Melodies 5 : "Eldorado"

10.8K 1K 39
                                    

Malam ini kembali lagi, mimpi membawaku berlayar kesebuah padang pasir yang gersang. Tak memiliki ujung, tak memiliki penduduk. Hanya suara desiran yang berbisik ditelingaku. Aku berjalan ke entah berantah. Berjalan hingga aku tak sanggup untuk berdiri kembali. Menangis pun tak lagi mengeluarkan air mata. Panasnya menyiksa, dan aku mulai kehilangan akalku. Aku harus pergi, tak bisa terdiam saja. Namun aku tak mampu.

Saat aku memejamkan mataku seperkian detik. Sebuah kota muncul dihadapanku. Dengan seorang pria memegangi payung kuning cerah melambaikan tangannya digerbang masuk. Aku mengigit bawah bibirku, berusaha untuk berdiri dengan sisa tenaga. Kota itu memukau, seperti emas yang bersinar ditengah padang pasir, menjanjikan sesuatu.

Setiap langkah ku iringi dengan doa agar aku kuat mencapainya. Setiap langkah ku iringin dengan harapan. Pria itu masih berdiri disana, menunggu. Dan tinggal sedikit lagi rasanya aku bisa menggapainya. Kota yang memukau itu selalu hilang sebelum aku sampai di sana. Juga pria itu.

Dan ini terjadi lagi di malam ku yang sunyi.

Duk

Itu suara debam di lantai yang tak asing, membuat mataku segera terbuka.

"Yesha bangun," kataku seraya membantunya yang baru saja terjatuh di lantai.

"Sakit.." aduhnya. Aku tak mengerti namun jika ia lupa mencuci kakinya sebelum tidur, maka ia akan terjatuh seperti tadi di pagi harinya. Itu penjelasan super tidak masuk akal menurutku. Namun ia bersih keras memberikan alasan itu setiap kami membahasnya.

"Ditendang malaikat kali, suruh sholat." tawa Damia yang sudah terlihat, em, 60% rapih duduk di meja rias.

"Mau kemana?" tanyaku yang masih mengusap kedua mataku diatas ranjang Yesha.

"Hari ini mata kuliah Prof Kim Minseok, kau lupa?" jawabnya dengan membesarkan kedua bola matanya.

Aku dan Yesha segera saling menatap dan mengangguk bersama. Yesha menepuk pundaku, menyuruh mandi terlebih dulu. Aku mengangguk lagi.

Siapa lagi Profesor Kim Minseok? Oh dia dosen tampan idaman Damia, dan hampir seluruh perempuan di dalam kelas. Aku? Aku suka, tapi aku paham dengan realita. Aku senang setiap kali ia mengajar, karena tidak membosankan. Tapi suasana kelas akan benar-benar kacau. Hampir semua perempuan akan mengenakan parfume terbaik mereka sebanyak-banyaknya. Membuatku mual. Belum lagi kelas akan berubah menjadi panggung fashion show. Hm, Korea Selatan, dimana dipinggir jalanpun kau bisa melihat banyak perempuan yang mengenakan pakaian branded berjalan diatas trotoar, terutama di Gangnam.

Seperti saat ini, "Beautiful," kataku begitu keluar dari kamar mandi saat melihat Damia sedang menatap dirinya di cermin.

"Cepat cepat, aku ingin duduk di barisan depan." kata Damia kini menyuruh Yesha untuk bergegas menuju kamar mandi.

"Ini baru jam 5 pagi Damia, tolonglah." kata Yesha yang masih merenggangkan badannya di kasur.

"Kita ada kelas jam 8 pagi, tolonglah." balasnya dengan wajah memohon.

Aku hanya menatap keduanya dengan tawa. Sebentar lagi akan ada perang dunia ke tiga jika Yesha menolak. Jangan pernah menolak permintaan perempuan yang sedang jatuh cinta, begitu kata Damia. Oh andai jatuh cinta semudah yang dikatakan Damia.

Yesha bangun perlahan sembari menatap Damia, "Dafa ingat Dafa!" katanya sembari mengacak rambut Damia yang sudah rapih.

Tepat sebelum Damia murka, Yesha sudah berlari ke kamar mandi dan mengunci pintu.

"Kalau tidak ada Prof Kim Minseok, aku tak akan bersemangat ke kampus." keluhnya sembari berkaca.

Aku mengangguk, "Yaaa.." jawabku sembari memilih baju di lemari.

MelodiesWhere stories live. Discover now