terendam di punggung Estrella.

Estrella mendongakkan kepalanya ke atas dan menghela napas berat. Emosinya sedang tidak baik sekarang, "lepaskan aku, sudah ku katakan jangan menyetuhku!" Estrella melepaskan tangan Davian yang memeluk dirinya dengan kasar, membuat Davian yang kakinya masih terasa lemas, terjatuh.

Estrella menatap dingin ke arah Davian yang terduduk di lantai. Dia sama sekali tidak ada niatan membantu pria itu untuk berdiri. Emosinya jauh lebih besar sekarang timbang rasa simpatinya pada Davian.

"Sangat menyenangkan bukan untuk bermain-main dengan wanita lain? Padahal aku hanya menyuruh mu untuk menunggu sebentar lagi. Hanya sebentar, tapi kau bahkan tidak bisa menunggunya dan malah melakukan hal bejat dengan wanita itu." Ucap Estrella dengan nada dingin.

"Nggak, aku bukan nggak bisa nunggu. Cuma aku takut kamu nggak suka lagi sama aku." Jelas Davian sambil menundukkan kepalanya, mengabaikan sakit di bagian bawah tubuhnya, "aku ngelakuin itu sama Angel juga buat mancing kamu keluar."

Estrella tertawa remeh dengan penjelasan Davian, "kau takut aku tidak menyukai mu lagi?" Estrella tertawa keras setelah menyelesaikan kalimatnya, "sejak kapan kau peduli dengan perasaan ku? Sejak dulu, Kau selalu melakukan hal-hal sesuka hati mu tanpa peduli dengan perasaan ku. Dan sekarang apa? Tidak usah berakting seolah-olah kau juga menyukai ku. Aku muak dengan semua ini." Estrella membalikkan tubuhnya membelakangi Davian, "sekarang terserah dirimu mau melakukan apapun dengan wanita lain di luar sana. Aku akan membatalkan perjodohan ini."

"AKU MENYUKAI MU ESTRELLA!" Teriak Davian keras membuat langkah Estrella kembali terhenti, "aku menyukai mu." Ucap Davian memelan dengan air mata yang sudah mengalir di pipinya. Terlalu sakit saat dia mendengar Estrella akan membatalkan perjodohan mereka.

"Aku menyukai mu sudah lama, bahkan sebelum aku bertemu dengan Relci, aku hanya belum menyadarinya. Tolong.... jangan batalkan perjohan ini."

Estrella mengehela napas lelah, "jika memang begitu, kenapa kau menolaknya sejak awal?" Tanya Estrella masih membelakangi Davian, "kau tau seberapa hancurnya aku saat tau kau menolak perjodohan itu dan lebih memilih orang lain?"

"Maaf...." Davian menyeret tubuhnya mendekati Estrella. Dia duduk bersimpuh di hadapan Estrella, "aku hanya merasa di bohongi. Aku merasa, apa bedanya aku dengan barang yang di jual di luar sana? Orang tua ku sendiri menjodohkan aku dengan orang lain demi bisnis mereka. Seolah-olah aku tidak berarti apa-apa bagi mereka." Davian mendongakkan kepalanya untuk melihat Estrella, "maafin vian.... Vian janji bakal jadi anak yang baik mulai sekarang. Tapi jangan batalin perjodohan ini ya? Ku mohon...." Mohon Davian sungguh-sungguh. Dia bahkan juga menyatukan kedua belah tangannya di depan dada. Seperti seorang budak yang sedang memohon pada Tuannya.

Estrella masih tidak merespon apa-apa. Dia tetap pada pandangan dinginnya pada Davian. Membuat yang di tatap semakin takut kalau Estrella benar-benar akan membatalkan perjodohan itu.

"Unghh~... Sella aku mohon...." Davian menunduk. Dia sudah tidak tau harus mengatakan apa lagi. Jika, jika saja waktu bisa di putar. Dia ingin mengulang kejadian lima tahun lalu. Dimana saat dia mengatakan dengan tidak tau dirinya di hadapan Estrella, bahwa dirinya tidak akan pernah menerima perjodohan itu. Bodoh, kata-kata itu memang sangat cocok untuk dirinya.

Davian tersentak saat ada sebuah tangan yang mengelus rambutnya. Dia mengangkat kepalanya dan melihat Estrella yang duduk sejajar di depan dirinya.

"Jangan menangis." Ucap Estrella pelan sambil menghapus air mata yang mengalir di pipi Davian.

"Sella?" Bingung Davian.

Estrella tersenyum hangat ke arah Davian. Dia pun membawa Davian ke dalam pelukannya, "kau harus menepati kata-kata mu tadi Vian. Berjanjilah untuk tidak mengatakan kata penolakan lagi di depan ku."

Ahh Davian kembali ingin menangis. Dia pun akhirnya membalas pelukan Estrella dan mengangguk-anggukkan kepalanya, "iya, aku janji."

"Aku merindukan mu, Babe."

Davian tersenyum mendengarnya, "Vian juga rindu Sella."

Mereka terus berpelukan seperti itu untuk beberapa saat. Namun ada sesuatu yang sedang di pikirkan Estrella. Dia pun mendongakkan kepalanya ke atas sambil tersenyum misterius ke arah kalian.

Ya, dia tersenyum ke arah kalian. Ingin tau apa yang sebenarnya terjadi setahun yang lalu? Mari kita kembali ke waktu itu untuk sesaat.

_________________________________
________________________

Jangan lupa vote komen and follow.....

Sabtu, 27 januari 2024
Ig : huswarelci
Ttk : huswarelci

D'E Sella Vian [End] [Terbit]Where stories live. Discover now