Enam Belas

515 62 2
                                    

Setelah mendengar petuah yang diberikan Evelin,  Edbert pun merasa dia harus melakukan sesuatu untuk memperbaiki hubungannya dengan Venna. Dia tidak ingin kesalahpahamannya selama ini membuat hubungan dengan Venna berubah. Edbert pun langsung meraih kunci mobil dan bergegas ke komplek perumahan Venna.

Sesampainya di depan komplek perumahan Venna, Edbert pun langsung menghubungi Venna.

"Halo Ven, aku ada di tempat yang tadi." sahut Edbert.

"Di tempat mana?"

"Di tempat tadi depan gang rumahmu. Aku bisa nemui kamu ga? Tolong info alamat rumahmu ya Ven." sahut Edbert.

"Aku ke sana aja Ed." sahut Venna.

Setelah menunggu beberapa menit, Venna menghampiri mobil Edbert.

"Ven.."

"Ya?"

"Aku minta maaf kalau selama ini aku salah paham sama kamu. Aku ga pernah tahu kalau selama ini kamu juga menyesal. I wish I knew earlier." sahut Edbert sambil menundukkan kepalanya.

"It's okay Ed. Belasan tahun ini meskipun kita ga pernah ketemu langsung, tapi pas aku tahu kalau kamu jadi dokter itu aku beneran bangga sama kamu. At least you are living your dream." sahut Venna.

"Makasih Ven." sahut Edbert.

"Ya mungkin selama belasan tahun ini, kita juga sudah mulai berubah tanpa kita sadari. Ya tentu saja selain tambah menua ya." sahut Venna mencoba mencairkan suasana.

"Kalau aku coba flashback ya, gila sih aku alai dan ababil banget waktu itu." tambah Venna.

"Itu namanya proses Ven. Aku juga bangga sama kamu. Aku udah tahu kamu bakal jadi orang yang sukses ke depan." sahut Edbert sambil menatap Venna dengan tersenyum.

"Makasih Ed. Mungkin ini saatnya kita memulai semua dari awal, shall we?" sahut Venna sambil mengulurkan tangannya.

"Tentu saja." sahut Edbert sambil meraih uluran tangan Venna.

Edbert dan Venna mulai berbagi cerita mengenai kehidupannya setelah di masa sekolah. Dimulai dari Edbert yang memutuskan untuk sekolah bahasa dulu di China selama satu tahun, sampai akhirnya dia memutuskan untuk mengeyam pendidikan kedokteran.

"Ngapain waktu itu kamu kepikiran ke China Ed?"

"Biasa disuruh mama, sekalian nyusul Evelin juga kan di sana." sahut Edbert.

"Oh iya gimana tuh kabarnya kak Evelin?"

"Baik kok. Masih inget aja kamu."

"Ya iyalah, dulu aku inget pernah nelpon kamu tapi yang ngangkat itu kak Evelin. Terus dia langsung tahu dong ini Venna kannn gitu." sahut Venna.

"Memang dia kepo kok orangnya. Kamu sendiri gimana? Kok akhirnya ga jadi dokter?"

"Papa aku ga setuju gitu, aku kan udah keterima kedokteran gigi. Nah kata papa sih nanti biayanya mahal dll, mending kuliah yang cepet aja makanya masuk ekonomi deh." sahut Venna.

"Ohh gitu. Aku beneran nyangka kamu bakal jadi dokter sih Ven." sahut Edbert.

"Terus kamu kayak gini jaganya biasanya jam berapa di rumah sakit?" tanya Venna.

"Ga tentu sih. Kalau besok sih aku giliran pagi, gantian gitu."

"Rencana ga ambil spesialis apa?"

"Iya ini udah daftar dan keterima juga. Mungkin September udah mulai kerja sambil kuliah juga." sahut Venna.

"Ambil spesialis anak?"tanya Venna.

"Kok tau sih?"

"Ya kan kamu memang suka sama anak kecil. Ga heran kalau kamu ambil spesialis anak."

"Iya Ven, tapi masih di Surabaya juga sih ambilnya."

"Seraphine ambil spesialis apa?" tanya Venna.

"Kulit dan kelamin soalnya dia mau jadi dokter kecantikan gitu."

"Bakal satu kampus lagi?"

"Iya, tapi kan beda jurusan."

"Ooo satu kampus terus satu rumah sakit ya." sindir Venna.

"Kamu ga berencana ambil S2?"tanya Edbert dengan wajah yang tidak peka.

"Ngga Ed. Lebih enak cari duit. Oh ya udah malam nih, aku balik dulu ya." sahut Venna hendak membuka pintu mobil.

"Eh jangan biar aku anter aja. Oh ya besok kamu ngantor apa kerja dari rumah?"sahut Edbert.

"Hmm besok ngantor bentar sih, soalnya mau ambil beberapa dokumen buat dibawa pulang juga."

"Oh gitu. Nanti tunjukin jalan ke rumahmu ya." sahut Edbert sambil mulai menginjak gas.

***

Keesokan harinya, Venna mengawali hari dengan lebih ceria, seperti semua beban kehidupannya sudah terangkat. Pertemuannya dengan Edbert semalam paling tidak membuka lembaran yang baru di kehidupannya.

Kenzo is calling..

"Napa Zo?"

"Eh kamu ke kantor ga hari ini?"

"Iya, mau ambil beberapa dokumen doang." sahut Venna sambil mencari kunci mobil.

"Boleh nitip ga nanti ambilin dokumen aku sekalian? Kemarin katanya ada titipan buat aku cuma dikirim ke kantor." sahut Kenzo menjelaskan.

"Dokumen apaan?"

"Surat nikah."

"Hah?"

"Bercanda kali sis! Ambilin aja ya, itu surat kontrak kerja yang baru. Jangan dibuka!" ujar Kenzo.

"Ya elah. Iya, asal bayaran cocok bisa lah aku ambilin."

"Bayar pakai cinta boleh?" sahut Kenzo.

"Males ah, beliin Kenzo kek, Tumi kek, Coach gitu sekalian." sahut Venna.

"Kok ngelunjak satu orang ini. Makasih Ven!" sahut Kenzo sambil tertawa dan mengakhiri telepon.

***
Sorry guys updatenya kesiangan! Hahahaha
Enjoy!!

One Moment in TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang