1

4K 339 25
                                    

Beberapa hari sebelumnya.

"Harusnya kau ikut acara reuni sekolahku, Jung. Aku ingin pamer ke teman-temanku bahwa suamiku sangat tampan." Yoojung merajuk memeluk perut Jungkook. Mereka masih berada di atas ranjang sejak terbangun tadi. Malas melangkahkan kaki keluar kamar dan memilih tetap di balik selimut memeluk satu sama lain.

Usia pernikahan mereka terhitung baru menginjak bulan ke 5. Belum ada yang berubah dari keromantisan hubungan mereka. Masih sama manisnya seperti saat masa kuliah dulu.

Jungkook terkekeh dan mengacak rambut Yoojung. "Maaf. Seandainya aku tak ada dinas keluar kota, pasti aku akan menemanimu disana. Mau makan apa pagi ini? Akan kumasakkan sebagai permintaan maafku."

Yoojung mendecih sambil menyunggingkan senyum miring, mencubit perut Jungkook. Merasakan perut berotot Jungkook sedikit membuatnya heran sekaligus senang. Biasanya jika seorang pria telah mneikah perut mereka akan membuncit bak ibu-ibu hamil. Namun Jungkook tidak. Bahkan ototnya semakin hari semakin berkembang. Efek kecanduan pergi ke gym membuat prianya semakin seksi.

"Tidak usah. Masakanmu tidak enak, biar aku yang mengurusnya. Bisa-bisa aku yang membereskan seluruh dapur seperti tempo hari kau menggosongkan penggorengan."

Mereka berdua tertawa renyah.

Pagi yang dilalui mereka memang selalu sama setiap hari. Namun itu tidaklah membuat mereka bosan untuk saling memeluk satu sama lain dan malah semakin menambah rasa cinta mereka. Menikah dengan Jeon Jungkook memang merupakan hadiah terbesar yang diberikan Tuhan kepada Yoojung. Siapa yang tidak ingin menikah dengan lelaki tampan, harmonis, dan kaya sepertinya?

Begitu pula Jungkook. Tidak ada yang lebih beruntung di dunia ini selain dirinya yang dapat menikahi Kim Yoojung. Gadis yang ia temui semasa kuliahnya. Begitu cantik, seksi dan satu yang menjadikannya semakin menyukai gadis itu. Yoojung pintar memasak. Jika ia tak sering pergi ke gym mungkin sekarang tubuhnya layaknya ibu-ibu hamil karena ia benar-benar tak bisa menolak masakan Yoojung. Ia tidak berbohong. Masakannya benar-benar lezat.

"Aku kembali besok malam." Ujar Jungkook ketika Yoojung memasangkan dasi untuknya.

"Kau tahu Jung, kau sangat tampan. Jadi, pastikan tak ada satu gadis pun menyentuhmu sejengkalpun dalam keadaan apapun. Jika sampai itu terjadi, jangan salahkan aku jika gadis itu menghilang dari dunia ini."

Jungkook menarik pinggang Yoojung. "Istriku mengerikan sekali! Baiklah, aku berangkat dulu." ucapnya sembari mencium lembut bibir plum Yoojung. Rasanya berat untuk melepaskan pelukannya dari pinggang istrinya, atau menghentikan ciumannya jika saja Yoojung tak menarik dirinya.

"Cepat berangkat, Jung. Kau sudah terlambat."

Sedikit kecewa Jungkook menghela nafas pelas. Menerima uluran tas dari Yoojung dan bergerak melangkah menuju pintu. Selepas memakai sepatu ia membalikkan badannya. "Aku akan segera pulang. Hubungi aku jika sesuatu terjadi." Pesannya sebelum menghilang di balik pintu.

Yoojung menghela nafas panjang sepeninggal Jungkook. Saatnya ia kembali sendirian di rumah. Bahkan sekarang ia telah merindukan si gigi kelinci itu.

---

"Lihat,Yoo! Park Jimin." Tunjuk Hana pada sosok berambut pirang yang baru saja datang. Yoojung membalikkan badannya mencari sosok yang dimaksud di tengah kerumunan orang di dekat pintu masuk. Mereka semua nampak menyambut kedatangan sosok pemuda itu. Beberapa orang menyingkir setelah memberi ucapan selamat datang dan pelukan pelepas rindu.

Reuni yang dikiran Yoojung akan berjalan biasa ternyata sangatlah mewah. Ia tak tahu bahwa akan semewah dan semeriah ini bahkan layaknya sebuah pesta perayaan. Matanya masih tertuju pada Jimin yang kini berjalan menuju sosok teman SMAnya, Kim Taehyung. Meraka berpelukan erat dan saling tertawa.

The Truth Untold ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang