5

2.4K 255 8
                                    

Cahaya matahari menerangi kamar Yoojung. Tubuh telanjangnya tertutup penuh oleh selimut. Disampingnya Jimin telah menghilang. Pemuda itu telah terbangun sejak jam 5 tadi. Memandangi wajah Yoojung dalam pelukannya dan terus tersenyum menatap gadis yang masih tertidur pulas tersebut.

Semalam benar-benar hebat. Sedari awal ia memutuskan untuk datang ke tempat Yoojung ia tak pernah memprediksikan hal ini. Ia pikir Yoojung akan menolaknya dan menamparnya, kemudian mendorongnya pergi. Namun ia menemukan hal lain yang membuat Yoojung goyah terhadapnya. Sorot mata gadis itu terlihat kesepian dan tertekan.

Setelah satu jam lamanya ia hanya terus memeluk Yoojung sambil terus menatapnya dengan senyuman dan juga mengusap wajah Yoojung lembut, Jimin memutuskan untuk turun dari ranjang. Memakai celana jinsnya dan membiarkan dirinya bertelanjang dada. Mungkin ia harus memasakkan sesuatu untuk Yoojung. Ia ingin gadis itu terbangun dan sarapan telah siap. Bahkan Jimin juga membersihkan rumah.

Sejam kemudian tepat pukul 8 Yoojung terbangun. Menggeliyat pelan di atas ranjang sambil berusaha membuka matanya yang masih menyipit. Ia meloloskan satu nafas panjang sebelum akhirnya mulai tersadar akan kejadian semalam.

"Oh God!" pekik Yoojung pelan terduduk di atas ranjang. Satu tangannya menahan selimut untuk tetap menutupi tubuh bagian atasnya. Ia memeriksa tubuhnya lagi memastikan bahwa semalam memang benar terjadi. Dan benarlah, Yoojung kembali membelalak kaget begitu melihat tubuhnya benar-benar telanjang.

"Kau sudah bangun, sayang?" tanya Jimin muncul di ambang pintu. Masih bertelanjang dada. Yoojung melotot memandang dada berotot Jimin yang terekspos jelas. Padahal semalam ia bahkan melihat tubuh telanjang Jimin dan menikmatinya.

"Ah.. tidak-tidak! Aku sudah gila!" sesal Yoojung lantas segera turun dari ranjang tetap dengan selimut yang ia buat melilit tubuhnya. Ia melangkah segera membuka lemari pakaiannya dan mengambil bathrobe. Lantas memakainya dengan cepat sementara Jimin terus mengamatinya dengan senyum miring. Pemuda itu menikmati pemandangan di pagi hari. Melihat Yoojung bertingkah panik sangatlah manis.

Ah, seandainya saja gadis itu adalah istrinya.

Selepas Yoojung telah menutupi tubuhnya dengan bathrobe, ia mendekati Jimin dengan tatapan galak. "Sebaiknya kau pergi, Jim. Sekarang!"

"Wow~wow! Aku tak akan pergi sebelum sarapan. Aku sudah memasak, jadi ayo kita sarapan bersama dulu. Kau belum pernah mencoba masakanku, kan?"

Yoojung merotasikan bola matanya jengkel. Bahkan kejadian semalam telah membuatnya benar-benar resah dan merasa bersalah terhadap Jungkook. Apa yang dikhawatirkannya adalah apabila Jungkook datang dan melihat Jimin berada di apartemennya sepagi ini dengan bertelanjang dada.

Tidak. Ia tak ingin merusak hubungannya dengan suaminya tersebut. Meskipun ia telah melihat Jungkook berciuman dengan gadis lain, sungguh ia tak ingin menyakiti Jungkook dengan kenyataan bahwa ia telah mengkhianati suaminya dengan tidur bersama Jimin. Yoojung masih sangat mencintai Jungkook.

"Tidak, Jim. Keluar dari apartemenku sekarang!" ujar Yoojung mendorong Jimin sembari memberikan kemeja pemuda tersebut. Jimin mengelak dan memutar tubuhnya menghadap Yoojung, lantas menarik tangan gadis itu kuat. Mendudukkan Yoojung ke atas kursi dan berkata, "Oke, aku akan keluar setelah ini. Jadi, mari kita sarapan bersama dulu. Jika tidak, aku benar-benar akan bertahan disini hingga Jungkook menemukan kita bersama." Ancamnya.

Yoojung tak habis pikir. Jimin benar-benar gila dan ia tahu ia tak dapat melawan Jimin. "Baiklah. Setelah sarapan kau harus keluar dari sini secepatnya."

Yoojung hanya berharap Jimin menyelesaikan makanannya secepatnya. Sejujurnya masakan buatan Jimin sangatlah nikmat. Ia tak tahu pemuda itu pandai memasak. Tak seperti Jungkook yang hobi menggosongkan penggorengan. Namun tidak masalah, ia masih tetap mencintai Jungkook.

The Truth Untold ✔Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum