Lima Belas

545 59 4
                                    

Sesampainya di rumah, Venna pun berusaha menenangkan hati dan menghela nafas.

Dia tidak menyangka bahwa semua ganjalan yang ada hatinya selama belasan tahun ini sudah tercurahkan begitu saja ke Edbert. Meskipun dia tahu bahwa dia tidak bisa berharap hubungannya akan seperti dulu, paling tidak sekarang dia sudah tidak ada penyesalan lagi.

Kenzo is calling..

"Yaaa napa Zooo?" sahut Venna.

"Kok lemes suaranya nih. Kena marah sama Joe kah?"

"Ngga kok. Kenapa?"

"Hmmm ngga, soalnya kamu belum bales chat aku. Ya aku cuma mastiin kamu baik-baik aja sih." sahut Kenzo.

"Oh iya! Maaf Zooo aku lumayan punyeng tadi jadi ga sempat pegang handphone." sahut Venna.

"Punyeng karena kerjaan kah? Atau karena hal lain?"

"Macam-macam sih. Eh kamu gimana udah selesai packingnya?" tanya Venna.

"Nah itu! Aku butuh pendapat kamu, bentar aku switch ke video call ya." sahut Kenzo.

"Menurutmu ini perlu dibawa ga ya?" sahut Kenzo sambil mengarahkan kamera ke rak sepatu.

"Ga usah. Di Indonesia bisa beli lagi, daripada ribet bawa-bawa."

"Kan bisa pake ekspedisi Ven. Cuma aku mikir harusnya ga semua aku bawa kan." sahut Kenzo sambil keluar dari kamar.

"Jadi kamu mau rencana bawa apa aja?"

"Nah ini ak sudah siapin box gitu dan beberapa udah aku masukin juga. Nah menurutmu ini perlu aku bawa ga?" sahut Kenzo sambil menunjuk pot tanaman.

"Menurutmu?? Yang bener lo Zo."

"Bercanda kali Ven. Apalagi ya kira-kira yang aku harus bawa? Aku cuma takut ada yang ketinggalan aja." sahut Kenzo sambil menuju ruang tamu.

"Kayaknya coba kamu list aja dulu deh biar tahu yang prioritas dibawa yang mana."

"Bener juga." sahut Kenzo kemudian mengaktifkan kamera depannya.

Venna pun terdiam menyaksikan wajah Kenzo yang terpampang nyata. Setelah kurang lebih setahun tidak berjumpa, banyak perbedaan yang terjadi di Kenzo. Yang pasti ya... TAMBAH CAKEP! Bayangin rambut cowok yang dinaikin pakai pomade dengan mata yang berbinar-binar ditambah wajah yang mulus anti jerawat.

Sedangkan Venna di satu sisi dengan muka layu padahal kekenyangan, memakai piyama kotak-kotak dengan rambut dicepol. Ditambah lagi Venna tidak memakai make up apapun, hanya memakai riasan di alis. Ingat alis itu jendela dunia.

"Ven?" sahut Kenzo.

"Oh iya maaf Zo! Ya udah gih kamu pilih dulu aja yang mau dibawa apa." sahut Venna.

"Oke. Kamu lho kelihatan lemes. Udah istirahat aja sana, jangan lupa minum obat pusing kalau ga." sahut Kenzo.

Padahal lemesnya ya karena agak terkejut dengan perubahan wajah Kenzo yang semakin cakep mirip boyband Korea.

"Iyaaa, udah kamu beres-beres dulu juga." sahut Venna sambil melambaikan tangan ke kamera.

***

Sesampainya di rumah, Edbert pun masih memikirkan semua omongan Venna. Dia tidak pernah berpikir kalau Venna menyesal sedalam ini. Dulu Edbert selalu berpikir bahwa dia adalah korban dan Venna adalah pihak yang salah karena tidak bisa memahaminya setelah apa yang dia lakukan semua buat Venna.

Edbert kira dia cukup mengenal Venna dengan baik. Tapi ternyata itu salah.. Dia pun hanya bisa mondar-mandir di dalam kamar sambil bingung harus berkata apa ke Venna. Butuh waktu bagi Edbert untuk mencerna semua perkataan yang Venna katakan.

Selama belasan tahun ini, Edbert pun pernah menjalin hubungan ke beberapa wanita, namun dia tidak pernah menemukan kenyamanan yang sama yang pernah dirasakan dulu dengan Venna. Mungkin benar kata pepatah "We only obsess over relationship that feel unfinished"

Akhirnya Edbert pun meraih handphone dan mengirimkan sebuah pesan buat Venna.

Edbert: Ven, sdh sampai rumah?

Kemudian dia pun ragu dan menghapus kembali pesan tersebut.

Edbert: Ven, can we meet tomorrow?

Ah gila cheesy amat!
Seperti layaknya Edbert daridulu, Edbert paling lemah kalau disuruh mengirimkan pesan. Karena dia tipe orang yang lebih suka ketemu atau telpon daripada hanya sekedar mengirimkan pesan.

"Eeeeeddddddddddddd makaaannn!!" teriak Evelin sambil membuka pintu kamar.

"Udah makan kak."

"Oh gitu. Okelah! Kenapa tuh muka kayaknya pucat amat?"

"Gapapa." sahut Edbert.

"Ga mungkin! Ini muka yang familiar banget. Pastiiiii karena cewek!!" sahut Evelin.

"Udah kak makan dulu sana. Lagi pengen sendirian aja." sahut Edbert sambil mendorong Evelin keluar.

"Loh siapa tau aku bisa bantu, gini-gini aku cewek lho Ed, kan aku lebih mengerti perasaan cewek." sahut Evelin.

Edbert pun terdiam sejenak dan mulai berkata, "Aku salah paham ternyata selama ini sama Venna. Aku kira dia benci sama aku, tapi aku salah dan aku ga tahu cara memperbaiki ini semua."

"You can't force it Ed, just be you. Maybe both of you were in wrong timing and were not ready yet last time. Maybe this is a sign for you to start again." sahut Evelin.

***

Yuk mana nih suara timkenzo atau timedbert??
Hahahahahaha. Happy wednesday guys!!

One Moment in TimeWhere stories live. Discover now