7th File

43.1K 5.4K 1.2K
                                    

Ryan menatap layar laptopnya yang menampilkan informasi mengenai hasil tender di salah satu lembaga keuangan non-bank di Singapore dengan hasil bahwa GMG berhasil mendapatkan project tersebut. Namun bukan penjelasan project yang dibaca Ryan sejak tadi, melainkan nama-nama Advisor yang tertera disana sebagai team-in-charge untuk project tersebut. Ada namanya, tentu saja, namun untungnya itu bukan fokus utama sehingga dirinya hanya bertindak sebagai kontributor, dan mengingat bahwa scope project kali ini lebih banyak berhubungan dengan impact analysis of federal laws and some of new legal issues, maka tentu saja team dari Legal Advisory yang akan memimpin project secara langsung.

Yeah, Ryan is talking about Legal Advisory. Sudah cukup lama mereka berdua memang tidak dipertemukan di project yang sama. Terlebih ketika Ryan belakangan ini lebih fokus dengan project di Indonesia dan Malaysia.

Ryan baru saja hendak mengirimkan response terkait undangan first initiation meeting yang sejak kemarin dikirimkan kepadanya ketika tau-tau pintunya diketuk, membuat Ryan reflek mengalihkan perhatiannya. "Come in."

Sebenarnya dari suara ketukannya, Ryan bahkan tau siapa di balik pintu tersebut. Benar saja, sedetik kemudian pintu itu terbuka dan menampilkan seseorang yang sudah sangat Ryan hapal dan kini berjalan memasuki ruangannya. Ryan tersenyum ketika tatapan mereka bertemu dan wanita itu duduk di hadapannya.

Well, Ryan pernah berkata bahwa jika dibandingkan dengan seluruh wanita di kantor mereka, ia berani bertaruh bahwa tidak ada yang bisa mengalahkan kecantikan seorang Andhini Rara Daniswara. Sampai sekarang pun Ryan masih berpikir seperti itu. Rara, dengan perpaduan wajah Jawa Timur dan Bali yang justru membuatnya terlihat semakin cantik, matanya yang tajam namun kontras dengan tingkah lakunya yang cenderung tenang, kalem, lemah lembut namun juga terkadang tegas di saat-saat tertentu. Ryan menggambarkannya sebagai seseorang yang effortlessly beautiful. And that's the fact.

"Udah kerja lagi aja? New York project kan baru aja kelar." Ryan terlebih dulu membuka percakapan. Seperti yang baru saja ia katakan, Rara memang mostly in Singapore—karena dia adalah salah satu Project Manager divisi Legal Advisory di GMG Singapore—namun tiga bulan terakhir ini ia terlibat project yang berlokasi di US sehingga ia jarang terlihat di Headquarter dalam kurun waktu tersebut. Mungkin terkadang ia kembali untuk beberapa saat namun saat itu Ryan tidak sedang berada di tempat yang sama sehingga mereka tidak bertemu satu sama lain.

"Been three weeks kali, Ry." Rara hanya menggeleng-geleng pelan sambil tersenyum. "How's life?"

"Still going on like usual," jawab Ryan lalu memutar kursinya dan mengambil sesuatu dari salah satu sideboard di belakangnya. Ia menaruh paperbag hitam bertuliskan Pierre Marcolini di atas meja dan menggesernya ke arah Rara. "Thank me later after you eat this."

Rara terlihat takjub sekaligus senang melihat apa yang diberikan oleh Ryan. Ia menatap Ryan dengan kening terangkat. "Who bought this?"

"Aku, Ra. Masa orang lain?" Ryan mau tidak mau tersenyum geli melihat ekspresi Rara yang masih terlihat tidak percaya namun matanya justru semakin berbinar senang. "Ada workshop di Jepang kemarin—dua hari lalu maksudnya. Mumpung nginapnya dekat Shinjuku, jadi ya sekalian, kan ada store-nya disitu. Baik kan aku? Tetep ingat kalau ada orang yang cinta mati sama cokelat ini."

"Thank you. I really mean it."

"I told you just now. Eat that first then thank me later."

"Yah... oleh-oleh buat kamu dari US masih di apartment. I don't know you're in Singapore today, kalau aja tadi nggak sengaja liat mobilmu di parkiran. Nanti aku bawain ya."

Requisition (PUBLISHED)Where stories live. Discover now