III: Escort

435 39 1
                                    

Percayakah kau akan takdir?

Takdir yang membuat waktu tertelan oleh keabadian.

Takdir yang mempersatukan mereka yang mempunyai tujuan sama dalam kehidupan, membentuk sebuah tali, berkias dengan sebuah kata yang disebut ikatan.

Takdir yang menghentikan langkah mereka, yang menghalau langkah mereka.

Pada akhirnya, mereka harus memilih: melawan takdir, atau menyerahkan hidup mereka pada takdir.

. . .

"OOOOooo...!!"

Melihat sosok Vladimir, Dialos pengacau tipe Elester tersebut membalikkan tubuhnya. Kemudian, Dialos itu langsung mengarahkan puluhan belati berwarna hitam yang terbentuk dari kedua tangannya yang elastis ke arah pemuda Sword Dancer di depannya.

Lelaki pemilik surai berwarna ungu lembayung tersebut dengan gesit menghindar dari serangan belati hitam yang dibentuk oleh si Dialos. Bijih violetnya melirik cepat ke arah anak kembar yang berada di belakang Dialos itu.

Aku tak bisa gegabah dengan menyerang Dialos ini di sini. Salah gerakan sekali saja, bisa-bisa melukai kedua bocah itu.

Ah, merepotkan saja! Vladimir berbalik ke belakang dan berlari ke luar dari jalan buntu tersebut, menyeret pedangnya yang berat, berusaha menarik perhatian Dialos hitam legam tersebut untuk mengikutinya ke persimpangan jalan yang lebih besar, dan tentunya lebih berpotensi sebagai tempat pertarungan.

Dialos itu mengikuti Vladimir sesuai prediksinya.

Vladimir menghentikan langkahnya dan menghadap Dialos tersebut. Dialos itu mengerang keras, marah melihat sosok manusia di hadapannya. Tenang saja, Dialos. Perasaan manusia-manusia itu, sesungguhnya tak jauh berbeda dari perasaan kalian: sebuah kebencian yang mendalam.

Vladimir berlari sigap ke arah Dialos itu, menyerangnya.

Clank!

Suara besi yang beradu satu sama lain berbunyi.

Dialos tipe Elester tersebut menghalau pedang Vladimir untuk menggores tubuhnya dengan beberapa belati hitam yang kembali ia bentuk. Beberapa belati tersebut berhasil mengenai pedang merah Vladimir, namun tak cukup untuk meninggalkan bekas goresan di permukaan pedang besar miliknya.

Tangan Dialos yang besar tersebut berusaha untuk meraih Vladimir. Hentakan yang keras bergemuruh, membuat tanah ibu kota Lucfia menggeram. Vladimir menghindar dari tangan Dialos tersebut.

Tangan besar hitam dan elastis secepat kilat menyambar Vladimir, namun secepat kilat pula ia bereaksi, berhasil terbebas dari sambaran tangan Dialos tersebut. Hampir. Hampir saja.

"Kh...!"

Vladimir menggertakkan giginya. Ia tak punya banyak waktu untuk terus meladeni Dialos ini. Kalau begini terus, ia akan kehabisan tenaga dan stamina sebelum sempat menebas si Dialos. Vladimir, ia membutuhkan otaknya untuk bekerjasama dengannya kali ini.

Pemuda Sword Dancer tersebut mengayunkan pedang besar miliknya ke arah tangan Dialos tersebut – dan oh, kiranya dia berhasil melenyapkan salah satu tangan Dialos itu. Tangan Dialos yang terpotong itu, jatuh ke jalanan krim pucat dan menghilang bersama udara, menjadi serpihan-serpihan pasir cokelat muda. Dialos hitam itu menderam keras, marah.

"OOOOOOooooorgh...!!"

Aku hanya perlu menumpas tangannya yang satu lagi, lalu aku bisa menebasnya!

Dialos tipe Elester itu mengeluarkan lagi belati-belati hitamnya ke arah Vladimir. Vladimir melompat cepat ke arah kanannya. Salah satu belati hitam itu mengenai lengan Vladimir, menembus kemeja putih yang ia kenakan, melukai lengannya dengan luka sayat yang mengeluarkan tetesan likuid berwarna merah.

The Wind Which Sings of FreedomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang