Melodies 10 : "Juliet."

8.2K 887 214
                                    

"Iya Ma, tenang aja, Odi makan terus kok disini, masak malahan biar aman." Pagi itu berlomba dengan Sang surya yang hendak mengintip lewat celah jendela kamarku, Mama sudah asik menampakan dirinya di layar laptopku. Tak habis senyumnya berganti dengan raut khawatir. Sehabis Tahajud, mama sangat merindukan buah hatinya yang merantau ini, jadilah Mama memanggilku lewat skype.

"Allhamdullillah, lalu kiriman dari Mama sudah dipakai belum?" Mama tersenyum diseberang sana, aku ragu membalasnya. Lalu terkekeh. "Odi..." panggil Mama panjang.

"Belum siap Ma, nanti ya." Balasku yang dibalas dengan hempasan nafas panjang Mama. Mama mengangguk pelan dan tersenyum mengerti.

"Damia mana?" Tanya Mama. Aku dengan segera menengok pada perempuan yang masih tergeletak di atas ranjangnya, aku ragu ingin memanggilnya. 

"Hallo tante, ape kabar?" suara Damia menyeruak keheningan. Menampakan wajahnya disebelahku untuk melihat Mama.

"Allhamdulillah, Damia apa kabar?" Tanya Mama lembut.

"Baik tante, Damia kebelakang dulu ya. Kapan-kapan ngobrol lagi." Damia segera melambaikan tangan dan keluar kamar, tak lupa senyumannya. Aku menghela nafasku lega.

".....Yaudah nanti kesiangan. Jangan lupa makan, sholat, baca Qur'an. Lancar kuliahnya ya Odi, kalau bisa jangan pacaran dulu." Panjang dikali lebar Mama selalu menasehatiku hal yang sama.

Aku segera mengangguk, memberikan dua jempol dilayar. "Oke Mama, salam buat Papa dan semuanya ya. Assallamualaikum." Mama membalas salam dan layarpun berganti warna menghitam.

Aku menatap kotak merah tua pemberian Mama yang tergeletak diatas meja sebelah ranjang. Belum tersentuh setelah seminggu dikirim dari Indonesia. Hampir setiap bulan kiriman paket Mama sama, padahal sudah ku bilang, kerudung itu banyak di Korea, namun alasan mama cukup kuat.

"Agar kamu gak lupa sama kewajiban seorang wanita, kalau bukan Mama, siapa yang mau ingetin kamu? Mau ditegornya sama Allah langsung?" Kalimat itu cukup menyesakkan. Namun, aku belum siap. Lagi-lagi itu selalu jadi alasan pelemah imanku.

Sholat, membaca Al Qur'an, dan makanan halal sudah ku tepati, dan sampai kapanpun akan ku tepati, dan benar saja, untuk janji terakhir yang disebutkan Mama, aku mengingkarinya mulai dari tiga hari lalu.

Ting Tong.

Ah, baru saja dipikirkan, orangnya sudah mengetuk.

"Pagi." Cahaya matahari baru saja menerobos masuk bersama dengan pria yang kini tersenyum dihadapanku.

" Cahaya matahari baru saja menerobos masuk bersama dengan pria yang kini tersenyum dihadapanku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aku melirik matahari disebelah kiriku. "Again, You'r so faster than the sunrise." Kataku menggeleng-geleng tersenyum geli. Sudah tiga hari semenjak kepulangan dari perkemahan, pria ini akan muncul sepagi ini hanya untuk menyapa selamat pagi. 

 "It's because I'm your sun now." Tawanya mengelus kepalaku.

"Sunbae- ah," ia menghadiahiku dengan mata besarnya, "Oppa menginap dirumah Dio-ssi lagi?" dan benar, dia mengangguk cepat.

MelodiesWhere stories live. Discover now