Wattpad Original
There are 10 more free parts

MDH - Chapter 2

737K 31.4K 487
                                    

"Kau tahu apa yang membuatku senang akhir-akhir ini?"

Aku dan Raga kini tengah makan siang bersama. Entah sejak kapan, ini menjadi kebiasaan kami untuk beberapa hari terakhir.

Aku mengalihkan pandanganku ke arah setelah selesai menyesap minumanku.

"Apa?"

Pria itu tersenyum dan menatapku dengan kedua maniknya yang indah.

"Menghabiskan waktu bersamamu," ucapnya tanpa rasa bersalah. Membuatku yang berada di seberangnya memanas dan juga ingin tergelak.

Setelah dua bulan berlalu, aku semakin tahu apa saja kebiasaannya. Dan menggombal ada di daftar lima teratas.

Tak ada hal yang buruk pada sosok dirinya selama dua bulan ini aku mengenalnya.. Dia pribadi yang baik dan perhatian. Selera kami juga bisa di bilang satu warna. Banyak hal yang cocok di antara kami berdua. Dalam segi pembahasan, hobi dan hal-hal kecil lainnya. Setiap ada pembahasan selalu berujung dengan gelak tawa yang membuat hariku menjadi lebih berwarna dan terasa ringan.

Awalnya aku tak pernah menyangka bisa mengembangkan perasaan aneh ini, dan juga lebih aneh lagi ketika perasaanku terbalas. Maka bukan hal aneh ketika ia mengatakan ia mencintaiku di ujung hari setelah kami menghabiskan waktu bersama. Kami saling jatuh cinta. Waktu tiga bulan yang kami sepakati sebelumnya menjadi waktu yang lama hanya untuk mengenal Raga. Sebenarnya hanya butuh waktu yang singkat untuk mengenal seorang sepertinya karena memang tak ada satupun yang kurang pada sosoknya. Keterbukaan menjadi landasannya. Sejauh ini aku tidak menyembunyikan sesuatu yang harus ia ketahui.

Ia menceritakan bagaimana masa lalunya, dan aku pun sebaliknya. Ku usahakan tidak ada satupun yang aku sembunyikan. Karena aku ingin hubungan ini akan berakhir baik pada akhirnya.

"Apa? Kenapa kau menatapku seperti itu?" ucapku ketika ia sejak tadi bahkan tidak mengalihkan pandangannya dariku. Membuatku merasa sedikit tidak nyaman.

Raga tersenyum hangat, tangannya bergerak meraih tanganku dan meremasnya lembut, "Aku senang melihat mu tersenyum." Ia mulai menggombal lagi? Oh ayolah! Meskipun sebenarnya aku senang di perlakukan seperti ini. "Mel?"

"Ya?"

"Aku rasa tiga bulan terlalu lama untuk kita saling mengenal. Kau merasakan apa yang aku rasakan. Bukankah kita sudah saling mencintai saat ini?"

Kemana arah pembicaraannya. Aku semakin tidak dapat mengontrol bagaimana agar wajahku tidak terlihat memerah.

"Kau tahu aku mencintaimu, dan aku tahu aku tidak bertepuk sebelah tangan. Jadi, maukah kau mempersingkat waktu kesepakatan kita?" Mataku mengikuti gerakan tangannya yang merogoh salah satu saku jasnya dan mengeluarkan sesuatu disana.

Ia melepaskan tanganku dan berdiri dari kursinya. Pandanganku masih mengikutinya hingga akhirnya dirinya membuatku terkejut bukan main saat ia tiba-tiba berlutut di hadapanku.

"Kau serius Raga?" ucapku tak percaya.

Raga menganggukkan kepalanya dan tersenyum lembu, "Ya, aku serius ingin menghabiskan waktu seumur hidupku bersamamu. Jadi, Melody. Maukah kau menikah denganku?" ucapan itu terlontar begitu saja mengabaikan reaksiku yang masih tertegun melihat bagaimana pria itu menyodorkan satu buah cincin yang sangat indah.

Ia melamar ku?

"Raga, kita bahkan baru menghabiskan waktu dua bulan."

"Kau ragu padaku?"

Aku menggeleng. "Tentu tidak, maksudku..."

"Kalau begitu terimalah. Tidak butuh waktu lama untuk mengenal dirimu Melody, mungkin aku akan menjadi pria bahagia jika kau mau menerima pinangan ku saat ini. Jadi, kumohon bisakah kau hilangkan keraguanmu padaku?"

My Devil HusbandWhere stories live. Discover now