BAB 29. Yang Sebenarnya.

479K 12.9K 4.5K
                                    

"Berusaha berbaik hati untuk menjadi malaikat. Ternyata dirimu sama munafiknya seperti penjahat."
-ANANTHA ARUNA-


****

FULL VIDIO TRAILER DAN VISUAL ADA DI INSTAGRAM AKU
@chellindygabs
@chellindygabs
@chellindygabs

***


"Nan? Kalo nggak hadiahnya bisa lo titipin ke Jaki. Gue bakal anterin lo pulang sekarang."

Anantha mengurungkan niatnya untuk melangkah maju ke arah panggung di seberang kolam. Tiba-tiba kepalanya semakin berdenyut sakit teringat masa lalu menjijikan yang pernah ia alami.

Tubuhnya terhuyung ke samping. Ke arah Reagen yang berdiri di sebelahnya. Lelaki itu dengan sigap memegang kedua bahu Anantha. Namun dengan enggan, tidak berani secara terang-terangan menyentuh bagian tubuh gadis itu. Reagen memegang dengan tidak begitu yakin, telapak tangannya sedikit mengambang di atas kedua bahu Anantha.

"Nan?"

Mendengar suara yang memanggil namanya membuat Anantha kembali tersadar untuk fokus pada pesta. Semua orang terlihat bahagia, kecuali dirinya. Ini tidak adil, ia harus menjadi gadis kuat seperti apa yang ia inginkan. Tuduhan yang tidak berdasar padanya selama ini harus di buktikan. Bukan dirinya, dia adalah korban, bukan pelaku tindak kejahatan. Ini tidak adil untuknya, kalau saja ia harus menerima ini semua.

"Sayang, kalau kamu mau home schooling aja, Mama bakal turutin. Asal kamu bisa berdamai sama hidup kamu sendiri. Jangan maksain segalanya sesuai keinginan orang lain."

"Nan, Papa percaya sama kamu. Tapi, kalau kamu masih pengen Sekolah di Sekolahan umum, Papa nggak bisa percayain kamu lagi kecuali kamu Sekolah di Yayasan temennya Papa. Papa yakin, kamu aman di sana. Dan kejadian buruk itu nggak akan terjadi lagi."

Bayangan wajah kedua orang tuanya tiba-tiba muncul di kepala Anantha. Ucapan itu terdengar sangat jelas kembali di telinganya. Ia ingat tujuan awalnya datang kembali ke Sekolah. Dan inilah saatnya, ia harus membuktikan kepada semua orang bahwa dia bukanlah seorang pecundang.

"Kalau kamu nggak salah, kamu nggak perlu takut. Tapi, kamu juga nggak perlu bersikap berlebihan cuma buat buktiin itu ke mereka. Cukup tenang, karena seorang putri punya cara mereka sendiri untuk menghadapi lawan."

Teringat kalimat dari Dahlia, Mamanya yang begitu jelas ketika ia terpuruk kala itu. Semua orang meninggalkannya, hanya orang tuanya, hanya mereka berdua yang selalu ada untuk Anantha.

Reagen menoleh ke arah pintu masuk. Ia mendapati Sheild yang sudah hadir dan berdiri di sana. Tangannya mengacung ke udara, membuat Dewa sadar terlebih dahulu dari yang lain. Reflek, Dewa menyenggol lengan Jimmy yang ada di sebelahnya.

"Apaan tuh, Reagen?"

"Dia mau ngomong sesuatu kali, Bang."

"Dia sama Anantha kan itu? Kenapa Anantha kelihatan sakit?" Pertanyaan itu sukses menarik perhatian anggota Sheild yang lain. Mereka semua kompak menoleh ke arah Reagen dengan penuh tanda tanya.

"Itu, si Reagen minta dipanggilin Ambulan apa gimana?" Tanya Felix tak mengerti.

"Bukan deh, dari ekpresi wajahnya.."

"Mana ada ekpresi wajah? Lo tau itu wajah datar terus kaya Papan kuburan. Lo kalo mau nebak ekpresi jangan di Reagen lah. Dia mau susah, seneng, PD, idup muka tetep begitu.." jelas Jimmy tanpa diminta.

REAGEN Where stories live. Discover now