BAB 14: Tragedi Petir

434K 18.7K 662
                                    

MANA ANAK TIKTOK SUARANYA???

AKU MAU BIKIN GRUB CHAT KHUSUS READERS CHELLINDYGABS NIH!!! KALIAN MAU IKUT NGGAK?


-happy reading-

***

Entah kenapa, tiba-tiba hujan turun begitu deras. Membasuh setiap dedaunan yang kering tadinya. Langit seolah gelap gulita, membuat lampu-lampu yang menggantung di atap harus di hidupkan sebagai penyangga pencahayaan. Padahal, kalau saja mereka tidak lupa waktu, ini masih sangat siang untuk itu. Bunyi gemuruh petir bersahutan, kilat menyambar seolah memejah awan dan langit di atas sana. Udara berubah dingin karena angin semakin kencang seolah terjadi badai saat ini. Suasana Sekolah cukup sepi karena tidak ada yang berlalu lalang, termasuk siswa yang berada di luar kelas.

Mereka berdua berjalan menyusuri koridor yang sepi. Lepas dari Perpustakaan untuk mengembalikan buku pinjaman kelas tadi. Berjalan dengan hening, sambil sesekali menutup telinga akibat kilatan cahaya yang menghasilkan sahutan gemuruh kencang.

Reflek Anantha terlihat beberapa kali memejamkan mata. Jujur, dia kagetan, tidak bisa menahan kaget yang bisa membuat jantungnya berdegub kencang. Tapi, tak ingin menjadikan hal itu sebagai sebuah masalah, Anantha berusaha menjaga sikapnya untuk tetap tenang.

Namun ternyata, gelagat Anantha masih bisa terbaca. Menyadari hal itu membuat Reagen beberapa kali melirik ke sebelah. Tepat saat Anantha menutup telinganya sambil memejamkan mata.

Pria itu acuh, berjalan kembali tanpa memperdulikan Anantha yang mengernyit ketakutan. Reagen sudah benar-benar ingin sampai ke kelas dengan cepat. Tapi, karena keleletan Anantha membuatnya harus bersabar menunggu gadis itu.

"Lo kenapa?" Tanya Reagen masih pada posisinya. Setelah menahan kalimat tanya itu, akhirnya pria itu membuka suara agar mendapat jawaban dari Anantha. Anantha mengernyit sambil berusaha membuka matanya perlahan.

Melihat ke arah Reagen yang berdiri beberapa langkah di depannya.

Dan bertepatan dengan itu, gemuruh kencang seolah membelah langit terdengar begitu keras. Reagen melihat ke atas, dimana langit begitu gelap dan hujan tinggal gerimis. Lalu, pria itu bergantian melihat ke arah Anantha yang masih berjongkok ketakutan.

Tanpa perlu menjawab pertanyaannya, sepertinya pria itu tau kenapa Anantha jadi seperti ini.

"Kenapa, sih?" Tanyanya menahan kekesalan. Pria itu menoleh ke arah Anantha dengan sinis.

"Takut petir. Kagettann sama bunyinya.." jawab Anantha jujur membuat Reagen membuang wajah ke arah lain. Tangannya bergerak untuk menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Mengabaikan Anantha, pria itu berjalan meninggalkan gadis itu sendirian. Anantha yang baru saja membuka matanya, mendapati kepergian Reagen, reflek meneriaki nama cowok itu tanpa peduli bagaimana keadaan kelas di dalam sana.

"Reagen! Tungguin!!" Gadis itu bangkit berdiri, dan berharap tidak akan ada lagi kilat cahaya atau petir. Berjalan sambil berusaha mempercepat langkahnya, namun bunyi petir berhasil mengagetkannya hingga membuat Anantha kembali menundukan tubuhnya ke bawah.

"Ishh, apalagi, sih? Tinggal jalan doang susah amat?"

Reagen menoleh ke belakang, melihat Anantha yang sudah kembali berjongkok dengan kedua tangan yang masih menutup telinganya sendiri.

"Tungguin! Aku beneran takut!!" Jawab Anantha cepat.

"Yaudah buruan!"

"Aku nggak berani jalan ke situ, takut ada kilatan petirnya lagi!" Gadis itu nampak putus asa, dengan keringat yang sudah membasahi keningnya. Melihat keringat itu, dan leher Anantha yang sudah basa membuat Reagen menghela nafasnya berat.

REAGEN Where stories live. Discover now