Wattpad Original
There are 6 more free parts

MDH - Chapter 6

548K 26.3K 557
                                    

Aku sampai di rumah sebelum hari benar-benar gelap. Pria itu belum pulang tentu saja. Hingga pukul sebelas malam, pria itu belum menampakkan dirinya.

Aku tidak tahu apa yang membuatku tak bisa tidur dan menunggunya.

Berbagai posisi telah aku coba untuk menyamankan diri agar bisa terlelap. Tapi, tidak bisa.

Akhirnya aku bangkit dan keluar dari dalam kamar menuju ke dapur untuk mengambil segelas air.

Belum habis air yang aku teguk, suara pintu dengan bantingan keras memecah perhatianku. Aku menyimpan gelas di atas meja makan dan melangkah ke arah pintu yang terbuka.

Tidak ada yang lebih mengejutkan bagiku selain melihat seorang wanita seksi dengan gaun yang melekat memperlihatkan lekuk tubuhnya, tak lupa juga riasannya yang tampak berani tengah membopong pria yang sangat aku kenali.

Pria itu mabuk?

"Raga, apa yang terjadi?"

"Minggir!" Aku hendak mengambil alih tubuhnya dari wanita tak di kenal itu, tetapi dia mendorong tubuhku dengan kasar, membuatku mundur beberapa langkah. "Dasar jalan sialan!" pungkasnya, ia bahkan kini melingkarkan lengannya pada wanita seksi itu dan mereka berjalan bersama hendak ke arah ruangan di sebelah kamar aku tidur.

Aku tertegun menatap kepergiannya bersama wanita itu. Apa aku baru saja di selingkuhi di depan mataku sendiri? Apa-apaan ini?

"Raga!" seruku menahan lengannya dan berhasil menghentikan langkah keduanya.

"APA!" Dia membentak ku, membuat nyaliku menciut. Tapi, aku tidak bisa membiarkan dirinya melakukan ini padaku. Aku tidak ingin lebih di rendahkan dari ini.

"Raga siapa wanita ini? Kenapa kau membawanya ke rumah?"

"Apa yang salah? Ini rumahku, aku bebas membawa siapapun kesini. Siapa kau berhak menanyakan hal itu!"

"Tentu aku berhak, aku istrimu. Dan kau perempuan murahan! Pergi dari sini sekarang!" Aku menunjuk ke arah pintu dengan marah.

"Apa-apaan kau ini, hah? Berani sekali kau mengusir tamuku! Dasar tidak tahu diri!" Raga kembali membentak dan mendorong tubuhku hingga aku terjatuh. "Dengar wanita bodoh, jangan pernah lakukan ini. Ternyata aku salah telah menikahi wanita sialan sepertimu! Seharusnya aku menjadikanmu sebagai pelayan di rumah ini saja. Minggir! Kau bahkan lebih hina dari dia!" Setelah berteriak padaku, benar-benar merendahkan ku, pria itu kembali merangkul wanita itu dan masuk ke dalam ruangan di sebelah kamarku.

Aku menyeka air mata yang lolos dari pertahanan. Berani-beraninya pria itu membawa wanita lain ke dalam rumah ini.

Bagaimana bisa aku jatuh cinta pada pria seperti dia? Aku pikir dulu dia datang sebagai malaikat untukku, tapi ternyata aku salah. Dia adalah iblis yang bersembunyi di balik sosok malaikat. Pria itu adalah bajingan.

Apalagi setelah ini?

Perasaanku bahkan tidak membantu sama sekali. Perasaan yang aku punya untuknya, membuatku semakin sakit ketika aku mendengar erangan demi erangan dari ruangan sebelah. Aku bukan wanita polos yang tidak tahu kegiatan apa yang sedang mereka lakukan.

Bahkan ketika mereka saling meneriakkan kepuasannya masing-masing, membuatku semakin tak bisa menghentikan tangis ku. Hingga dini hari barulah suara-suara itu berhenti tak terdengar lagi.

Aku tahu ini bodoh, tapi perlahan aku melangkah keluar dari kamar, aku tahu rasa penasaran ini akan lebih menyakitiku, tapi aku benar-benar ingin tahu.

