PART O2N3 N2O3

8.5K 1.6K 235
                                    

Terkadang seseorang susah move on dari masa lalu karena kenangannya yang terlalu indah jadi susah di lupa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Terkadang seseorang susah move on dari masa lalu karena kenangannya yang terlalu indah jadi susah di lupa

Happy Reading
🌟
🌟
🌟

( kotak lama)

Hari minggu di pagi hari. Udara yang sejuk disertai cahaya matahari yang menghangatkan. Membuat lelaki itu bermalas-malasan untuk meninggalkan seperangkat perlengkapan tidur.

Lelaki itu sedang senam pagi. Senam jari lebih tepatnya. Langit dengan posisi tengkurap fokus dengan ponselnya. Masih pagi namun tangannya sudah aktif main firefire.

Setelah satu minggu lebih ia menguras pikiran dan tenaganya untuk terus belajar dan belajar kini ia butuh game untuk merefresh otaknya.

"Gue ajak Bulan car free day enak kali, ya?"

"Chat apa telepon? "

"Chat... Telepon... Chat... Telepon... Chat... Telepon. "

Langit mulai gesrek dipagi hari. Ia meyakinkan niatnya dengan sepuluh jarinya. "Chat... Telepon... Chat... Telepon..."

"Gak jadi deh males. Maaf Bulan untuk kali ini lo gak menarik. Fire fire dan kasur lebih menarik. "

Saat ia merebahkan tubuhnya di atas kasur, matanya menangkap keberadaan sesuatu di meja belajarnya. Ia pun bangkit mendekatinya. Tepat di sebelah jam tangannya, terdapat sebuah gelang hitam bersimbol Bintang.

"Ini gelang gue? Emang kapan gue pernah beli gelang ini?"

Langit mengacuhkannya. Ia memasukkan gelang bersimbol bintang itu ke dalam kotak jam.

***

Bulan kembali dengan hobinya yang sudah beberapa hari ia tinggalkan begitu saja. Ia bersandar di kasur dengan tangan yang sudah membawa sebuah novel milik tereliye berjudul komet minor.

Ia sangat jatuh cinta dengan seluruh novel milik tereliye. Dilihat dari covernya saja sudah membuat orang terpana pada pandangan pertama.

Sudah lima belas menit ia membaca. Ia mengistirahatkan matanya. Ia mulai mengurangi hobi membacanya takut minus matanya bertambah.

Ia meninggalkan novelnya di kasur dan menuju ke dapur untuk menggoreng sepasang kekasih. Tahu dan tempe. Dua lauk itu jadi makanan favoritnya ketika ia tidak sempat untuk memasak yang ribet-ribet. Tahu, tempe, kecap, nasi, dan krupuk sudah cukup untuk sarapan paginya.

Setelah makan ia duduk di meja belajarnya untuk menata bukunya untuk besok sekolah. Rajin sekali Bulan ini. Masih pagi... Belum juga siang hari tapi sudah siap untuk sekolah lagi.

Ia menarik kertas dari buku diarynya. Ia potong menjadi bentuk love. Spindol warna-warni mulai menghiasi pinggiran kertas love itu.

Masih ada setitik harapan untukku bertemu dengan mu. Merindukan mu adalah sebuah kesalahan yang ku lakukan ketika ku tak lagi bisa menatap matamu. Namun, aku menyukainya meski sedikit tersiksa dengan sakitnya rindu yang tak kunjung pecah.

ABOUT STARS Where stories live. Discover now