Wattpad Original
Es gibt 5 weitere kostenlose Teile

MDH - Chapter 7

581K 26.3K 1K
                                    

Setelah keributan antara Raga dan wanitanya tadi pagi, aku tak lagi mendengar suara pria itu dari luar kamar. Suara mobilnya pun tak terdengar. Terakhir yang kudengar hanya suara pintu yang di banting dengan keras.

Selesai membersihkan diri aku keluar dari kamar mandi, lalu berdiri di tengah-tengah ruangan, menyapukan pandanganku pada seluruh penjuru. Mau sampai kapan aku tidur di sini? Apa ini harus di biarkan? Atau aku harus berontak?

Aku menatap bayanganku di cermin, dan tentu saja terlihat tidak bagus. Berantakan, tidak ada raut kebahagiaan.

Setelah beberapa lama, tanganku meraba handuk yang melilit di kepalaku dan hendak aku keringkan, tapi ketika melihat meja rias ku aku tidak menemukan hairdryer dimana pun.

Aku menghembuskan napas ku lelah mengingat  benda itu pasti ada di kamarku yang sebelumnya.

"Kapan aku terakhir mengeringkan rambutku! Sial sekali!" Sambil mengacak rambutku yang basah aku berteriak kecil, frustasi.

Mau tak mau aku harus memberanikan diri membawanya di sana. Kamar Raga sekarang.

Aku terburu-buru melangkah menaiki tangga. Hingga tiba di depan pintu, tak ada yang kulakukan. Berdiri seperti orang bodoh. Aku benar-benar ragu apakah harus mengetuk pintunya dulu atau langsung menerobos masuk? Aku tidak tahu dia sedang apa di dalam.

Akhirnya setelah menghela napas beberapa kali aku memberanikan diri, memilih langsung membuka pintu dengan pelan-pelan.

Aku hanya berharap dia sedang tidur. Kumohon.

Aku menghela napas lega ketika kutemukan pria itu ternyata memang tengah tertidur tengkurap ranjang, hanya menggunakan celana piyamanya saja.

Dengan hati-hati aku melangkah ke arah meja rias dan terkesiap setiap Raga melakukan pergerakan kecil. Berdekatan dengan pria itu akan aku hindari untuk saat ini. Rasanya semua otot-otot ku berubah menjadi tegang jika aku berdekatan dengan Raga.

Setelah membuka laci meja rias, karena aku tidak menemukannya di atasnya. Aku tersenyum lega. Benda itu ada di sana. Buru-buru aku mengambilnya lalu hampir melemparnya ketika suara pria itu terdengar.

"Sedang apa kau di sini?"

Aku menoleh ke arahnya yang sudah duduk di tepi tempat tidur. Dan mataku terkunci pada tubuhnya yang setengah telanjang. Dia terlihat lebih seksi sekarang dan tentu saja tampan, tidak peduli dengan rambutnya yang berantakan. Itu malah menambah kesan seksi itu.

Setelah beberapa saat aku tersadar, cepat-cepat aku mengalihkan pandanganku ke arah lain. Ada apa dengan wajahku yang memanas.

"Aku hanya membawa ini," aku menunjukan hairdryer yang aku bawa tadi.

"Akan pergi lagi?" tanyanya, dia bangkit dan melangkah ke arahku. Refleks aku melangkah mundur.

"Ya, aku akan ke rumah sakit."

"Tunggu aku, aku akan mengantarmu."
Setelah itu ia menghilang di balik pintu kamar mandi. Meninggalkan aku yang tertegun seorang diri. Apa katanya? Sekarang apalagi? Aku bahkan asal menyebut akan ke rumah sakit. Aku tidak benar-benar akan pergi kesana.

Setelah bermenit-menit aku menunggu. Duduk di tepi ranjang, akhirnya pria itu keluar dari kamar mandi. Hanya dengan handuk yang melilit di pinggangnya. Tangannya sibuk menggosok rambutnya yang basah.

Pemandangan indah macam apa ini?

Tapi, aku kemudian sadar. Bukan waktunya untuk terpesona.

"A...aku akan berangkat sendiri saja. Aku tidak ingin merepotkanmu." Rasanya pasti sangat tidak nyaman sekali jika harus berduaan dengannya.

My Devil HusbandWo Geschichten leben. Entdecke jetzt