4

2.4K 255 12
                                    

[ WARNING SIAP-SIAP HATI DISINI. AREA ORANG DEWASA. JANGAN MEMBACA PART INI JIKA TIDAK KUAT. ]

Seminggu lagi ulang tahun Jungkook. Itu artinya Yoojung akan memberikan kado terbesar yang belum pernah Jungkook terima. Bayi pertama mereka.

Untuk itu, Yoojung mulai menyiapkan pesta kecil itu dari sekarang. Mencari balon, pita dan memesan kue.

Akhir-akhir ini Jungkook sangat jarang berada di rumah. Suaminya itu sekarang sangat sering lembur kerja. Ia hanya berharap di hari ulang tahun Jungkook, suaminya itu memiliki waktu luang.

Langkah kaki membawanya memasuki sebuah toko pernak-pernik persiapan untuk pesta. Setiap tahun ia selalu mendatangi toko ini untuk mengadakan pesta kecil ulang tahun Jungkook. Semua persiapan pesta lengkap berada di toko ini. Puas dengan belanjaannya, ia melangkah keluar dari toko menenteng belanjaan.

Jam menunjukkan pukul 8 malam. Ia tak perlu khawatir tentang Jungkook lantaran pemuda itu sudah mengiriminya pesan bahwa ia harus lembur kerja. Namun begitu ia keluar dari toko, langkahnya terhenti.

Irisnya tidak sedang salah melihat, bukan? Namun ia berusaha untuk tak percaya.

"Jungkook?" gumamnya menatap sosok yang mirip suaminya di seberang jalan memeluk seorang gadis. Mereka tertawa mesra dan bahkan Jungkook menciumnya. Yoojung membeku di tempat. Nafasnya menjadi tak beraturan dan mendadak rasa sakit menjalari hatinya.

Buru-buru ia kembali masuk ke dalam toko dna mengintip di balik kaca. Bukankah Jungkook mengatakan padanya bahwa ia akan lembur malam ini? Lantas siapa wanita tersebut? Apakah lembur yang dimaksud adalah wanita tersebut?

---

Yoojung kembali pulang dengan perasaan gundah. Ia tak tahu harus marah atau bagaimana. Dirinya benar-benar menolak untuk mempercayainya. Tidak mungkin seorang Jeon Jungkook menghianatinya.

Kepalanya mendadak pening. Ia tak ingin menangis sekarang. Jadi, ia benar-benar menahan air matanya. Meski ia sedikit percaya akan apa yang ia lihat, ia tak akan mempercayai sepenuhnya hingga ia mendapat kebenarannya tersendiri. Tidak dengan menanyai Jungkook secara langsung. Mungkin ia akan mencari tahu sendiri.

Namun untuk saat ini perasaan dan pikirannya terasa kacau. Ia seperti membutuhkan atau tidak membutuhkan sesuatu. Tiba-tiba bel rumah berbunyi. Awalnya ia berpikir itu Jungkook, namun tak mungkin. Lantaran mengapa pula Jungkook membunyikan bel sebelum masuk, kecuali jika pemuda itu sedang mabuk.

Ia memeriksa interphone dan mendapati Jimin berdiri disana. Setelah mempersilahkan Jimin masuk, Yoojung hanya menyuruh pemuda itu untuk duduk di sofa sementara dia menyiapkan teh.

"Jadi, katakan maksud kedatanganmu ke apartemenku?" tanya Yoojung begitu memberikan secangkir teh pada Jimin. Jimin menyilangkan kakinya dan menyadarkan punggungnya ke sofa.

"Suamimu tak ada?"

"Yah, dia sedang lembur." Sedikit lucu mengatakan Jungkook sedang lembur ketika ia baru saja melihat pemandangan tak mengenakkan tadi.

Jimin hanya menganggukkan kepala. Matanya menyapu seisi ruangan. "Baguslah alau begitu."

Awalnya Yoojung pikir ia merasa tak nyaman dengan kehadiran Jimin. Namun semakin lama Jimin berada bersamanya, mengobrol panjang lebar meski sedikit lebih banyak berdebat, ia menjadi lebih tenang sekarang.

Jimin menarik sebuah majalah di meja kecil sebelahnya. Terkekeh kecil mendapati yang ia ambil adalah majalah wanita milik Yoojung. Ia menemukan satu gambar dan menunjukkannya kepada Yoojung. "Kau pasti akan sangat cantik memakai ini."

