The Warmth You Belong

9 1 1
                                    

Disclaimer: Harry Potter (c) JK Rowling; Anihogwarts RPF (c) spearmercury; Kimberly Foster (c) Amanda; this fic is a continuation of this work: https://www.wattpad.com/288497706-anihogwarts-kumpulan-drabble-answer-me

Ya.

Andrew seperti tak pernah puas untuk mendengarkan satu kata itu, hingga ia bertanya untuk kesekian kalinya pada sang kekasih. Bedanya, kali ini ia telah menyiapkan sebuah benda yang akan menjadi simbol pengikat janjinya. Sebelum-sebelum ini ia hanya mengucapkannya dalam kalimat yang tersirat—seperti yang tadi ia ucapkan, 'kita akan punya anak, cucu, tinggal bersama,' lebih kepada ajakan, atau mungkin angannya sendiri.

Si pemuda mengeratkan lengannya pada bahu sang gadis setelah meletakkan kembali kotak kecil biru di tempat asalnya. Diusapnya lengan kecil itu, yang tidak terbalut kain, terasa sedikit dingin. Gaun tidur gadis itu berlengan pendek, sedangkan malam ini hawanya cukup dingin.

"Kau bisa tidur lagi? Atau masih terbayang mimpi buruknya?" tanya Andrew dan menatap sang kekasih. Kimmy, yang raut wajahnya cerah setelah lamaran Andrew, kembali agak muram mendengarkan pertanyaan itu. Ditutupnya wajah dengan kedua telapak tangan, lalu ia memijat kening.

"Entahlah, Andrew. Aku tak tahu kapan mimpi itu muncul lagi." Kimmy menghela napas. "Tapi aku lelah, kurasa aku akan coba untuk tidur lagi." Gadis itu membetulkan letak selimutnya, tetapi belum merebahkan tubuhnya ke kasur. Tiba-tiba ia merasakan pundaknya ditarik sedikit lebih kuat.

"Kemarilah." Si pemilik suara rendah berucap dengan lembut. Dalam kegelapan yang samar-samar bisa melihat, dengan panduan sang pemuda, Kimmy berpindah sambil meraba bagian kasur, agar ia tak melindas kaki Andrew. Kini gadis itu berada tepat di depan lelakinya, hingga punggung beradu dengan dada. Kimmy bisa merasakan perlahan ada yang menjalar dari pinggang ke perutnya dan bertaut di sana. Tidak menutupi bahkan sedikitpun bagian perut seperti halnya korset, tapi Kimmy bisa merasa hangat di seluruh tubuh.

"Aku tak bisa menjamin siapa yang akan mati lebih dulu. Tapi aku ingin kita bisa berbahagia, melakukan banyak hal bersama-sama, tertawa bersama, bekerja keras untuk keluarga kita nanti..." Andrew mengusapkan hidungnya di bahu Kimmy. "Kalau bisa meminta pada Tuhan, aku tak ingin kehilanganmu sampai kapanpun."

Sementara sang gadis termenung, ia pun tak ingin kehilangan keluarganya, kehilangan Andrew, apalagi kehilangan dirinya sendiri. Ia manusia yang sedang takut mati. Kedua tangannya menggenggam erat lengan sang kekasih.

"—Kimmy?"

"Ah, ya..."

"Kau tidak apa-apa? Ada sesuatu? Ceritakanlah." Sembari berkata demikian, Andrew mengecup pelipis Kimmy.

"Tidak," ucap Kimmy dan tersenyum. Ia bersandar pada bahu Andrew, hingga bibirnya dapat menjangkau rahang bawah si pemuda. Ia berkata dengan suara sangat, sangat pelan hampir seperti bisikan, "Tidak apa-apa." Ada kamu di sini.

"Apa? Aku tak bisa mendengarmu," Andrew berusaha mendekatkan telinganya agar bisa mendengar jelas apa yang diucapkan gadis itu.

"I love you, Andrew." Dan sebuah kecupan lembut di pipi, membuat sang pemuda tertawa kecil, lalu membalasnya dengan hal yang sama.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 25, 2016 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Sehari-hari Sang Fiksi - AnihogwartsWhere stories live. Discover now