Bab 23

2.9K 295 6
                                    

Sudah lebih dari dua bulan sejak aku bersama Becky, ketika kami memberi tahu Mon tentang kami, dia sangat senang karena dia akhirnya akan memiliki keluarga yang lengkap dan tidak hanya dengan ibu, Nita pasti menolak menandatangani surat cerai kecuali aku memberikan 90% hartaku kepada anakku dan itu adalah sesuatu yang jelas tidak akan terjadi maka aku akan membawa perceraianku ke pengadilan.

"Freen, aku memahami bahwa tidak mungkin mencapai kesepakatan dengan Ny. Nita, namun melakukan perceraian melalui pengadilan agak rumit." Ucap Engfa.

"Kamu adalah salah satu pengacara terbaik di negeri ini, jika kamu memang yang terbaik, kasus ini tidak akan sesulit itu."

"Tentu saja sulit, pertama kamu tinggal bersama orang lain dan pengacaranya dapat menuduhmu berselingkuh, poin kedua, dia sedang hamil. Sebaiknya tunggu sampai lahir baru kita laksanakan perceraian karena saat ini sama sekali tidak bijaksana." Jelas Engfa

"Sial! Pasti ada sesuatu agar perceraian itu terjadi, aku tidak bisa bersama dengan Nita kamu mengerti itu."

"Tenang."

Setelah pertemuan dengan Engfa, aku menelepon Becky untuk menyuruhnya datang ke kantorku, dia sempat memberitahuku bahwa dia ingin bekerja, karena sebentar lagi Mon akan berusia 5 tahun dan dia harus pergi ke sekolah dan dia bosan sendirian di rumah jadi dia meminta pekerjaan, aku menerimanya menjadi asisten ku.

Aku mendapatkan beberapa panggilan dari klien di Brazil untuk mengkonfirmasi pertemuan, alasan yang sempurna untuk mengajak Becky dan Mon berlibur.

Tak lama, pintu kantorku terbuka dan aku sangat senang karena mengira yang masuk adalah Becky sebab dialah satu-satunya yang punya izin masuk, tapi ternyata bukan.

"Apa yang kamu lakukan disini?" Tanyaku pada Nita.

"Aku datang karena ingin menemuimu, tapi sepertinya suasana hatimu sedang buruk hari ini."

"Ya. Kehadiranmu membuatku dalam suasana hati yang buruk, siapa yang membiarkanmu kamu masuk tanpa izin?"

"Aku masih istrimu jadi aku berhak masuk kapanpun aku mau"

"Apa yang kamu inginkan?"

"Kamu"

"Keluarlah"

"Itu tidak mungkin sayang, kamu tahu kehamilan ini membuatku menginginkanmu lebih dari biasanya dan karena kamu tidak pulang maka aku harus datang kemari."

"Pergilah Nita"

"Aku tahu aku masih membuatmu panas" katanya sambil perlahan melepas pakaiannya.

"Apa yang kamu lakukan, berpakaianlah."

"Ada apa? Kamu takut tidak bisa mengendalikan diri dan menjadikanku milikmu di sini?" katanya sambil mendekatiku dan melepas jazku.

"Kamu tahu itu membuatku takut" kataku sambil memegang tangannya.

"Aku khawatir aku tidak akan bisa mengendalikan diri dan menyeretmu keluar dari kantorku."

"Aku mengerti kemarahanmu. Sebelumnya kamu tidak mengatakan itu, ketika kamu memohon padaku untuk memilikiku, apakah kamu ingat berapa kali kamu mempermalukan dirimu sendiri di hadapanku hanya untuk menjadikanku milikmu, kamu akan selalu menjadi milikku, ini akan selalu menjadi milikku dan aku akan memilikinya kapan pun aku mau" Katanya sambil meletakkan tangannya dimilikku.

"Hentikan omong kosong ini dan berpakaianlah" aku berteriak, melepaskan tangannya dariku. Aku berjalan ke kursi di belakang mejaku berharap dia akan berpakaian dan pergi sebelum Becky tiba, kalau tidak dia akan mendapat masalah, pertama karena Nita telanjang di sini dan kedua karena belum memberitahunya tentang kehamilan Nita.

Merasakan pergerakan kursi membuatku tersadar, Nita yang jelas-jelas belum berpakaian kini sudah melepas celana dalamnya dan duduk di pangkuanku.

"Apa yang kamu lakukan?"

"Aku perlu merasakanmu di dalam diriku sekarang" katanya sambil segera mendekatkan kepalanya ke leherku dan tangannya ke kancing bajuku, aku bangkit sebaik mungkin dari kursi bersamanya, aku membawanya ke sofa dan menariknya tidak terlalu keras agar tidak menyakiti anakku.

"Aku akan mengulanginya lagi, melihatmu seperti ini hanya membuatku sakit hati" Aku berjalan menuju telepon.

"Tee aku butuh keamanan untuk datang ke kantorku SEKARANG!" Saat itu lengan Nita melingkari tubuhku dan beberapa saat kemudian pintu kantorku terbuka saat aku menoleh, yang bisa kulihat hanyalah tatapan kecewa Becky.

"Kamu mempesona cintaku, aku pikir kamu baru saja membuat bayi lagi." Ucap Nita

"Becky, ini tidak seperti yang kamu bayangkan" kataku menjauh dari Nita dan menuju ke arah Becky, dia tidak mengatakan apa-apa dia hanya menutup pintu rapat-rapat sebelum aku bisa menghampirinya.

"SHIT" teriakku sambil berlari mengejar Becky, aku hampir sampai padanya saat pintu lift tertutup, aku mengumpat dalam hati karena aku tidak melarang Nita masuk sebelumnya, aku pun menuruni tangga darurat secepat yang aku bisa. Tidak aku tidak bisa membiarkan Becky pergi seperti itu.

Aku pergi ke resepsionis dan bertanya apakah mereka melihatnya keluar dan mereka benar-benar memberi tahuku bahwa dia baru saja masuk ke mobil dan pergi.


















Bersambung...

My Life (freenbecky) G!PWhere stories live. Discover now