Wattpad Original
There are 2 more free parts

MDH - Chapter 10

549K 25.4K 342
                                    

Tatapan pria itu lurus ke depan. Raut wajahnya tak bisa ku tebak. Tidak ada rahang mengeras atau cengkraman kuat tangannya pada sesuatu yang dia pegang.

Tidak, tidak ada yang salah dengan ucapan ku baru saja. Aku harus mengatakan semuanya. Aku tidak mau terus-menerus dalam keadaan sekarang. Dan aku rela melakukan apapun demi surat perceraian itu.

Aku tidak memalingkan wajahku saat Raga menatapku, dengan tatapan dinginnya. Aku membuktikan bahwa aku tidak main-main dengan apa yang aku ucapkan. Meskipun sejujurnya tubuhku bergetar luar biasa karena ketakutan saat melihat kilat di matanya yang kini berubah tajam menatapku.

"Bukannya kita sudah pernah membahasnya?" ujarnya dingin. Aku hanya berharap kali ini dia menuruti keinginanku. "Tidak bisakah kau gunakan otak bodoh mu itu untuk berpikir, Melody? Kau lupa atau kau sudah pikun? Aku tidak ingin marah-marah karena kau selalu mengulang-ulang kesalahanmu!" Aku meringis sakit saat Raga mencengkram lenganku dengan kuat.

"Raga kumohon, aku akan melakukan apapun. Bekerja seumur hidupku tanpa di gaji demi melunasi utang Papa pun aku rela melakukannya."

Raga melepaskan tangannya pada lenganku dengan kasar sampai hampir membuatku terjatuh dari kursi.

"Kenapa kau mau aku menurutimu? Jangan mencoba mengontrol ku, Melody!" desisnya.

"Aku sedang tidak mencoba untuk mengontrol mu Raga. Aku hanya ingin terbebas dari semua ini. Aku muak dengan semua perlakuan mu. Kau menikahi ku tapi kau tidak pernah menganggap ku." Aku meninggikan suaraku dan lebih terdengar menjerit saat sakit itu kembali kurasakan karena menyadari Raga memang tidak pernah menganggap ku.

"Mel, kumohon aku sedang tidak ingin beradu pendapat dan bertengkar denganmu hari ini. Jangan memancing amarahku. Atau kau akan menyesal kalau kau bersikeras untuk membahas soal ini," ia terlihat geram, dia bangkit dari kursinya lalu melangkah menjauh dariku menaiki tangga.

Bersamaan dengan air mata yang sudah tidak bisa aku tahan. Kenapa pria itu melalukan ini padaku? Dia tidak menginginkanku tapi dia tidak juga melepaskan ku. Ini tidak adil bagiku, karena menanti sebuah harapan yang kosong itu sungguh akan tidak menyenangkan rasanya.

Harapan? Apa mungkin aku punya harapan? Harapan pria itu akan menyadari keberadaan ku? Kau bermimpi Melody.

Aku kembali menangis, tidak peduli dengan semua pelayan yang ada.

Aku hanya tidak ingin berada pada situasi ini. Ia bahkan mencintai wanita lain. Jika aku tidak berarti baginya, kenapa dia juga melarang ku berhubungan dengan pria lain? Apa mau pria itu sebenarnya?

Saat aku membuka pintu kamar, sesaat aku tertegun ketika pandangan kami bertemu. Pria itu berdiri di sana bertelanjang dada. Tirai itu terbuka menampakan pemandangan malam ini yang gelap gulita. Satu gelas minuman di tangannya dan rokok di tangan lainnya. Ia tidak mengatakan apapun, hanya menyesap rokoknya lalu membuatkan asapnya mengepul keluar jendela yang ia buka.

Perlahan aku melangkah masuk ke dalam setelah menutup pintu kamar. Lalu merangkak naik ke atas tempat tidur juga berbaring memunggunginya.

"Kau tidak tidur di kamarmu?"

Aku terkesiap dan cepat bangkit hendak keluar dari dalam kamar.

Kenapa aku bodoh sekali. Ia bahkan belum memperbolehkan ku tidur di sini.

"Tidurlah, bawa kembali barang-barang mu."

Aku menatap punggungnya lama. Tidak mengeluarkan jawaban apapun dan tidak ingin membahas apapun. Termasuk soal perceraian yang tadi aku katakan. Biarkan malam ini aku tidur dengan tenang. Karena sepertinya ia tidak akan melepaskan ku begitu saja.

My Devil HusbandWhere stories live. Discover now