PART 19

36 5 5
                                    

Penerimaan siswa baru sudah di mulai, sebelumnya diadakan perpisahan kelas XII, dan, Ica datang ke prom night dengan busana yang tak biasa, bukan Ica yang sebelumnya, bukan dirinya yang tak peduli dengan tampilan tapi kini menjadi Shevalonica yang cantik dan anggun.

Malam itu menjadi malam yang membingungkan sekaligus menyakitkan bagi Ica, karena Sean adalah pasangan Chira, si Dewi Starblack. Hati Ica benar-benar hancur walaupun ia sudah mencoba untuk biasa saja, tapi nyatanya perasaan yang sudah nyaman tak mudah hilang.

"Ca" panggil Rey, dia adalah pasangan Ica malam ini, walaupun mereka bukan siswa yang perpisahan.

"Kenapa?" Tanya Ica lirih, ia baru saja masuk ruangan bersama Rey tapi pemandangan Sean dan Chira membuatnya kesal.

"Lo baik-baik aja?" Tanya Rey, ia tau, semenjak kejadian itu Ica dan Sean benar-benar putus dan mereka tidak berhubungan lagi.  Mereka yang fokus dengan belajar dan memperbaiki diri membuat orang disekitar merasa khawatir .

"Ya iyalah, emangnya kenapa?" Tanya balik Ica. Rey jadi bingung harus bicara apa jika Ica mengatakan hal itu, ia tau Ica tak baik-baik saja.

"Bagus deh, bentar lagi dansa Lo mau jadi pasangan gue?" Tanya Rey, Ica sempat merasa bingung dengan ucapan ambigu dari Rey. Tapi Ica tau apa maksudnya. "Lo pasti udah tau jawaban gue" kekeh Ica. Lalu tak lama datang Dino dan Risa, Mira  dan Andre sementara Sindy dan kelas lain.

Mereka berbincang hangat di sekitar kolam hotel, yap prom night dilaksanakan di hotel bintang 5 pilihan sekolah mereka. "Gue yakin Lo bakalan jadi queen malam ini," ujar Dino percaya diri. "Gue juga yakin, temen gue Ica yang bodoamatan akhirnya jadi glowing" Kekeh Risa.

Ica hanya tertawa menanggapi percakapan mereka, ia sesekali melirik Sean yang sepertinya sangat akrab dengan Chira, begitupun Chira yang terus menempel pada Sean. Chira sempat bertatapan dengan Ica sebentar, sebelum akhirnya Ica mengalihkan pandangan. Tak lama acara dimulai, semua mengikuti acara dengan tenang.

"Gue ke toilet sebentar" ujar Ica kepada Rey, Ica hanya merasa pengap, ia pergi ke atas balkon hotel, ia melihat acara dari atas seraya menikmati angin malam.

Rambutnya terbawa ayunan angin dengan lembut, Ica akhirnya menikmati waktunya sendiri dalam sepi. Ia melihat Chira yang menjadi queen malam ini, Chira yang menjadi idola semua orang. "Bukannya  lo udah mendapatkan segalanya? Dewi Starblack" ujar Ica tersenyum. Ia bicara dengan dirinya sendiri.

Ica mendapatkan pesan dari Rey dan Dino, mereka tentu saja mencemaskan Ica, lalu Ica memutuskan untuk kembali. Tapi ia melihat sepasang sepatu dihadapannya, orang yang sudah lama tak ia temui akhirnya ada tepat di depan matanya, Sean Gilbert.

Ica tak bisa bergerak, kakinya seakan mengatakan untuk tetap diam, begitupun mulutnya, seakan wajah Sean membuatnya bungkam. Sean tersenyum menyapa Ica, "Sudah lama tidak bertemu, apa kabar?" Tanya Sean lembut.

Ica masih memantung di tempat, ia memang Ica yang Sean kenal. Karena itu Sean tersenyum kepada wanita itu. "Baik kak, kabar kakak gimana?" Entahlah, Ica tak ingin menjawab tapi mulutnya seakan bicara sendiri, itu gerakan refleks. Bohong jika keduanya tidak saling merindukan, keduanya tentu saja saling merindukan waktu-waktu indah mereka, waktu yang singkat tapi berkenang.

"Permisi" Ica melangkah melewati Sean tapi pria itu menarik pergelangan tangan Ica dan memeluk wanita itu dengan hangat. "Maaf, sebentar saja" bisik Sean. Ica tak bisa memberontak karena ia sendiri sangat merindukan pria itu, tapi Ica tau ini tidak benar, jadi dengan cepat ia melepas pelukan itu walaupun menyakitkan.

Tanpa kata Ica pergi meninggalkan Sean, walau Ica tak kuasa menahan air mata, tapi ia harus berani, karena itulah pilihannya, pilihan untuk tak terlibat dengan cinta.

Sementara Sean hanya menatap punggung wanita itu sendu, beginilah rasanya ditinggalkan orang yang  sangat ia cintai, Sean mengerti, Sean paham dan merasakan bagaimana sakitnya menjadi Shevalonica yang ditinggalkan. Sean tak seharusnya menuruti permintaan Ica yang ingin putus jika ia tersiksa, tapi Sean tak mau egois, selama itu terbaik untuk Ica, Sean akan melakukan apapun.

