Lima

796 93 5
                                    

Perang batin pun mulai dimulai berkecamuk di hati Venna.

Aku add ga ya Edbert? Tapiii kalau add mau ngomong apa coba?

Ga usah add lah, tapi kan Edbert juga temen aku? Tapi aku ga kontak 13 tahun loooo.. Gimana ini??

Tapi aku juga penasaran kabarnya dia! Dan dia ternyataaa jadi dokter! Berarti he's living his dream kan!

New message received

Sonya: Eh edbert muncul dong! Kamu ga add dia nih?

Venna: Galauuu! Gengsi juga sih masa aku duluan yang add?

Sonya: Ya kan kamu yang dulu buat salah, ga salah sih kamu add dia duluan. Btw ya, dulu kenapa ya Ven akhirnya kamu ga jadi sama Edbert? Aku agak lupa..

Venna: Aku yang bodoh sih benernya dan aku ga ada kesempatan untuk mengklarifikasi itu semua.

Sonya: Mungkin ini kesempatan kalian? Siapa tahu kalau Edbert masih menyimpan rasa ya kan?

Venna: Tapi ini udah 10 tahunan loh Nya. I bet dia pasti udah ada cewek, apalagi dia tambah cakep sekarang, mana jadi dokter pula!

Sonya: Nah kamu kepikiran kan!! Hahahaha. Oh gapapa kali nanya kabar dia, ya as friend gitu. Apalagi dia kan dokter, siapa tahu di RSnya lagi membutuhkan APD atau masker gitu, dan siapa tahu juga perusahaan kamu bisa support. Kan win-win solution Ven?

Venna: Memang nyonya satu ini.. Malah dicariin topik diskusi ama dia hahaha. Lets see lah ya!

Jujur semenjak membaca tulisan Edbert di grup chat, Venna mendadak menjadi kehilangan fokus untuk bekerja. Bahkan ketika Lina pun berdiskusi dengan Venna, sorot matanya pun menunjukkan kekosongan.

"Bu? Bu Venna? Ibu dengar yang saya tadi bicarakan kan?" tanya Lina.

"Yang tentang anggaran 2020 ini?"

"Bukan Bu. Yang rencana kita bakal masuk new normal. Bulan depan kan kita lagi berpikir supaya semua staff sudah bisa masuk bu. Kan sejauh ini masih ibu dan saya yang masuk."

"Oh iya maaf Lin, saya lagi ga fokus soalnya."

"Bu Venna sakit atau kenapa Bu?"

"Ga sakit kok Lin. Cuma lagi banyak pikiran." sahut Venna.
Padahal pikirannya cuma isinya mau add Edbert atau gak. Dasar maemunah.

***

"Ed, nanti bisa gantiin aku jaga?" tanya Seraphine.

"Jam berapa Ser?" tanya Edbert sambil membenahi mejanya.

"Jam 1-4 sore. Ini kebetulan aku harus bawa mamaku juga kontrol soalnya habis operasi."

"Oh gitu. Iya nanti aku yang ganti jaga aja Ser."

"Oke thanks ya Ed. Btw stok APD sama masker masih ada di belakang." sahut Seraphine.

"Oke." sahut Edbert. Ini tandanya dia harus meneruskan jam jaganya yang sebenarnya sudah berakhir sekarang. Edbert pun mulai menata tumpukan masker dan APD di ruang belakang. Sesekali Edbert berpikir nasib para teman-teman tenaga medis yang harus bergantian menjaga garda depan.

Saat ini memang Edbert belum ditugaskan membantu di garda depan, karena Edbert lebih difokuskan untuk menangani pasien non COVID-19. Tapi di waktu senggangnya, Edbert biasanya membantu merapikan dan menyiapkan stok APD maupun masker yang harus digunakan tenaga medis yang lain.

"Sus, habis ini apa ada pasien yang perlu dicek?" tanya Edbert ke suster Anna.

"Belum ada dok. Oh ya tadi dokter Seraphine ada nitip makanan buat dokter Edbert. Saya nanti bawakan ya dok." sahut suster Anna.

"Oh ya makasih sus."

"Btw dok, kayaknya dokter Seraphine lho perhatian sama dokter. Apa ga mau dok sama dokter Seraphine?" tanya suster Anna.

"Dokter Seraphine memang baik sama semua orang sus. Jangan suudzon dulu." sahut dokter Edbert sambil tersenyum.

Seraphine merupakan wanita idaman banyak pria. Dia adalah lulusan terbaik universitas di Jakarta dan wajahnya pun rupawan layaknya model. Perilakunya juga sangat santun dan baik pada semua orang. Sehingga Edbert pun tidak mau berbesar sangka bahwa Seraphine menaruh perasaan atau hati padanya.

***

Sonya: Jadi kamu udah add belum?

Pesan Sonya tiba-tiba muncul di handphone  Venna. Venna pun hanya menatap pesan tersebut di balik layar notifikasi sambil melanjutkan pekerjaannya.

Tidak terasa sudah pukul tujuh malam dan Venna pun masih berkutat dengan pekerjaannya di kantor. Pekerjaannya sebagai manager finance menuntut dia untuk menyelesaikan banyak pekerjaan secara akurat dan tepat waktu. Belum lagi kalau ada meeting yang menghantui ataupun project dadakan yang sering tiba-tiba muncul begitu saja. Namanya juga bekerja di perusahaan multinasional, agile merupakan suatu hal pasti yang harus dimiliki.

Joe is calling..

"Hi Joe" sahut Venna.

"Hi Venna. Could you please send me the budget report by now? Since I need to discuss with Agnes tomorrow morning." sahut Joe, Finance Director atasannya Venna yang berlokasi di Swiss. 

"I still working on it. Hopefully I can finish it in next one hour."

"Could you make it 30 minutes please? I need to check and review it as well." sahut Joe.

"I'm trying." sahut Venna menahan nada kesalnya.

"Perfect. Thanks!"

Nasib ya begini, di kala semua masih bisa stay at home, aku harus menyelesaikan kerjaan ajaib si Joe hanya karena besok dia mau meeting. Dia kira apa jariku ada seribu buat ngerjain report bin ajaib ini. Minta 30 menit pula.

Venna pun menghela nafas sambil memperhatikan lingkungan kantor. Hanya dia seorang diri yang terjebak di kantor, di mana para staff yang lain diperbolehkan bekerja dari rumah. Sedangkan karena tuntutan deadline  akhir-akhir ini membuat Venna harus sering ke kantor meskipun dalam masa pandemi.

Report ajaib itu akhirnya telah dikirim ke Joe dan Venna langsung mematikan laptopnya sebelum Joe akan menghubungi dia kembali. Terkadang karena ada perbedaan zona waktu antara bosnya dan Venna itu membuat Venna harus bekerja lebih larut. 

Venna pun teringat kalau dia masih belum membalas pesan dari Sonya. Ketika dia meraih handphonenya, dilihatnya bahwa ada notifikasi lain yang membuatnya terkejut.

Edbert is added you as a friend.

What?

***

Sekali-kali ya guys, si author ngasih hadiah 2 chapter dalam sehari.. ENJOY!

One Moment in TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang