PART x | 25. x² = 625

16.6K 2.9K 153
                                    

About Stars

Percayalah, disaat kamu sibuk memperbaiki diri pasti Tuhan mengirimkan orang-orang baik untuk melengkapi

Happy Reading
🌟
🌟
🌟

"Mas, mau pesan apa?"

"Mana daftar menunya?"

"Ini silahkan."

Tiga orang cowo memakai topi dengan kaos hitam beserta celana jeans. Mereka menunduk sambil membuka-buka buku menu. Cukup lama. Untuk standart cowo memilih makanan mungkin hanya beberapa detik karena cowo bukanlah spesies manusia yang lama memilih makanan. Kecuali cewe. Faktanya, cewe lah yang rewel saat memilih makanan apalagi kalo moodnya kurang bagus. Ditambah lagi kalo sedang ada tamu bulanan. Dahlah kelar.

"Mas, pesan apa?"

"Milk coffe hangat tiga."

"Sudah?"

Salah satu cowo itu melepas topinya. Bukan gerah. Ia hanya merapikan rambutnya.

"Langit?"

"Bulan?"

Dua cowo lainnya langsung melihat ke arah Bulan. Ya, pelayan restaurant itu adalah Bulan. Tiga cowo yang sangat lama untuk memesan makanan yaitu Langit, Darel, dan Danis.

"Lo ngapain di sini?" tanya Langit yang tampak bingung melihat penampilan Bulan memakai baju serba hitam dengan logo huruf MMS. Restaurant maju mundur sentosa.

Katanya, Langit cukup pintar. Masa gini aja tanya?

"Gue kerja."

"Malem-malem gini?" tanya Langit yang terkesan khawatir.

"Kenapa? Buat ngisi waktu luang sekalian buat nambah uang tabungan."

"Udahlah Lang, lo kepo amat jadi orang. Udah sana lo pesen yang banyak," celetuk Danis agar mereka tidak canggung. Seperti ketemu sama siapa aja, kenapa harus canggung?

"Lan, gue pesen cheese burger yang jumbo," ucap Darel.

"Gue pesen spaghetti medium," ucap Danis.

"Cheesecake dua sama lemon tea 3," ucap Langit.

Bulan mencatat semua pesanan.

"Oke gue ulang, milk coffe hangat tiga, cheese burger jumbo satu, spaghetti medium satu, cheesecake satu, lemon tea tiga," ucap Bulan sambil membaca tulisannya sendiri.

Mereka bertiga hanya menganggukan kepala serempak. Bulan meninggalkan mereka. Dirinya langsung memberikan catatan pesanan ke bagian dapur agar segera disiapkan.

Tak lama pesanan milik Langit sudah siap diantarkannya. Bulan meletakkan semua pesanan di atas meja  berwarna putih yang terbuat dari besi tapi tidak begitu berat, Bulan pun mendorongnya.

"Lang ini," ucap Bulan saat sampai di meja Langit. Bulan meletakkan seluruh makanan dan minuman.

"Selamat menikmati. "

Bulan langsung pergi mengembalikan meja dorong tersebut lalu kembali melayani pembeli yang lain. Bulan hanya tak mau berlama-lama di meja langit. Takutnya Langit mengajaknya ngobrol. Nanti dirinya dimarahi oleh bosnya, karena kondisi restaurant malam ini cukup ramai.

Langit dan teman-temannya memang terbiasa untuk kuliner saat malam hari. Pindah-pindah restaurant di setiap malamnya untuk mengisi perut karetnya. Namun, malam ini dirinya harus makan di restaurant dimana Bulan bekerja. Sungguh Langit tidak enak. Mereka berteman. Tapi dalam keadaan ini membuat mereka canggung. Seperti antara bos dan pembantu. Mungkin hanya Langit yang merasa seperti itu. Bulan akan bersikap profesional.

ABOUT STARS Where stories live. Discover now