Wattpad Original
There are 8 more free parts

MDH - Chapter 4

544K 27.4K 389
                                    

Aku mencoba melepaskan tangannya yang mencengkram lenganku dengan kuat. Ia bahkan menyeret ku masuk ke dalam rumah tanpa mengatakan apapun. Hanya auranya yang bisa aku rasakan, dan firasat ku ini tidaklah baik.

Tiba-tiba saja aku merasa takut berdekatan dengannya. Apa yang sebenarnya terjadi?

"Raga, lepaskan!" Aku berteriak seraya memberontak mencoba melepaskan tangannya.

Ia bahkan tidak memberikan respon apapun selain cengkraman tangannya yang semakin kuat.

Hingga kami tiba di dalam kamar, pria itu bahkan mendorongku dengan kasar ke tempat tidur.

"Raga, apa yang terjadi sebenarnya? Kenapa kau tiba-tiba seperti ini?"

"Berani sekali kau bertanya!" serunya dengan nada mencela. Dia melangkah ke arah ku. Tatapan tajamnya tak lepas dari pandanganku, aku beringsut mudur tapi tangannya lebih dulu mencengkram rahang ku dengan kuat. Cukup untuk membuatku meringis sakit. "Kau bodoh? Aku menyesal menikahi wanita murahan sepertimu! Kau benar-benar tidak tahu diri!" Tidak cukup dengan kata-kata yang menyakitkan ku, tangannya menghempas kasar wajahku.

Tubuhku bergetar kemudian. Air mata sudah tak dapat aku bendung. Apa-apaan ini? Apa dia baru saja mengatakan aku murahan dan dia menyesal menikah denganku?

"Apa salahku?"

"Pakai otakmu bodoh. Kau mempermalukan aku! Kau pikir apa yang ada dalam pikiranmu, ketika wanita yang sudah bersuami tertangkap sedang main-main dengan laki-laki lain? Kau bahkan berani membawa laki-laki sialan itu kesini! Apa rencana mu, hah?" tuduhnya.

"Aku tidak tahu dimana letak salahnya. Jika ini tentang Ian. Kau salah paham, Raga. Kau bahkan tidak mengabari ku seharian ini, dan kau bersikap dingin sejak tadi pagi. Tidakkah kau berpikir itu salah?"

"Berani sekali kau menyalahkanku! Kau pikir kau siapa!" Kedua manik nya berkilat penuh amarah. Satu tangannya sudah melayang, hendak memberikanku sebuah tamparan yang sudah pasti akan menyakitkan. Tapi, ia tidak melakukannya. "Aku muak melihatmu. Lebih baik kau enyah dari hadapanku. Pergi dari sini dan cari kamar tidur lain yang berada jauh dariku!" Pria itu menunjuk pintu dengan tegas.

Aku bangkit dan berdiri di hadapannya. Menyeka air mata di pipiku, dan memberanikan diri menatap kedua matanya. "Aku tidak tahu apa yang salah denganku. Raga, jika kau merasa muak denganku. Kita bisa mengakhirinya."

Satu tarikan kuat pada rambutku yang aku dapatkan sebagai tanggapan.

"Mengakhiri kau bilang? Jalang sialan! Kau bahkan dijual oleh ayahmu. Aku tidak akan pernah melepaskan mu!" Rasa panas dan sakit pada kepalaku tak sebanding dengan rasa sakit di hatiku. Ketika aku melihat kebencian dirinya terhadapku di matanya.

"Keluar kau dari sini!" Ia menarik rambutku, menyeret nya hingga di ambang pintu lalu menghempaskan cengkraman tangannya dengan kasar.

Aku tersungkur di lantai, hatiku benar-benar teriris oleh perilaku dan perkataannya. Dadaku terasa sesak. Ini terlalu cepat untuk sebuah perubahan. Apa yang melandasi dirinya berlaku kasar? Dimana letak kesalahanku?

Tidak ada yang bisa kulakukan selain menuruti kata-katanya untuk menjauh. Aku bangkit tepat ketika ia membanting pintu kamar di depan wajahku.

Aku menyeka pipiku yang basah. Mencoba memberikan kekuatan untuk diriku sendiri. Dengan langkah gontai aku menuruni tangga, menatap malu pada orang-orang yang tiba-tiba saja ramai. Pelayan-pelayan itu pastilah penasaran, dan aku mencoba untuk mengabaikan mereka yang menatap iba ke arahku.

Aku bahkan tidak tahu harus mencari tempat untukku tidur malam ini. Rumah ini masih sangat asing. Dan ketika aku bergelut dengan pikiranku tentang kemana aku harus pergi, langkah kaki seseorang menarik atensi ku.

Aku berbalik dan mendongak melihat pria itu menuruni tangga.

Semua pelayan yang berkumpul mendadak membubarkan diri.

Tatapan matanya masih sama, sorot kebencian masih berada di sana. Aku bahkan merasa dia memandang hina diriku.

Tak mau lebih menyakiti diriku sendiri. Aku memutus pandangan yang pertama kali dan berjalan ke arah salah satu ruangan yang akan menjadi tempat aku tidur malam ini, dan mungkin juga malam-malam lainnya.

Kenapa pernikahanku menjadi seperti ini? Aku tidak pernah membayangkan sebelumnya. Aku pikir aku akan hidup bahagia bersama pria yang kucintai dan mencintaiku.

Tanganku meraba belakang kepala yang masih berdenyut nyeri akibat cengkraman tangannya tadi. Terasa ngilu bahkan ketika aku hanya merabanya dengan pelan. Aku yakin rambutku akan terlepas dari kulit kepalaku jika ia menambah sedikit lagi kekuatannya.

Tapi, ini tidaklah seberapa. Hatiku jauh lebih sakit. Perkataannya tadi terdengar benar-benar serius.

Apa ia benar-benar membenciku?

Aku membaringkan tubuhku pada tempat tidur meringkuk dan kembali menangis.

Papa siapa pria itu sebenarnya? Mengapa jadi seperti ini?

***

My Devil HusbandWhere stories live. Discover now