Bab 24

3.5K 340 19
                                    

Aku dengan Heng menuju apartemen seolah-olah tidak ada hari esok, bayangan wajah Becky saat melihatku tersimpan dalam ingatanku. Ketika aku membuka pintu, Mon sudah duduk menungguku.
Wajahnya benar-benar sedih.

"Mon dimana ibumu?"

"Disana" katanya sambil menunjuk ke kamar dan tepat pada saat itu Becky keluar, tatapannya bertemu denganku dan dia tidak mengungkapkan perasaan apa pun, wajahnya benar-benar serius dan entah kenapa melihatnya seperti itu membuatku merinding.

"Heng bisa ajak Mon bermain?" Pintaku

"Mon ikut denganku." Ucap Becky

"kamu tidak akan pergi dari sini tanpa mendengarkanku."

"Aku tidak ingin mendengarkanmu jadi pergilah, Mon, ayolah."

"Heng bawa Mon sekarang!"

Heng menggendong gadis kecil itu saat teriakanku membuatnya menangis.

"Turunkan dia, kamu membuatnya takut, Heng berikan dia padaku." Pinta Becky

"Heng bawa dia ke atas. Jika setelah mendengarkanku kamu tetap ingin pergi, aku tidak akan menghentikanmu." Becky mengizinkan Heng membawa Mon, mereka pergi.

"Sayang, tidak ada yang terjadi antara dia dan aku" kataku sambil berjalan ke arahnya.

"Jangan panggil aku sayang, Freen" katanya sambil menjauh dariku.

"Aku bersumpah, percayalah, kami tidak melakukan apa pun."

"Oke, aku akan percaya bahwa dia gila suka telanjang sperti itu, aku tidak peduli, tapi aku ingin bertanya, apa untungnya mempermainkan perasaanku?"

"Sayang, aku tidak akan pernah mempermainkanmu, aku menghormatimu sejak hari pertama aku bertemu denganmu."

"Jangan berpura-pura bodoh, Freen, kamu tahu maksudku, kamu akan punya anak, kamu tidak memberitahuku" katanya sambil menangis.

"Maafkan aku, aku benar-benar minta maaf" kataku berusaha menahan air mataku tapi sia-sia.

"Sejak kapan kamu mengetahuinya?"

"Itu tidak mengubah keputusanku untuk bersamamu"

"Freen, jawab aku sejak kapan kamu mengetahuinya? Kamu ingin bicara kan?"

"Ya."

"Kalau begitu jawab aku, sejak kapan?"

"Aku mengetahui saat Nita datang ke sini bersama ibuku"

"Sial! Freen itu terjadi lebih dari dua bulan yang lalu, jumlah waktu yang hampir sama dengan yang kita habiskan bersama, kamu mengetahui bahwa kamu akan memiliki anak dan kamu memintaku untuk menjadi pacarmu."

"Aku tidak tahu bagaimana cara memberitahumu, aku tidak ingin kamu pergi, aku takut."

"Suatu saat aku akan mengetahuinya dan jika kamu yang memberi tahuku, percayalah, sakitnya akan berkurang."

"Aku tahu aku salah, tapi kamu harus mengerti bahwa kehamilan itu terjadi ketika kami sudah berpisah dan saat aku tidak punya apa-apa denganmu."

"Kamu tahu bagian itu lebih menyakitkan, kamu berbohong kepadaku ketika kamu memberitahuku bahwa dia bahkan tidak membiarkanmu menyentuhnya, bahwa pernikahan kalian telah lama berakhir tetapi ternyata dia sedang mengandung anakmu."

"Maafkan aku. "

"Aku yang minta maaf karena menjadi perusak"

"Tidak, kamu bukan perusak. Tolong jangan tinggalkan aku" kataku sambil memeluknya

"Aku membutuhkanmu, aku membutuhkan Mon." Tanbahku.

"Apa yang kamu ingin aku lakukan, aku tidak bisa terus seperti ini, istrimu sedang mengandung anakmu, mereka membutuhkanmu sekarang."

"Kenapa kita tidak bisa melanjutkan? Bukankah kamu dan Mon membutuhkanku?"

"Segalanya tidak sama, Mon bukan putrimu."

"Tapi itu tidak berarti aku tidak mencintainya, kamu tahu itu dan rasanya tidak adil bagiku jika kamu mengatakan itu sekarang ketika aku telah membuktikan dengan fakta bahwa aku akan melakukan apa saja untuknya. Dia memang bukan darah dagingku tapi aku akan memberikan hidupku untuknya jika perlu, Katakan padaku apa yang kamu ingin aku lakukan agar kamu bisa memaafkanku?"

"Kamu tidak perlu melakukan apa pun."

"Jika kamu keluar melalui pintu itu aku akan mengejarmu sampai kamu kembali."

"Freen aku mencintaimu, tapi aku tidak bisa menjauhkanmu dari dia dan anakmu. Aku tahu betapa sulitnya menjalani kehamilan sendirian."

"Aku juga mencintaimu dan jika kamu berpikir bahwa kamu menyuruhku pergi darimu sekarang dan berlari ke pelukannya kamu salah karena itu tidak akan terjadi, selain itu dia tidak sendiri dan dia tidak akan sendirian, aku membayar beberapa orang untuk merawatnya di rumah dan tidak bersamanya bukan berarti aku akan menghindari tanggung jawabku. Aku akan berada di sana untuk bayi itu, bukan untuk Nita."

"Freen"

"Sayang, lihat aku" kataku sambil memegang dagunya.

"Aku tahu segalanya rumit tetapi tidak ada alasan untuk membiarkan kita berakhir seperti ini, aku tidak akan membiarkan ini berakhir, dan aku tahu kamu juga tidak ingin hubungan kita berakhir."

"Kenapa kamu selalu meyakinkanku dengan mudah."

"Karena kamu mencintaiku" kataku menyeka air matanya sebelum menyatukan bibir kami, aku menempelkan tubuhnya ke dinding sementara tanganku menyusuri tubuhnya dan ciuman kami membuat kami terengah-engah. Tanpa berpisah, aku mengangkatnya membuat kakinya melingkari pinggangku. Aku berjalan bersamanya ke kamar, aku membaringkannya di tempat tidur dan di antara ciuman dan belaian kami berdua melepas pakaian kami untuk telanjang bulat, aku siap memasukinya ketika dia berbicara dengan kata-kata yang tercekat.

"Freen gunakan kondomnya"

"Sial!" kataku sambil berpisah untuk mencari kondom.

"Kita akan membicarakannya nanti, aku tidak suka menggunakan ini" kataku setelah selesai memakai kondom, aku mengambil milikku dan meletakkannya di pintu masuknya, tangan kami bergenggaman dan aku memasukinya, Tubuh kami menyatu sempurna, doronganku semakin kuat, membuat rintihan kami terdengar di setiap sudut ruangan, suara tubuh kami yang beradu, keringat yang bercucuran di tubuh kami dan ciuman kami melengkapi momen itu. Aku ingin bertahan selamanya.













Bersambung...

My Life (freenbecky) G!PWhere stories live. Discover now