Jimin melempar majalah yang telah terbuka ke atas meja. Yoojung menatap gambar yang dimaksud Jimin. Disana sebuah wanita memakai pakaian tidur yang terlihat menggoda terpampang. Yoojung menjadi tak nyaman dibuatnya. "Tidak. Aku tak akan cocok." Elak Yoojung menutup kembali majalah tersebut.

"Aku serius, Yoo. Pasti kau tak pernah mencobanya. Aku akan membelikanmu. Kau akan jauh seratus kali lebih seksi dari biasanya."

Ini adalah obrolan yang tak normal dan Yoojung merasa tak nyaman. Terlebih tatapan Jimin yang terkesan seduktif. Tidak. Ini berbahaya. Oleh karena itu Yoojung bangkit dari duduknya dan menyuruh Jimin untuk segera pulang, "Pulanglah Jim. Sudah terlalu larut."

Jimin beranjak dari duduknya. Yoojung pikir pemuda itu akan keluar sesuai perintahnya. Namun Jimin malah menarik pinggangnya dan mengikis jarak padanya. "Kau pasti merasakannya."

"Apa yang kau lakukan, Jim. Lepaskan aku." Yoojung berusaha mendorong Jimin.

"Kau kesepian bukan?"

"Jim, jangan seperti ini. Kumohon, lepaskan aku."

Jimin semakin mengeratkan pelukannya, namun dengan kuat Yoojung berhasil melepas pelukan Jimin dan berjalan menjauh. Sayangnya Jimin berhasil menarik Yoojung lagi dan kini menguncinya di tembok. Tubuh Jimin benar-benar menekan Yoojung pada tembok. Deru nafas mereka bersentuhan serta jantung yang berdetak tak karuan.

"Jim, kumohon." Gumam Yoojung tak berani menatap Jimin. Tangan kekar Jimin mengusap pipi Yoojung dan mendongakkan wajah Yoojung menatapnya. Mata mereka bertemu dan sungguh Yoojung tengah berperang dengan gejolak hatinya saat ini.

Saat ini ia benar-benar berperang dengan kewarasan yang ia miliki. Namun disisi lain ia benar-benar tergoda akan setiap sentuhan yang Jimin berikan. Mengingat sudah berapa lama Jungkook tak menyentuhnya. Ia merindukan sebuah sentuhan.

"Kau tahu, Yoo. Aku mencintaimu, kau mencintaiku. Semua tak masalah, okay? Aku menginginkanmu, Kim Yoojung." Bisik Jimin kemudian mulai mengecup bibir Yoojung pelan. Awalnya gadis itu menolak. Terus menolaknya hingga semakin lama Yoojung mulai membalas ciumannya. Kewarasan Yoojung telah menghilang.

Siapa yang tak tergoda dengan Jimin? Jika Yoojung saja baru saja mendapati suaminya sendiri mencium gadis lain, mengapa ia tidak. Namun bukan karena hal tersebut. Yoojung benar-benar tergoda akan Jimin kali ini. Seperti soju, yang membuat candu. Begitu memabukkan dan membuatnya melayang.

Jimin mengangkat tubuh Yoojung sekali sentakan. Masih melumat bibir gadis itu. Langkah kakinya membawa gadis itu ke dalam kamar. Merebahkan Yoojung disana dan tak membiarkan gadis itu memiliki jeda untuk berbicara.

Jimin benar-benar melumatnya habis. Ia meninggalkan tanda ungu kecil di leher gadis tersebut. Melumat bibir plum itu kembali sembari perlahan menurunkan baju Yoojung. Tangannya dengan liar bergerak pada tubuh Yoojung membuat seakan ribuan kupu-kupu menggelitik perut Yoojung.

"Tidak.. ah.. aku tidak seharusnya melakukan ini." Lirih Yoojung. Sedikit kewarasannya mulai pulih.

"Tidak. Kau berhak melakukannya, Yoo." Bisik Jimin memabukkan membuyarkan kembali kesadarannya.

Yoojung tak tahu, ia benar-benar telah melayang malam ini. Kesadarannya menghilang. Namun Jimin begitu memabukkan, dan ia benar-benar tak tahan dengan setiap sentuhan yang pemuda itu berikan. Bahkan ketika kedua tubuh mereka telah menyatu, Jimin yang memacu tubuhnya, peluh yang membasahi keduanya, Yoojung menyadari satu hal.

Ia membutuhkan Jimin malam ini.

"Fuck me here, Jim! Akh... I need you. Really need you, Jim."



  To be continued.  

The Truth Untold ✔Where stories live. Discover now