"Ca! Lo gak pingsan di toilet kan? Kita khawatir banget tau" ujar Sindy yang menyambut Ica. Ica menggeleng lantas tersenyum "Engga kok, gue jalan-jalan bentar, sumpek" kekeh Ica apa adanya, ia jelas melihat wajah khawatir dari teman-temannya, ia paham.

"Gue merinding liat Lo senyum gitu, mirip sapi yang mau di sembelih tau" bercanda Dino, Ica langsung memukul lengan temannya itu. "Lo kapan mau berubah sih, terus aja ejek gue, Lo kira wajah Lo cakep? Mirip ular tau" kesal Ica. Teman-teman lainnya tertawa mendengar pertengkaran yang hampir tak terjadi beberapa bulan ini. Rasanya mereka merindukan lelucon keduanya.

"Gue suka kalian bisa segila ini, kangen gue liat pertengkaran kalian" kekeh Risa, ia tertawa tiada henti. Sementara Ica hanya berdecih sebal "Lo psikopat ya? Masa Lo kangen orang  bertengkar?", Ujar Ica lagi-lagi mengundang tawa diantara mereka, itulah yang membuat mereka rindu. Ucapan tanpa ragu dari seoranh Shevalonica.

"Gue setuju sama Risa, dengar-dengar katanya gak ada persahabatan murni antara cewe dan cowok, gue curiga nih" Kekeh Andre seraya menatap Ica jail. "Ketua Kelas mulai gesrek nih, Lo terlalu banyak main sama Rey dan Dino" jawab Ica. Rey mengangkat tangan tak tau "Gue gak separah itu, tuh si Dino-saurus" Tuduh Rey, ia tertawa melihat wajah Dino yang sebal menatapnya. "Nah gini dong, kali-kali kalian ketawa, gue suka liatnya" Ujar Sindy menanggapi.

"Btw, lo tadi sama Mira, dia dimana?" Tanya Ica tiba-tiba kepada Andre. "Dia pergi ke toilet juga, habis Lo pergi. Lo gak ketemu?" Tanya balik Andre, Ica menggeleng, karena ia tak sebenarnya pergi ke toilet. "Lo coba hubungi, siapa tau dia tersesat" ujar Ica lagi. "Ya mana mungkin lah, dia  bukan anak kecil" ujar Rey, diikuti anggukan dari yang lain. "Ya jaga-jaga aja" akhirnya Andre menghubungi Mira, ia menjauh dari keramaian dan menelpon Mira.

Sementara itu pembawa acara masih berbicara di depan sana, masih menjalankan segenap acara.

"Acara kali ini adalah pesan dari perwakilan adik kelas kalian yang tercinta, bagi yang berminat dan ingin menyampaikan pesan yang berkesan kalian silahkan maju ke depan" ujar MC tersebut. Sialnya lengan Ica di angkat oleh Dino dan Ray, membuat semua orang menatap Ica. Sungguh Ica sangat malu, ia ingin melepaskan tangannya tapi "Silahkan nona dengan gaun merah indah yang cantik, yang mengangkat tangan. Silahkan maju ke depan". Sial! Ica menginjak kaki kedua temannya itu dengan kasar.

"Sial banget lo berdua, awas aja nanti pulang" ancam Ica sinis. Tapi teman-teman lainnya tertawa lebar termasuk Ray dan Dino. "Tuh anak kecil-kecil cabe rawit, sakit kaki gue" ujar Dino seraya membersihkan sepatunya.

"Ini kan rencana lo!" Kesal Ray sambil melakukan hal yang sama. Sementara itu Ica berjalan dengan sangat anggun, seperti putri dalam cerita dongeng.

Ica juga mendengar panggilan dari beberapa pria yang entah iseng atau memang berniat melakukan itu.

"Semangaaat Ica!" Teriak Dino dari kejauhan, Ica merasa sangat malu, pasalnya untuk berani maju ke depan saja ia sangat tersiksa, dan Dino malah berlaku seperti itu, rasanya ia ingin membungkam pria itu. "Silahkan untuk menyampaikan pesannya" tutur sang MC.

Ica menghela napas panjang, ia tersenyum tulus kepada semua orang yang melihatnya. "Tunggu, nona kelas berapa?" Bisik sang MC sebelum Ica sempat bicara, padahal ia sudah mengangkat mic. "Kelas 10 maksudnya menuju kelas 11" jelas Ica. "Karena perwakilan ini kelas 10 maka saya meminta perwakilan kelas 11 untuk maju, siapa yang bersedia?" Tanya MC itu kepada semua orang.

"Sean!!!Sean!!!sean!!!"

Lagi-lagi Dino berteriak paling keras, dan sialnya diikuti oleh teman-temannya juga teman Sean, alhasil orang-orang sibuk menyerukan nama itu, membuat Ica sangat gelisah.

"Saya bersedia" ujar Sean setelah acara semakin memanas, ia maju ke depan dan berdiri tepat di samping Ica, mereka saling bertatapan dan berbicara dengan pikiran mereka sendiri, mengobrol dalam sepi.


Jangan lupa vote karena gratis!

Budayakan komen.

Ciaosucia24

Pleasant TimeWhere stories live. Discover now