Ketika aku akan membuka pintu, pintu itu terbuka lebih dulu.

Aku menatapnya yang berdiri di hadapanku. Hanya menggunakan celana bahan miliknya.

"Sedang apa kau disini?" Suara dalam itu terdengar begitu dingin.

Aku gelagapan dan menggeleng. "Aku tidak bisa tidur... bisakah... kalian tidak berisik?"

Ia tertawa mencemooh. "Apa yang baru saja kau katakan? Kau memerintah ku? Seberapa jauh kau akan bersikap tidak tahu diri. Aku tidak menyuruhmu tidur di sana. Kau memang wanita bodoh!" Tubuhku oleng ketika kepalaku ia dorong dengan kasar.

Aku mengikuti langkahnya dengan cepat ketika ia berjalan menaiki tangga. "Raga, apa kau sengaja melakukan semua ini padaku?" Aku sedikit berteriak, sambil terus mencoba menyusul langkahnya.

Kulihat tubuhnya menegang setelah mendengar ucapan ku. Tetapi, tidak ada jawaban yang keluar dari bibirnya. Dia hanya berhenti lalu melanjutkan langkahnya tanpa menoleh menganggap ku.

"Raga!" teriakku kembali mengejarnya. "Kau harus menjelaskan semuanya padaku! Sebenarnya apa salahku? Kenapa kau setega ini menyakitiku?"

Ia kembali berhenti dan kali ini berbalik menatapku. "Aku lelah, dan aku malas berdebat. Tidurlah ini sudah malam." Bukan ini jawaban yang aku inginkan.

Sudah malam? Ini bahkan sudah dini hari.

"Aku mau kau menjelaskan semuanya sekarang padaku. Kenapa kau tiba-tiba berubah seperti ini? Dulu kau tidak seperti. Sebenarnya ada apa? Apa salahku?"

"Berhenti bertanya padaku! Kamu hanya tidak beruntung. Seharusnya bukan kau yang berada di sini sekarang. Tapi, karena kau lebih mudah aku sakiti. Kau terpaksa berada dalam situasi ini."

Apa maksudnya?

Seluruh tubuhku bergetar menahan sakit. Jadi dia menyakitiku atas apa yang tidak aku lakukan atau apa? Aku masih tertegun saat ia mengacak rambutnya frustasi lalu bergegas kembali menaiki tangga hingga suara pintu yang di banting dengan keras membuyarkan lamunanku.

Malam ini aku tidak tertidur. Kata-kata pria itu terus berputar dalam otakku. Mencari apa maksud dari ucapannya. Hingga pagi harinya aku dikejutkan oleh suara seseorang yang saling berteriak dari arah luar. Aku bangkit dan melihat kekacauan apa yang sedang terjadi.

"Ini, kau bisa pergi sekarang!" Suara itu aku sangat mengenalnya.

"Apa-apaan ini? Aku bukan pelacur, Raga!" teriak suara lain menyahuti.

"Jangan membentak ku, Ganesa!" Aku melihat kedua orang yang semalaman membuatku tidak tertidur tengah beradu mulut. "Kau pergi sekarang atau aku menyuruh penjaga menyeret mu ke luar! Dan bawa uang-uang mu!"

"Berengsek!" Wanita itu akhirnya menyerah, ia pergi dengan semua uang yang di lemparkan Raga sebelumnya.

Sebelum benar-benar keluar wanita itu menoleh ke arahku ia berjalan ke arahku dan melemparkan semua uang yang ia pegang di wajahku. "Kau yang pantas menerima uang ini. Kau pelacur sesungguhnya! Dasar wanita sialan! Dan kau Raga, aku tidak akan melupakan ini" bentaknya sebelum ia pergi dari rumah.

Aku menatap uang-uang yang berhamburan di hadapanku. Apa yang baru saja terjadi? Aku menatap pria itu yang juga menatapku. Ia terlihat tidak peduli ketika aku—istrinya direndahkan dan dikatai seperti tadi. Pria itu hanya menonton dan berbalik kembali menaiki tangga.

Aku benar-benar wanita sialan di rumah ini.

***

My Devil HusbandWhere stories live. Discover now